Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Rabu, 16 Februari 2011

Sesempurna Cinta-Mu

Cinta, kata Ibnu Qayyim Al Jauziyah, laksana pohon yang tumbuh di dalam hati. Akarnya adalah ketundukan kepada kekasih yang dicintai, dahannya adalah mengetahuinya, rantingnya adalah rasa takut kepadanya, daunnya adalah rasa malu, buahnya adalah ketaatan kepadanya dan air yang menghidupinya adalah menyebut namanya (dzikr). Jika di dalam cinta ada satu bagian yang lowong berarti cinta itu tidak sempurna.

Kecintaan kepada Allah (mahabatullah) juga bagaikan pohon yang tumbuh di dalam hati. Akarnya adalah kekhusyukan  (khusyu’) dan kerendahan hati (tadharu’), dahannya adalah pemahaman tentang yang dicintai (ma’rifat), rantingnya adalah rasa takut (khauf), daunnya adalah rasa malu (haya’), buahnya adalah ketaatan (tha’at) dan air yang membuatnya hidup adalah menyebut dan mengingat namanya(dzikr).

Khusyu’ , tadharu’, ma’rifat, khauf, haya’, tha’at, dan dzikr merupakan nafas cinta dan elemen-elemen kejiwaan yang mengkonstruksi bangunan cinta. Cinta kepada Allah akan kehabisan nafas, rapuh, dan mati, jika sikap-sikap batin tersebut sirna dan hilang dari dalam diri manusia. Matinya mahabatullah berbanding lurus dengan matinya hati.

Sumbernya mahabatullah yang merupakan representasi dari kesegaran nuansa religiusitas dan wibawa ketakwaan dalam diri, berkaitan erat dengan hidupnya hati. Untuk itu, pendidikan hati menjadi sesuatu yang esensial dalam pembinaan pribadi manusia.  Pendidikan hati memiliki fungsi yang sangat penting dalam upaya menginternalisasikan dan mengkristalisasikan sikap-sikap batin yang luhur dalam jiwa.

Pendidikan hati yang merupakan jalan untuk menggapai cinta ilahi dans ebagai tangga pendakian derajat muttaqin. Selamilah relung-relung hati, ejalah desah-desah  kejiwaan yang ada di dalamnya sebagai upaya meningkatkan pengenalan diri (ma’rifat an nafs) dan menumbuhkan  kesadaran diri (his an nafs) dengan dilandasi semangat instrospeksi (muhasabah) yang jernih tentang pentingnya mendidik hati (tarliyat alqalb), menyucikan jiwa (tazkiyat an nafs) dan mengkaji hati dengan sikap-sikap batin yang mulia, sehingga hati menjadi jernih, hidup, dan “cerdas”.

Kecerdasan hati/spiritual (SQ) akan menjadikan seseorang mampu menampilkan kebeningan perilaku dan keanggunan moral yang meneduhkan kehidupan sosial.



Diambil dari buku (minjem punya Easty Kartika Sari ) , lupa judulnya.. hehe...  

Selasa, 15 Februari 2011

Sistem Drainase Terintegral : Solusi Jitu Pengendali Dampak Banjir



Sistem Drainase Terintegral : 
Solusi Jitu Pengendali Dampak Banjir



Duka Lara Banjir Tahunan


      Jika mengamati peta kota Semarang secara cermat maka tampak jelas adalah daratan rendah tempat bermuaranya sungai yang berasal dari sekeliling kota dan di sebelah utara, berhadapan dengan laut. Semarang bagaikan kolam penampungan air saat hadirnya musim hujan tiap tahun serta semakin berkurangnya daya tampung air di wilayah Semarang karena gerak dan laju pembangunan yang tidak terintegrasi dengan tata kota.

      Semarang dilanda banjir adalah cerita lama yang selalu baru. Hampir tiap tahun kota ini banjir. Bedanya dibandingkan dengan tahun sebelumnya adalah volume dan kehebatan akibatnya. Apa penyebab banjir juga selalu dijawab dengan nada lama: kekurangan biaya pembangunan kanal banjir, menumpuknya sampah di saluran air, urbanisasi, permukaan tanah yang lebih rendah, curah hujan yang tinggi di musim hujan, pendangkalan sungai utama dan saluran air sehingga tidak mampu menampung air, ketidakteraturan pembangunan yang  mengakibatkan tanah tidak mampu menyerap air  dengan cepat, lahan hijau  yang terus menyempit dan hutan bakau habis.

      Apakah hanya itu penyebabnya? Selama ini belum pernah dikaji secara luas dan mendalam, apakah banjir di Semarang disebabkan oleh  kombinasi beberapa faktor, yang titik beratnya terletak pada pihak eksekutif yang kurang tegas, dan tanpa perhitungan yang teliti.

      Berbeda dengan kondisi sebelumnya, Semarang kini dibangun denggan hebat dan cepat. Rumah-rumah besar dan industri bertambah mendadak. Perkembangan perumahan di Semarang cenderung mengarah horizontal dan melahap daerah pinggiran. Di luar negeri perumahan mengarah vertical atau rumah bertingkat.

      Warga menjadi korban kemajuan yang salah perencanaan. Karena jika hujan datang, air terkumpul dengan cepat tetapi daya serap tanah berkurang serta daya tampung saluran dan parit umumnya tidak bertambah sesuai dengan pertambahan pembangunan. Hasilnya, air meluap. Kerugian banjir antara lain korban jiwa, harta benda, kerusakan sarana  dan prasarana, lumpuhnya perekonomian, serta kehilangan jam-jam kerja yang efektif.


Banjir menggenangi sepanjang jalan perumahan di area Tanah Mas, Semarang


Banjir di daerah Terminal Terboyo


Sistem Drainase Terintegral

      Secara logis dapat disebutkan bahwa banjir diakibatkan oleh sejumlah air yang tidak dapat ditampung got dan saluran kemudian meluber. Kita enggan belajar dari sejarah tata kota Batavia di jaman dahulu yang sudah menyusun master plan dengan sistem kanalisasi serta arah pembangunan yang bersahabat dengan air. Sistem tata kota di semarang masih memiliki sistem drainase yang kacau dan tanpa perencanaan yang terintegral.  Warga tidak tahu kemana buangan airnya harus mengalir.

      Apakah arsitek tidak pernah menghitung daya tampung selokan dan tinggi rendah permukaan air serta kemana air akan mengalir? Atau mungkin juga mereka mengusulkan sistem drainase dan saluran yang konsekuen, tetapi dianggap bodoh oleh pemborong karena biayanya yang mahal? Atau mereka tutup mata saja? Mengapa Dinas Tata Kota tidak memaksakan prosedur sistem drainase dan saluran bagi pembangunan proyek besar dan rumah mewah? Karena, seandainya sistem drainase dan saluran ditetapkan secara benar maka biaya setiap pembangunan rumah dan kantor serta pabrik pasti bertambah minimal 30 % dari biaya rata-rata.

      Kita bisa belajar dari Amsterdam yang wilayahnya terletak di bawah permukaan laut, tetapi jarang sekali tertimpa banjir. Perencana Amsterdam rupanya di samping perhitungan dari segi arsitektur dan pembangunan saluran dan kanal yang melingkari kota, juga memperhitungkan untuk mencegah banjir. Kanal banjir dapat dikembangkan menjadi kanal multiguna. Dapat menampung  air, tempat menangkar ikan, sarana transportasi(barang dan penumpang), sarana turis(acara keliling kota lewat kanal, seperti di Venesia). Dinas tata kota dan para perencana pembangunan perlu memperhatikan hal ini.

      Pembangunan air laut dan air kanal diatur dengan pintu air(sluis). Apabila musim kering air laut masuk kanal demi menjaga tinggi minimum debit air untuk keperluan pelayaran di kanal; musim hujan dipompa secara otomatis dari kanal ke laut. Penormalisasian kanal buatan Belanda  pada akhirnya ternyata telah mampu mengurangi bahaya banjir.



Solusi Jitu Pengendali Dampak Banjir

      Ide jangka pendek: pembersihan aliran sungai, pengolahan limbah, penyingkiran penghambat saluran air, pengerukan, pengadaan pos banjir, pemeliharaan serta perbaikan infrastruktur. Diikuti dengan peningkatan kesadaran penduduk, penerapan hukum, dan adanya peringatan dini serta sistem bantuan darurat.

Contoh desain sumur resapan, salah satu penerapan konsep Sistem Drainase Terintegral
      
Ide jangka panjang: rencana terpadu penanggulangan banjir antarsemua lembaga yang berkaitan, pengelolaan daerah aliran sungai bagian hulu bekerja sama dalam rangka program semarang bebas banjir. Menyediakan rumah susun dan apartemen seluas 70 m2(dua kamar). Percepatan penggalian kanal banjir dengan pintu air pengendali, pembangunan terowongan sungai, dan saluran sungai.

      Pertanyaannya kini, apakah pemerintah kota mau menjadikan program penanggulangan banjir ini sebagai proyek prioritas dengan menyediakan biaya yang besar dan tim ahli khusus?


by Ila Rizky Nidiana