Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Sabtu, 17 Agustus 2019

Drama Tujuh Belas Agustus

17 Agustus 2019

Hari yang sungguh nano-nano. πŸ˜‚
Tadi pagi aku berangkat dari kosan Hana @nmhana  ke stasiun Lempuyangan yang jaraknya 5 km an. Dalam kondisi normal ya nyampe sekitar 15-20 menit. Tapi aku lupa kalo gojek tuh kadang suka lama datengnya. Hehehe

Aku pun nunggu abang gojeknya sekitar 4 menit.  Yah, rasanya deg-degan juga. Mana akunya dudul. Haha. Kenapa ya jam berangkatnya mepet. Wekeke.  Jam 6 lebih aku baru pesen gojek. Lupa kalo  lalu lintas Jogja ga bs diprediksi πŸ˜‚

Sepanjang jalan aku berdoa biar jalanan ga macet soalnya ga bisa prediksi juga gojeknya bakalan bisa ngebut apa kaga. Hahaha. Aslinya udah mau ngomong gini, "Mas, kalo macet ngebut bisa ga, kayak pembalap." Tapi kutahan dalam hati. Lebih milih berdoa biar cepet nyampe. πŸ˜†

Mana banyak stopan lampu merah lagi. Nunggu lampu berganti warna menjadi hijau selama 1 menit rasanya kaya seabad. Lol πŸ˜‚

Trus pas udah nyampe stasiun aku lupa cetak tiket tuh letak mesinnya ada di sebelah mana. Wekeke. Sampe aku lari-lari karena ngira dah hampir telat. πŸ˜…

Aku cetak tiket jam 6.36 padahal keretanya berangkat jam 6.58. Gils. Mending nunggu daripada telat ye kan? πŸ˜†

Aku nyari tempat duduk yang kosong di deretan kursi penumpang stasiun Lempuyangan. Nemu 1 kursi yang kosong. Kutanya mbak-mbak sebelah apa kereta Joglosemarkerto udah datang. Dia menggeleng pelan. "Nggak tahu, mbak."
Oh, okay. Aku salah nanya orang deh. Kuarahkan kakiku mencari petugas yang sedang berjaga hari itu. Aku malah menemukan mas-mas cleaning service. Kutanya pertanyaan yang sama, jawabannya, belum datang.

Aku sedikit lega karena waktu 18 menit ternyata sangat lama bagiku. Kukira waktu akan berjalan sangat cepat. Aku bahkan sempat mondar mandir membeli 1 paket nasi ayam mc chicken dan teh botol sosro seharga 27 rb.

Aku melungsurkan 1 lembar uang berwarna biru senilai 50 rb. Mbak penjual menanyakan apakah aku punya uang 2 rb an. Aku pun mencari receh di dompetku demi mendapatkan kembalian yang pas. Dua lembar uang disodorkan padaku sebagai uang kembalian 25 rb rupiah.

Aku berbalik arah dan memasukkan kotak makanan di tas goody bag. Kuambil hpku dari tas ransel dan baru kusadari bahwa aku belum membeli oleh-oleh satu pun untuk keluarga. Bagiku oleh-oleh tak wajib tapi lebih baik membawa buah tangan meskipun sedikit. Barangkali orang rumah ingin mencicipinya.

Aku pun berbalik lagi ke deretan kios penjual makanan. Melihat sekilas lalu bertanya, "Pak, ada bakpia 25?"

Si bapak menjawab, "nggak ada mbak. Adanya yang ini. Di sini nggak ada bakpia itu, nggak boleh masuk sini."

Oh. Aku baru tahu ada hal-hal yang menjadi sebuah keputusan sesuai regulasi dan kesepakatan pihak stasiun. Tentang siapa yang menjual produk dan apa yang dijajakan di sana.

"Rasanya sama aja kok mba. Ayo dibeli buat oleh-oleh mba."

Aku urung membeli bakpia yang ia tawarkan. Membeli oleh-oleh sama rumitnya dengan urusan jodoh. Kalau nggak cocok dengan selera ya mana mau dimakan. Aku pun beranjak menuju kursi ruang tunggu stasiun.


-bersambung-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)

Komunitas