Review Buku Cerita di
balik Noda-Fira Basuki
Judul : CERITA DI BALIK NODA
Penulis : Fira Basuki
Penerbit : Jakarta KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) bekerja sama dengan Rinso
Indonesia
Editor : Candra Gautama
Perancang Sampul : LOWE Indonesia
Penata Letak : Dadang Kusmana
Isi : xii + 235 halaman
Ukuran buku : 13,5 x 20 cm
Dicetak oleh : PT. Gramedia Jakarta
Harga : Rp. 40.000,-
Setiap noda mempunyai
makna, maka berani kotor itu baik!
Saat saya memutuskan untuk membeli buku cerita di balik noda, dalam bayangan
saya tulisan Fira Basuki yang lembut dan mengalir akan menyentuh hati. Dan
begitu lembaran pertama kubaca, saya larut dalam kisah dan hikmah yang
tertuang di dalamnya.
Cerita-cerita dalam buku ini awalnya ditulis oleh para
peserta lomba menulis bertema "Cerita di balik Noda" yang diadakan oleh Rinso Indonesia
melalui Facebook.
Para ibu yang ikut lomba ini bercerita
mengenai anak-anaknya. Yang menarik, banyak ibu yang justru belajar dari sikap
anak-anaknya. Fira Basuki menulis ulang 38 karya para finalis juga menambahkan
4 kisah yang ditulisnya yaitu Bos Galak, Sarung Ayah, Pohon Kenangan, dan Foto.
Saat saya baca kisah-kisahnya, saya jadi ingat sebuah
nasihat ini, “Siapa yang tak dapat dididik oleh nasihat, akan dididik oleh
kejadian dahsyat.”
Siapa sangka, dari kejadian yang ada, yang dialami oleh
anak-anak dan orang tua justru menjadi titik balik perubahan seseorang. Setiap
noda mencipta hikmah dari fragmen kehidupan yang tak terduga tadi. Seperti
noda, cipratan hikmah membuat sebuah perubahan. Meski itu harus diawali dengan
kejadian dahsyat. Seperti dalam kisah berjudul 'Tak Jadi'. Penulis mengisahkan
sepasang suami istri yang tak jadi bercerai karena sang anak berinisiatif
mengambilkan cincin yang dibuang dalam kolam berlumpur. Sang anak mengobok-obok
kolam penuh lumpur demi mengambil benda berharga lambang pernikahan kedua orang
tuanya. Ada
haru yang berderai di wajah sang ibu saat melihat anaknya berjibaku dengan
lumpur tadi. Pengorbanan tak akan sia-sia. Sang ibu kembali berbaikan dengan
suaminya. Mereka batal bercerai.
Lalu, membaca kisah berjudul Foto, membuat saya belajar
berpikir positif. Kisahnya bermula saat Rina menganggap Agung, suaminya, hanya
sibuk bekerja. Tak terlihat ada bentuk perhatian dan cinta. Agung yang cuek
membuat Rina berpikiran negatif. Apakah benar Agung pergi ke luar kota hanya untuk urusan
pekerjaan? Atau ada godaan perempuan lain? Sampai Rina sadar, dugaannya salah.
Tapi terlambat, Agung kecelakaan dan mengalami koma. Saat Rina membereskan baju
kemeja yang berceceran darah, dia baru sadar. Agung ternyata masih
mencintainya. Rina menitik haru menemukan tulisan di balik foto yang terselip
di saku kemeja. "Untuk Rina dan Bintang, akan kuberikan segalanya."
Ada lagi kisah di judul "Tulisan
di Kain Sprei" halaman 33. Berkisah tentang kisah Chatya yang selalu
diledek oleh teman-temannya karena gendut. Si Mbak pun kemudian berinisiatif
untuk mengibaskan sprai yang membuat Chatya mendapatkan ide jitu. Ia tulisan di
kain seprai yang dipasang depan rumah. Tujuannya agar anak-anak yang setiap
hari datang mengejek, bisa membaca tulisan ini.
WALAUPUN AKU GEMUK, AKU TAK PERNAH MENYAKITI ORANG.
WALAUPUN GANTENG DAN CANTIK KALIAN PENUH NODA DI HATI.
Tulisan yang ditulis dengan spidol di atas sprei dan
dibentangkan di depan rumah. Dan taraaa, it works!. Anak-anak pun bungkam dan
tak pernah lagi meledek. Sang mama yang melihat Chatya mencuci sprei justru merasa
terharu juga bangga. Bagi Mama, hati Chatya lebih cantik dari anak manapun karena
rasa tanggungjawabnya mencuci sprei yang kotor.
Dalam buku ini ada banyak kisah lainnya. Masing-masing
mencipta jejak kebaikan. Bukankah orang akan menjadi lebih baik jika ia
mempunyai kegagalan dan pengalaman? Bahkan pengalaman anak-anak saat bermain
dan pulang dengan baju penuh noda justru membuat kita orang dewasa jadi belajar banyak hal. Iya,
anak-anak adalah sumber inspirasi bagi lingkungannya, bagi keluarganya. Anak
akan belajar berempati, bersimpati, menemukan rasa tanggung jawab, dan belajar
untuk menghargai perbedaan orang lain.
Tak ada sekolah untuk menjadi orang tua luar biasa maupun
menjadi istri yang paripurna. Tapi, level demi level ujian hidup yang dialami
setiap tokohnya tadi akan membuat kita jadi lebih paham makna kehidupan. Lalu
tugas orang tua saat mengalami hal yang sama adalah menyikapinya dengan bijak.
Membiarkan anak menemukan dunianya sendiri, dunia bermain dan belajar. Sehingga
orang tua tidak terjebak pada keinginan untuk melarang anak main kotor-kotoran.
Biarkan anak berkreasi, karena berani kotor itu baik!
Kelemahan buku ini adalah karena tak ada proofreader sehingga ada kata-kata yang salah ketik seperti kata "Buya" ditulis "Buaya", tentu akan mengubah makna kata. Lalu, karena kisah ini merupakan rewrite dari kisah finalis lomba, ada beberapa yang kurang saya rasakan feelnya saat membaca kisah tersebut. Mungkin penulis harus mendalami lagi kisahnya dan menggali kisah itu untuk bisa dieksplorasi lagi.