Quote of The Day
Minggu, 07 Januari 2024
Surat Awal Januari
Minggu, 26 Maret 2023
Bukan Kisah Layangan Putus
Mimpi bertemu mantan artinya apa? Waduuhh. Apa yang bakal kamu lakukan kalau hal itu terjadi dalam mimpimu? 😮
Jujur, aku kaget banget karena mendadak aku mimpi ketemu mas crush zaman baheula. Yang kalo dipikir-pikir sekarang kok ya, udah lawas banget ya. Kejadiannya bahkan sudah lewat 10 tahun lalu. Hahaha 😅
Aku kenal dengan mas ini di tahun 2012, zaman lagi struggling ama kampus. Deket setahunan sampe 2013. Trus ternyata nggak bisa bareng karena satu dan lain.
Minggu, 05 Juni 2022
Dear You, Jangan Lupa Tersenyum
Dear you, jangan lupa tersenyum
Aku lupa kapan terakhir kali tersenyum dengan bahagia. Seperti seorang gadis yang mengisi keranjangnya dengan bunga-bunga aneka warna warni yang membuatnya tersenyum simpul di hari yang cerah.
Suara yang kudengar di kepala terasa sangat menusuk hatiku. Aku sendiri sampai lupa untuk mengenal diriku sendiri. Tidak tahu mau apa, tidak tahu ingin apa.
Sabtu, 16 April 2022
Hutang Budi dalam Pertemanan
Hari itu aku duduk di kursi angkot, aku akan pergi ke gramedia Pandanaran demi membeli buku pengganti untuk perpus. Ya, buku yang kupinjam ternyata hilang. Dan aku harus menggantinya agar bisa mendapat tanda bebas perpus kampus.
Ada yang bikin aku terkejut waktu duduk di angkot. Seorang teman lama duduk di depanku, bertanya kabar sekadar basa-basi. Lalu, ada obrolan yang bikin dadaku serasa sesak.
Sabtu, 05 Februari 2022
Mencari Titik Keseimbangan Alam
Hidup di daerah dekat pantai itu rawan banget kena bencana yang berhubungan dengan air. Rawan kena rob, atau bahkan banjir.
Akhir tahun 2018, aku pernah bilang sama mama, ternyata gelombang air di Anyer dan sekitarnya itu besar ya. Nggak nyangka sampai terjadi kerusakan sampai separah itu. 🤧😢
Kamis, 20 Januari 2022
Mengasah Empati dalam Diri
Empati berawal dari kesadaran bahwa saya tidak paham, dan saya ingin mendengar untuk memahami orang ini.
Kesalahpahaman berawal dari ketidaksadaran dan kita berpikir bahwa saya paham, bahkan mungkin lebih paham daripada dia memahami dirinya sendiri.
~Dr. Jiemi Ardian
❤️❤️❤️
Beberapa pekan lalu aku sering mendengar lelayu atau berita kematian dari toa menara masjid dekat rumah. Kematian orang yang bahkan tidak kusangka karena mendadak, bahkan ada juga yang sudah lama sakit parah. Sungguh sebuah berita yang membuatku terhenyak. Bahwa hidup kita seringkali diiringi dengan kelahiran maupun kematian di sekeliling kita.
Ngomongin soal berita kematian, aku pernah ada di posisi sebagai kerabat dari orang yang meninggal. Aku nggak tahu gimana perasaanku saat itu, karena air mataku hanya menetes sedikit.
Kupikir, kesedihan itu hanya datang saat berita kematian itu singgah, tapi ternyata meski sudah lama berlalu, kadang ingatan tentang orang yang sudah tiada malah bikin aku merenung dalam diam. Ya... Tiba-tiba mendadak jadi mellow, lalu menangis.
Aku pernah merasakan hal itu, waktu aku berjalan ke pasar untuk belanja.
Tiba-tiba aku ingat kisah hidup pakdhe yang sudah meninggal karena sakit menua dan sempat hilang ingatan juga.
Reaksi badanku sungguh aneh karena mendadak aku menangis. Padahal aku sedang berjalan ke arah pasar, lalu air mata itu turun begitu saja. Maskerku basah oleh air mata, tanpa bisa aku cegah.
Kisah Simbah Penjual Makanan
Tadi pagi, tiba-tiba ingatanku melayang pada sosok simbah tua yang menjual makanan di rumahnya. Beliau dulu menjual dendeng dan sambel goreng tempe kering.
Rumahnya di tepi sungai di Jalan Serayu dan dekat pula dengan rumah teman SMP ku.
Wajahnya yang menua diterpa zaman itu masih kuingat dengan jelas. Bahkan, aroma masakannya pun aku hafal karena belum ada yang bisa menyamai citarasa masakannya.
Tadi pagi, aku jadi bertanya-tanya dalam hati, "Kenapa tiba-tiba aku ingat dia?" Bahkan aroma masakan dan cita rasanya yang menggugah selera. Sungguh aneh, kan?
Aku sampai bertanya pada Mama untuk memastikan ingatanku memang benar.
Simbah tua itu memang sudah lama meninggal. Jadi, waktu dulu aku lihat warungnya terkunci, itu berarti memang sudah tidak ada yang jualan lagi di rumah itu.
Awalnya kupikir simbah itu punya generasi penerus penjual masakan dari keluarganya. Tapi mengingat cara masaknya yang unik, sepertinya sulit untuk menyamai rasa masakannya.
Mengasah Empati dalam Diri
Oiya, perihal berita kematian, aku jadi ingat tentang rasa empati .
Empati itu bisa tumbuh dari latihan dan kebiasaan dalam rumah. Tapi memang tidak mudah.
Saat kita sedih, kecewa, marah, gelisah, galau, dsb sebenarnya kita sudah memiliki berbagai rasa dan emosi yang masuk dalam jiwa. Nah, tinggal mengolah rasa ini yang agak sulit.
Validasi emosi itu nggak serta merta bisa dilakukan saat kita sedih, kecewa atau marah.
Butuh waktu untuk validasi emosi itu. Dan seringkali malah sudah terlambat banget baru sadar, "Oh ternyata aku sedih ya."
Ya, sama kayak yang aku bilang sebelumnya. Waktu pemakaman pakdhe di Slawi, aku nggak begitu sedih karena kupikir ya sudah waktunya meninggal. Sudah lama sakitnya juga.
Tapi begitu aku ingat lagi, rasanya kayak ada perasaan sesak yang tertahan. Yang selama ini tidak kuungkapkan. Dan tidak kuyakini sebagai bagian dari emosi diri.
Yang menjadikan empati mahal karena seringkali aku sendiri juga masih merasa denial saat mendengar berita sedih, bukan hanya berita kematian tapi juga kesedihan lainnya.
Empati pada orang yang menerima berita lelayu itu kadang bikin aku khawatir.
"Apa aku bisa bersikap simpati sebagaimana seharusnya mereka mendapatkan dukungan di masa-masa sulit?"
Nyatanya menyarankan perihal sabar saja tidak cukup bagi orang yang berduka.
Mereka pasti butuh dipeluk dan ditenangkan. Diberi kekuatan dan keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja. Ya... Meskipun tidak sepenuhnya benar kan? Tidak ada yang baik-baik saja setelah dapat berita duka.
Jadi kadang aku bingung bagaimana harus bersikap.
Menenangkan? Memberi makan? Memberi bantuan? Atau bagaimana?
Aku jadi ingat pernah nanya ke teman, "Si A apa baik-baik aja ya? Aku mau kasih tiket blablabla."
Kupikir reaksiku saat itu malah aneh. Nggak mungkin ada orang sedang berduka, meskipun selang waktu berdukanya sudah 1 bulan lebih. Tapi malah mau diajakin menikmati hidup dengan menonton film.
Aku baru sadar kalau itu salah. Tapi juga bingung bagaimana menghadapi orang yang sedang sedih.
Perihal perasaan sedih ini bukan hanya soal kematian, tapi seperti berita lainnya juga, misal : terpaksa resign atau kena PHK karena covid, kena badai keuangan saat pandemi, ditinggal nikah, atau hal yang bikin galau dan overthinking lainnya.
Validasi Emosi itu Perlu Agar Kau Tahu Perasaan Terdalammu
Kadang bingung bagaimana harus menempatkan diri. Di satu sisi, aku tahu setiap emosi butuh validasi. Setiap emosi juga butuh untuk reda hingga waktunya tiba.
Tapi kadang, ada pikiran seperti,
"Tolong jangan lama-lama sedihnya. Aku jadi bingung gimana harus memberi saran agar bisa move on atau bangkit dari keterpurukan."
Karena aku pernah lihat teman yang kehilangan orang tuanya, bahkan sampai 10 tahun lebih masih merasa berduka yang dalam.
Bukan berarti nggak boleh sedih ya. Hanya saja... aku jadi khawatir keadaannya. Gimana kalau dia malah jadi depresi dan bersikap aneh, atau hal lainnya?
Aku paham bahwa kesedihan perlu diterima, tapi juga nggak perlu lama-lama.
Beri Waktu pada Dirimu untuk Pulih
Beri waktu untuk kesedihan itu menemukan muaranya.
Beri waktu untuk duduk dan diam. Lalu pelan-pelan mulai memetakan perasaan apa yang sedang dirasakan. Jadi benar-benar bisa merasakan emosi yang dialami jiwa kita.
Bukannya denial dan malah menyangkalnya terus. Karena kadang ada masanya kita justru harus menjalani hidup. Bagaimana pun perasaan kita saat itu.
Ya, semangatlah wahai jiwa. Kamu sungguh berhak bahagia. ❤️
Rabu, 25 Maret 2020
Selarik Kisah Cinta
Sabtu, 17 Agustus 2019
Drama Tujuh Belas Agustus
Hari yang sungguh nano-nano. 😂
Tadi pagi aku berangkat dari kosan Hana @nmhana ke stasiun Lempuyangan yang jaraknya 5 km an. Dalam kondisi normal ya nyampe sekitar 15-20 menit. Tapi aku lupa kalo gojek tuh kadang suka lama datengnya. Hehehe
Kamis, 02 Mei 2019
Perihal Kehilangan
Kamis, 25 April 2019
Catatan Kecil : Dilema Pemakaman Umum
Rabu, 24 April 2019
Bucin : Mencintai atau Dicintai?
Pernah nanya ga apa arti bucin? Kenapa seseorang jadi bucin? Kenapa juga ada bucin di antara kita? Halah hahaha. Udah, ga usah dijawab dalam hati, ucapin aja biar plong. *lho
Selasa, 26 Februari 2019
Cerita Hari Ini : Dari Rumah Qur'an hingga Kelas Bahasa Arab
Rabu, 02 Januari 2019
Tamu Dini Hari
Jam menunjukkan angka 2 dini hari. Waktu yang tepat untuk terlelap, tapi aku justru terbangun dan mendapati dua ekor anak kucing masih ada di ruang depan. Kuambil kucing itu dan membuka pintu. Tak ada siapa-siapa di luar, tapi suara berisik hewan membuat aku terheran. Jam segini siapa yang lagi berantem sih?
Kamis, 27 Desember 2018
Kukira Kau Rumah
Kemarin, tiba-tiba sebuah pertanyaan terlintas di kepalaku.
Minggu, 16 Desember 2018
Merawat Kenangan
Tahun ini adalah tahun yang cukup berat bagi saya karena serasa naik roller coaster. Naik turunnya mood nggak terduga, bikin saya merasa sudah bukan waktunya lagi mengumbar emosi, karena satu dan lain hal.
Senin, 19 November 2018
Rumus Cinta Sepanjang Masa
Jumat, 26 Oktober 2018
Menetralkan Persepsi Sebelum Memaknai Kata
Asal kata adalah netral, hingga manusia memberinya rasa, persepsi dan memaknainya dengan cara yg berbeda. Ini kata Uda Ivan Lanin.
Rabu, 24 Oktober 2018
Paket Tokopedia Cancel Otomatis Oleh Sistem
Hai men temen, aku mau curhat setelah sekian lama ga curhat di blog ini. Lol. Aku cuma mau ngeluarin uneg-uneg aja di postingan ini, daripada jadi bisul. *lho. Semoga ada hikmahnya dari kejadian ini, dan nggak menimpa kalian ya.
Sabtu, 20 Oktober 2018
Menangis Semalam
Ada hari di mana tiba-tiba air mata jatuh tanpa bisa dibendung lagi. Mengalir hingga membuat mataku sembab dan menetes hingga ke pipi dan daguku.