Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Minggu, 25 Februari 2018

Perempuan di Benak Lelaki


Perempuan di Benak Lelaki

Udah sejak lama saya pengin cerita unek-unek ini, tapi khawatir kalau terlalu banyak hal yang sebenarnya nggak perlu diceritain. Atau khawatir bahwa saya terlalu banyak berasumsi yang nggak jelas sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang ambigu. Ya, maafkan. Saya cuma mau curhat. LOL.

Pada dasarnya setiap hal yang ada pada diri perempuan bisa membuat seorang lelaki jatuh cinta. Itu sebuah pernyataan yang awalnya saya ragukan. Masa sih cuma misalnya, ketawa doang bisa bikin orang tertarik, atau perempuan yang keliatan matanya aja karena dia pakai cadar bisa menarik hati laki-laki. Tapi ternyata itu bener, sodara-sodara.

Herannya, hal ini nggak satu dua kali diingetin sama temen saya. Dulu pernah saya posting foto selfie zaman kapan tahu, pas main facebook pertama kali. Trus ada temen komen, “Kamu jangan posting foto, nanti  begini begitu.”  

Trus saya heran dong, kenapa emangnya? Dia nggak cerita detail, tapi intinya sih ngelarang aja gitu. Mungkin dia satu-satunya teman yang over protektif sama saya soal foto. Baru bertahun-tahun kemudian, saya tahu bahwa lelaki itu makhluk yang visual banget. Bisa membayangkan sesuatu yang nggak pernah perempuan pikirkan sebelumnya.  

Jadi kekhawatiran teman saya itu beralasan. Cuma dia nggak mau cerita detailnya khawatir saya jadi paranoid kan. Even cuma posting foto profil aja saya dibilangin jangan kebanyakan foto. Trus saya akhirnya memprivat foto profil di fb. Paling satu dua aja yang emang dibutuhkan untuk menunjukkan kalau saya bukan akun anonim.

Sampai sekarang saat saya posting foto di blog maupun socmed, terutama instagram, saya sering bertanya dalam hati. Ini nggak papa fotonya kayak gini? Kekhawatiran muncul satu per satu. Saya tahu di luar sana masih ada orang masa lalu yang mengawasi pergerakan hidup saya. Ini bukan kegeeran ya. Tapi adalah orang yang bikin saya ngerasa khawatir memposting kegiatan saya beserta foto diri. Khawatir kalau fotonya disave atau apalah-apalah.

Tapi jelas dong saya nggak mungkin nggak posting foto, terutama kalau ada campaign yang emang mengharuskan posting foto diri. Kadang juga saya kelewat khawatir kalau teman seperjalanan atau teman main saya yang sama-sama perempuan, nggak ngeliat saya posting foto kami di ig. Khawatir kalau dikira kok foto aku sama kamu nggak diposting, kenapa? Kita bukan temen deket ya? *eeaa, baper dah*. Bukan itu.

Tapi saya pernah dengar dari seorang teman saya yang lain, kalau dia pernah ngalami hal yang lebih absurd dari sekadar dikomenin geje di foto. Apa itu? Dikuntit hidupnya. Dia deket sama siapa, itu discroll dan dicari tahu sampai dapet. Trus si orang ini ngebatesin temen saya untuk begini begitu, padahal dia bukan siapa-siapanya. Seolah dia pacarnya. Kan aneh.



Ada lagi yang bikin saya baper sebenernya. Saya dulu emang orangnya supel banget, deket sama orang ya nggak ngeliat si A ini siapa. Yang penting ngobrolnya nyambung aja. Mau cowok kek, mau cewek kek, asal dia nggak rese ya saya ajak diskusi dari yang penting sampai nggak penting banget.

Tapi saya punya aturan sendiri kalau dia sudah nikah, terutama jika dia lelaki ya, saya nggak akan terlalu dekat. Bahkan kalau ada temen deket saya cerita soal suaminya dalam obrolan kami, saya lebih milih buat menghilang sejenak daripada dengerin. Pertama, perempuan itu mudah jatuh cinta hanya dengan mendengar seseorang begini begitu. Jadi tulung banget dibatasi ngobrol soal suami aku ini itu ya, gaes.  Kedua, cerita kehidupan rumah tangga sebenernya itu hal pribadi yang nggak perlu diumbar, gaes. Khawatir yang jomblo baper, trus mewek kan bahaya. Wakaka.  

*cukuplah tragedi video sawer duit bu Dendy sebagai pengingat bahwa sahabat itu bisa loh iri dengan apa yang kamu miliki, apalagi klo kamu hobi pamerin suami ku begini begitu ke dia. Kan serem ya.*

Saya juga bakal membatasi diri untuk komen tentang teman lelaki yang sudah menikah. Ya komen secukupnya aja. Nggak sebebas pas dia masih single yah. Cuma kadang anehnya, khawatir dikira sombong atau apalah. Lha, saya malah heran kalau laki-laki masih suka komen di status temennya sedangkan dia nggak pernah posting foto keluarga. Jadi kesannya kayak dia masih single. Gubrak banget kan? Kekhawatiran saya justru karena hal itu, mending jauh-jauhlah sama orang yang udah nikah. I mean, kamu nggak bisa sebebas dulu curhat ini itu. Lu kate cinta datang dari mana? Ya karena terbiasa lah. Makanya mending hindari deh balesin komen nggak penting yang memicu diskusi panjang dan curhat colongan.

Saya bukannya kenapa-napa ya. Tapi dulu pernah sekali seorang teman yang udah saya anggap kakak, dia bilang begini sebelum dia nikah. “Ila, tahu nggak kalau saya suka kamu. Tapi kamu kejauhan. Jadi saya nikahnya sama orang lain.” Gubrak. Dari komennya itu malah sudut pandang saya terhadap dia berubah. Yang dulu saya anggap cuma temen aja, jadi saya mengernyitkan dahi.

Buat apa dia cerita soal itu coba? Nggak penting amat untuk diketahui sama saya. Toh saya beneran nganggep dia temen aja. Kalaupun suka curhat ya emang kenapa? Kan nggak yang piye-piye. Dari situ saya mikir, Oh, apa saya kelewat supel ya, sampai dikira dia ada rasa. Yaelah. Duh gusti Allah. Mending aing ngilang aja dah dari hadapannya. -_-“

Jadi sejak lama, udah berapa tahun ya ini, saya membatasi diri dari komentar orang yang ya begitulah. Bukannya nggak mau temenan ya. Tapi ... temen ya temen. Jangan kelewat deket amatlah. Khawatir salah satunya mengira yang sebenernya nggak penting juga. Kekhawatiran yang sejujurnya saya pikir ini berlebihan, tapi ternyata emang beneran ada tho. Wong orangnya sendiri bilang ke saya begitu.

sahabat terbaikmu ya pasangan halalmu sendiri. :)


Just say yaaa... we just friend.  It’s no matter you free speak or telling about your life after marriage with me. Karena sesungguhnya sahabat terbaik setelah kamu menikah ya istri kamu sendiri. Makanya cari deh temen diskusi yang asyique seumur hidup yang sesuai denganmu. Jadi kan nggak perlu cari di luar lingkup itu.  

Kalau dia udah nggak asyique buat diajakin ngobrol yang tek-toknya nyambung, ya itu salahmu sendiri karena kamu nggak bisa upgrade dia sesuai dengan kualitas yang kamu inginkan. Jangan pernah mencari kenyamanan setelah menikah dengan mencarinya pada diri orang lain, gaes. Itu nggak penting banget. Suer dah.  Yang ada, aing jadi ilfill sama kamu.

Cukup sekian curhatnya, semoga nggak bikin kamu  pengin nimpuk seseorang. :))

Tegal, 25 Februari 2018. 23:49

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)

Komunitas