Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.
Tampilkan postingan dengan label keluarga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keluarga. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 Juni 2016

Perlukah Mengenalkan Anak Remaja Pada Dunia Orang Dewasa?

Perlukah Mengenalkan Anak Remaja Pada Dunia Orang Dewasa?

Pertanyaan ini sempat terlintas ketika saya bersilaturahim ke rumah teman Kompakers Tegal yaitu mba Belinda atau biasa dipanggil mba Abel. Mba Abel ini terbilang sepuh karena usianya paling tua sendiri dan sudah punya anak yang duduk di bangku SMA. 16 tahunan. Selain anak pertamanya itu, ada juga dua anak lainnya yang  sedang dalam masa bertumbuh, usia di bawah 5 tahun.

Rabu, 30 Maret 2016

5 Manfaat Ini Akan Membuatmu Rindu Mengunjungi Keluarga Besar

5  Manfaat Ini Akan Membuatmu Rindu Mengunjungi Keluarga Besar

“Bapak asli mana? Sudah lama nyupiri angkot?”

Percakapan antara penumpang dan supir itu dimulai sejak bapak dan saya duduk di angkot menjelang dini hari pukul setengah dua pagi. Angkot yang akan membawa saya dan bapak ke kosan adek di kawasan Jl Plesiran Bandung. Mata lelaki itu menatap ke depan di belakang kemudi mobilnya, sembari tetap bercerita bagaimana hidupnya dulu hingga sekarang.

Rabu, 18 September 2013

Quote of the Day

Saya memang tidak sedang balapan dengan orang lain dengan sesama pebisnis lainnya, tapi saya sedang balapan dengan usia orang tua saya yang saya sadari betul mungkin tidak akan lama lagi, makanya saya berdoa bisa membahagiakan mereka saat ini, mumpung mereka masih sehat.

Dapet dari mba Eka, dan mrembes mili. Semoga Allah memudahkan urusanku juga dia untuk membahagiakan orang tua. Aamiin :)


Jumat, 13 September 2013

#DearMama

Love you, Mom. :)

Aku janji akan memperbaiki diri dan membuatmu bahagia. Janji. :)

Tegal, 130913, 13:15

Minggu, 18 Agustus 2013

Akankah Sayangmu Seperti Cuaca?

Mengutip dari buku "Rembulan Tenggelam Di Wajahmu" karya Tere Liye pada halaman awal: 

"Puteri, sekarang Jakarta gerimis. Cepat sekali berubah. Kayak hati. Semoga Pengertian, mau saling mengalah, saling menghargai, saling menjaga, komunikasi yang baik, dan tentu saja yang paling penting pemahaman agama yang baik menyertai rasa sayang. Biar abadi sayangnya. Tidak seperti cuaca"
Sumber : notes mba Riski

Sabtu, 03 Desember 2011

Doaku untukmu

Semoga dimudahkan dalam menjalani UAS pekan2 ini ya, dek. Diberikan hasil terbaik yaa.
Aamiin  :)

Untuk Yusuf Ardi Nugroho





Rabu, 22 Juni 2011

Kebahagiaan yang sempurna


Kebahagiaan yang sempurna *

Barusan liat pak Mario di Metro, tema Golden Ways sedang ngetren ni, hehe.. “Kekasihku, penyiksaku.” Sadis nian euy? Apalagi denger Lagu pengiringnya “Separuh jiwaku pergi” .. deuu… bikin gimana gitu de.. serasa diiris2 apa gituh…:D Trus, rada telat dikit, cuma nonton dua sesi, soalnya sebelumnya sibuk ngutak utik file di laptop, n lupa kalo hari ini ada Golden ways, hehe… walo rada telat, tapi ada beberapa statement dan pertanyaan yang menarik pas didiskusikan. ;)

***
Saya suka statement pak Mario yang mengatakan bahwa “Salah satu yang membuat hubungan tidak langgeng adalah  bukan karena kurangnya kasih sayang, akan tetapi kurangnya rasa bersahabat.”

Jleb! Langsung ngena deh. Heuheu.. beberapa waktus lalu sebelumnya saya memang sedang diskusi panjang dengan sahabat saya tentang kisah hidupnya. Hubungan putus bukan karena alasan kurangnya kasih sayang, namun ya itu tadi mungkin yaa… kurangnya rasa berkawan, rasa bersahabat. Dalam sebuah hubungan yang saya lihat dari dirinya, ada sebuah perasaan dari diri si wanita. Perasaan bahwa saya selama ini telah memilih seseorang yang salah. Salah? Mengutip kata pak Mario, saya sedikit tertegun mengingat ungkapan ini. Sebenarnya, “Bukan kita yang salah memilih, tetapi kita lah yang kurang bisa menyesuaikan diri.” Mungkin, si wanita kurang bisa menyesuaikan diri dengan kekurangan yang ada pada diri si laki-laki, atau malah mungkin kedua-duanya ya? Hm… entah..

Menyesuaikan diri ternyata bukan hal yang mudah ya, pun bukan hal yang sulit? Ketika bersama pasangan,  ada ego yang harus dilunturkan, ada rasa yang harus dinetralkan  untuk bisa menerima pasangan apa adanya, plus minusnya, baik buruknya. Butuh kelapangan hati, rasa toleran yang tinggi, pun rasa sabar dan syukur yang selalu digaung-gaungkan oleh sahabat-sahabat saya  yang telah menikah. Ah, iLa masih belum bisa nih. Hiks.. hikss… T_T (jadi brasa blom siap nikah ne ceritanya, hiihiii… ;p)

***
Saya teringat dengan kisah dalam film P.S I Love You, dikisahkan bahwa si wanita setiap hari selalu ribut sesuatu hal yang sebenarnya sepele, tapi akhirnya baru disadari ketika ia telah kehilangan sang belahan jiwa. Usai suaminya meninggal, satu hal yang disesalkan oleh si wanita adalah masa-masa akhir yang ia lalui justru diisi dengan kenangan yang buruk, kenangan tentang keributan setiap saat setiap waktu.

Jangan bertanya pada saya bagaimana rasanya berantem, saling lempar sepatu boat gede, timpuk2an bantal, ngacak2 seprai kamar sambil berteriak tidak jelas, saling cerca dengan makian ala Inggris vs Irlandia di seantero penjuru  ruangan dan kemudian membanting pintu, braakk!  tapi habis itu, baikan lagi dalam waktu 1 atau 2 menit. Cukup dengan satu  kalimat.

“Sudah selesai kan marahannya, Sayang?”

Hehehihi… jangan tanya saya yaaa… karena saya belum pernah mengalaminya.:p Dan kalo pun suatu saat akan terjadi dalam hidup saya, rasanya itu terlalu aneh. :D  Saya bayangin yaaa… kalo saya jadi si wanita, dan si laki-laki karena tidak tahan alias ga sabar dengan sikap saya, tidak tahan setiap saat berantem tentang hal itu2 saja, dan saking muaknya dengan sikap kekanak-kanakan saya, akhirnya menalak saya dengan sekali hap! Hooww… bisa dibayangkan bagaimana rasanya? Maak nyooss.. :’( Bisa-bisa belum genap sebulan, talak telu telah jatuh dengan manisnya… :o

***
Lalu, ada yang bertanya tentang bagaimana membuat lelaki menuruti keinginan kita(para wanita). Hehe… ada loh caranya. Mau tau? ;;)

Yang pertama, naikkan standar dirinya, standar ini tentang kebaikan akhlaknya, tentang kualitas dirinya, dll.. intinya, baikin dia dulu, kalo ada yang salah, ingatkan dengan cara yang baik dan sentuh dengan hati. Bukan dengan debat kusir. Sesudah itu dia akan menaikkan sendiri harga dirinya di hadapan manusia yang lain, sesuai dengan standar tadi. :D

Kedua, semangat. Semangati dia, puji dia tentang kepintaran dia, tentang sekecil apapun hasil yang telah ia raih dengan usaha kerasnya, puji dia. Gampang ya? Kedengerannya sih gampang, cuma kata pak Mario, yang bikin susah itu karena di mata kita, dia tidak terlalu berwibawa, dan karena kita menganggap segala keistimewaan dalam dirinya adalah sesuatu yang biasa saja dan wajar(mungkin karena ketemu tiap hari kali ya? Jadi yang istimewa jadi biasa aja?), jadi ya rasanya susah sekali untuk sekedar memuji. Ha? Ternyata begono yah? :o that’s right! Intinya, menghargai dia y?

Hm.. trus, yang ketiga, Visi.. ajak dia untuk merencanakan mimpi2 jangka panjang denganmu, jadi.. bikin aja plan diskusinya kapan gitu, tentang rumah idaman, plan keluarga di masyarakat dan jenjang karir pasangan. :D nah tuh, katanya sih gampang.. Cuma tiga itu aja? iYe, cuma itu, tapi saya blom nikah. Weeehehe… jadi saya belum bisa menerapkannya. Hehe… *ngumpulin konsep dolo* Kekekee…

***
Lalu ada penggambaran yang lain, tentang kebahagiaan dengan pasangan dan orang-orang tersayang. Ada contoh kasus gini, seorang yang berada dalam tekanan di dalam sebuah rumah tangga mengapa malah lebih memilih untuk tetap mempertahankan sebuah hubungan yang tidak jelas kemana arahnya tersebut? Kenapa begitu? Karena, si wanita yang mengalami ketidaknyamanan dalam rumahtangga tersebut seringkali mengalami tekanan, dan ini membuat ia ciut nyali untuk berfikir bahwa di luar sana ada yang jauuuhh…jauhh benar2 lebih baik dibanding yang kini tengah ia jalani.

Kebayang rasanya, jika pernah melihat ada kasus KDRT tapi si wanita tetap saja kekeuh dalam rumah dan status pernikahan tsb… Deuuh, tahukah engkau, bahwa takdir seseorang bisa diubah? Sungguh! Dan itu hanya butuh pengalihan cara berfikir, alias mindsetnya yang diubah. Beralun dari kehidupan pernikahan yang rusak, acak kadut gak jelas menjadi pernikahan yang harmonis, humoris, dan romantis. ;p

Ya, jadi saking kekeuhnya, si wanita enggan untuk menegaskan dirinya bahwa ia layak mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.

***

Nah, saya suka kata-kata penutupnya nih tentang kebahagiaan. Saya lupa persisnya. :D maaf yaa… ga konsen pas terakhir. Hehe… intinya sih, jangan menyepelekan sebuah kebaikan pasangan kepada kita(orang2 tersayang sekitar kita), dan dengan sekehendak hatinya kita mau berbuat semau-maunya saya. “Mau marah kek, sedih kek, emang gue pikirin?Ntar juga gampang baikannya lagi.” Jika itu yang ada dalam benak kita sekarang(termasuk saya..) maka, ijinkan saya untuk mengatakan kata2 pak mario tadi(rada ga  persis ga papa yah…) , “mulai saat ini, hargailah kebaikan2 orang-orang tersayang di sekitar anda, jaga juga perasaannya, dan buat ia lebih berbahagia dengan anda.”

Segitu aja dulu sih, hhehe.. besok2 musti nonton full ah, masa suka telat nonton gara2 lupa jadwalnya? ;D Thanks buat pak Mario dan MTGW Club, eh yaa… blom sempet ikut trainingnya, heuheu… mahal bo, 300 ribuan deh kayaknya yah? Kapan2 aja yaa…;D


*Judulnya  keknya rada ga sesuai.. :D, silahkan deh kalo ada yang salah ketik ttg review ini, sok atuh… dibenerin yah? ;p Tararengkyuu…*

Tegal Laka-laka, 29 November ’09, 21:54
~ memaknai bahagia bersamamu seperti melukis pelangi usai hujan reda. Indaaah… ^^~

Selasa, 26 April 2011

7 Bibit Bunga Matahari

kering di sini...
sisa abu... berterbangan membuat kelabu sejauh mata memandang
burung pelikan bersuit panjang...
membelah langit, membuat lengang padang terbakar...

aku hanya punya 7 bibit bunga matahari...
air sungai tetaplah bening meski tadi malam terpanggang
gemericik.. koral.. bebatuan.. terlihat dr atas cadas...
tidak ada yang lain... tidak bersisa...

ya Allah... aku hanya punya 7 bibit bunga matahari..

satu butir kulepaskan...
perlahan... jatuh dari kepalan tangan... disambut riak air sungai... mengalir jauh...
untuk ibuku.. semoga Allah menyayanginya selalu...

satu butir berikutnya kulepaskan...
jatuh dari kepalan tangan...
untuk ayahku.. semoga Allah memberikan tameng atas lalai shalat2nya...

satu butir berikutnya kulepaskan...
untuk adik dan kakak2ku... semoga Allah memudahkan seluruh perosalan mereka...

satu butir berikutnya kulepaskan...
untuk teman2 terbaikku... orang2 yg menolongku.. menyingkirkan duri di jalananku... meminjamkan lampu di gelapku.. memberikan nasehat di gundahku...
semoga Allah membalas seluruh kebaikan mereka...

satu butir berikutnya kulepaskan..
untuk anak2 di sekitarku... yang menggenggam janji kehidupan lebih baik..
ya Allah, datangkanlah generasi terjanjikan itu...

satu butir berikutnya kulepaskan..
untuk mimpi2 kehidupan sederhana...
berbagi.. bersyukur.. selalu berprasangka dan berbuat baik
semoga semakin banyak orang2 yang memahaminya..

tinggal satu butir tersisa...
ya Allah, Engkau sungguh tahu itu kusimpan bukan untukku...
karena apalah hidup jika tidak berguna?
buat apalah bernyawa jika tidak bermanfaat?

biarkan hamba menyimpannya...
berdiri takjim menatap enam butir bibit bunga matahari yang sekarang terus mengalir menjauh... pengharapan menyulam langit.. semoga enam butir itu menemukan padang rumput yang subur... lantas tumbuh berkembang berkali lipat...
tp yang satu ini... biarkan yang satu ini hamba menyimpannya...

karena ketika masa itu tiba, hamba tidak akan melepasnya begitu saja...
melainkan menaiki sebuah sampan...
mengalir jauh bersama gemericik sungai...
menemukan lembah yang indah...
bersama seseorang...

http://www.facebook.com/notes/darwis-tere-liye/7-bibit-bunga-matahari/176655019051741


untukmu tuan matahariku. :)


April 6, 2011 at 12:12pm



Minggu, 18 Juli 2010

Belajar tentang logika langit yuk… ;)


Belajar tentang logika langit yuk… ;)

Bismillahirrahmanirrahim…

Tadi pagi, saya ikut kegiatan rutin, yaitu entrepreneur coach khatulistiwa tour&travel. Bedanya, pelatihan kali ini istimewa, karena merupakan penyempurna dari semua tahapan pelatihan yang telah dilakukan selama hampir  4 bulan terakhir. Yang menarik adalah, tema yang dibahas kali ini, benar-benar menarik dan membuka kesadaran saya lebar-lebar, bahwa selalu ada Allah dalam setiap hela nafas saya. Materi kali ini bicara tentang logika langit. Apa itu logika langit? Yuk teman, kita simak penjelasan pak Imron, General Manager Khatulistiwa. ^_^

***
Logika langit adalah logika yang sebenarnya sering kita temui. Logika ini dibandingkan dengan logika dangkal yang berasal dari pikiran manusia sangatlah berbeda jauh. Logika ini diciptakan dan dikendalikan oleh Allah. Hitungan matematis yang langsung dihitung oleh-Nya.

Berlakunya logika langit bukan untuk menjadikan manusia menjadi makhluk yang pasrah seperti wayang yang dikendalikan dalang. Berlakunya logika langit ini mengajak kita untuk sadar bahwa seberapapun kehebatan manusia masih ada Zat yang berkuasa atas segala sesuatu.

Misal, pernah dengar tentang kisah tragedy kapal titanic? Apa yang terjadi dengan kapal itu merupakan salah satu bukti bahwa kesombongan manusia merupakan bencana bagi dirinya sendiri. Dan bukti nyata bahwa ada Allah yang mengendalikan segalanya.

Ini dia rincian kemegahan kapal yang (konon) merupakan kapal paling megah dan mewah yang pernah dibuat dalam sejarah pembuatan kapal(bener ga ya? :D).
       Kapal Titanic merupakan kapal penumpang paling mewah dan terbesar yang pernah dibuat
       Panjang 269 meter dan lebar 28 meter , berat mati 46.328 ton, dan ketinggian dari permukaan air ke geladak setinggi 18 meter.
       Mampu membawa 3.547 penumpang dan awak kapal
       Fasilitas: kolam renang, ruang olah raga, pemandian Turki (Turki bath), perpustakaan dan gelanggang squash.
       Punya 3 ruang: Kelas utama (dihiasi seluruhnya dengan panel kayu,perabotan mewah dan perhiasan yang indah), ruang penumpang kelas 2, dan ruang penumpang kelas geladak

Saya bayangkan, titanic adalah sebuah kapal yang notabene merupakan kapal yang dibuat dari bahan-bahan terpilih, dari baja terpilih, kayu terpilih, dan segala aksesoris di dalam kapal merupakan barang2 terbaik dari maestro pembuatnya. Kekuatannya dihitung secara matematis oleh sang ahli sehingga dipastikan tidak akan tenggelam.

Ingat apa yang dikatakan oleh sang Kapten kapal saat akan melakukan pelayaran pertama kali?
Yap, betul sekali… sang kapten mengatakan begini; “Bahkan Tuhan pun tidak akan bisa menenggelamkan kapal ini. Saya yakin itu.”

Kesombongan sang kapten  ternyata berbuah hasil. Kapal itu pecah jadi dua, dan menjadi  tragedy dalam dunia pelayaran yang memakan korban paling banyak.

       Pelayaran pertamanya adalah pelayaran terakhirnya; Berangkat dari Southampton, Inggris, dalam perjalanan ke New York City, pada Rabu 10 April 1912, di bawah kendali Kapten Edward J. Smith.
        Titanic menabrak gunung es pada 23:40 (waktu kapal), Minggu, 14 April 1912, dan tenggelam 2 jam 40 menit kemudian pada 2:20 pagi hari Senin.
       Bencana tersebut mengakibatkan kematian lebih 1.500 orang, bencana laut terbesar sepanjang zaman

Logika semacam ini sulit untuk dinalar, bagaimana mungkin, kapal yang dibuat dengan susah payah, dengan menggunakan bahan2 terpilih bisa remuk dan menenggelamkan hampir separuh penumpangnya?

Ya itu tadi salah satu contohnya, nah skrg kita masuk beberapa tahapan logika langit:
1.       Logika kesuksesan
(buka Q.S. ali imron:104 yaa…;)
2.       Logika kecerdasan
Seseorang yang sempurna akal ialah yang mengoreksi dirinya, dan mempersiapkan amal sebagai bekal untuk mati.  Dan orang yang bodoh yaitu yang selalu memperturutkan hawa nafsu, dan mengharapkan berbagai angan-angan kepada Allah
(HR Attirmidhi, Tarjamah Riadhus Shalihin buku 1 hal 92)
3.       Logika kemenangan
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi...
(Q.S. An Nur : 55)

4.       Logika perhitungan materi
Dalam logika perhitungan materi, berlaku hukum kekekalan energy. Yaitu;
ENERGI TIDAK DAPAT DICIPTAKAN MAUPUN DIMUSNAHKAN HANYA BERUBAH DARI SATU BENTUK KE BENTUK YANG LAIN
Rumusnya adalah; hasil usaha = hasil usaha tampak + tabungan energy
Masing-masing hasil sesuai dengan usahanya.  Jika usaha kita adalah kebaikan, maka hasilnya kebaikan pula, pun sebaliknya. Yang membuat saya merinding adalah: jika keburukan yang kita tebar banyak, siapkah kita untuk menerima keburukan serupa suatu saat nanti?
Hasil pencairan tabungan energy positifnya antara lain yaitu;
1.       Penghasilan naik, keuntungan bertambah, dan aset bertambah
2.        Karir berrtambah, kekuasaan bertambah, akses bertambah
3.       Ilmu bertambah, pendapatnya di dengar, tulisannya digemari
4.       Popularitas naik, tim bisnis solid, pengikut loyal, relasi meningkat
Dan hasil pencairan tabungan energy negative adalah;
1.       Kehilangan harta, kesehatan, atau usaha merugi
2.       Kehilangan jabatan, karir mentok, akses hilang
3.       Ilmu tidak berkembang, perkataannya tidak dipatuhi
4.       Dibenci orang, dikhianati teman, difitnah
Lantas, bagaimana dengan bayi yang dari lahir sudah mengalami Hasil usaha tampak positif atau negatif? Hasil usaha tampak pada bayi adalah down payment yang harus dibayar. Down payment alias DP yang harus dibayar ini merupakan kebalikan dari yang terjadi pada si bayi ketika besar nanti. Jika kecilnya hidup miskin, bisa jadi ia kaya raya saat dewasa. Pun sebaliknya. Jadi, siapkah kita menerima hasil usaha dari perbuatan kita selama ini? Wallahua’lam. 


Semarang, 4 Juli 2010; 22:56, ingatkan aku jika aku lupa mengingatMu ya, Rabb…



Selasa, 29 Juni 2010

Hmmm.. :D

 
 
“Cinta adalah ketertarikan hebat yang tidak masuk akal, agar sepasang jiwa mengupayakan kebersamaan sebagai pasangan yang menghasilkan keturunan yang melanjutkan kehidupan.

Kasih sayang adalah keputusan sadar untuk menjadikan kebersamaan seseorang dengan pribadi pilihannya sebagai sahabat yang membesarkan kehidupan.

Cinta bisa berlangsung sesaat, dan kasih sayang-lah yang melanjutkannya sampai kapan pun.”

_Mario Teguh_
 
 
 

Selasa, 01 September 2009

Membangun sekolah peradaban di rumah kita

Membangun sekolah peradaban di rumah kita



Seorang ibu
adalah atap waktu
di bawahnya anak-anak menuntut ilmu
Peduli padanya
berarti mempersiapkan suatu bangsa
yang keringatnya mengalir penuh aroma
-penyair Nail-



Saya selalu kagum dengan sebuah tulisan yang tak henti saya baca dengan seksama, dan usai membacanya, saya selalu mengakhirinya dengan decak kagum tak terkira.

Tulisan ini ada di dalam buku Segenggam Rindu untuk Istriku, Dwi Budiyanto. Tapi maaf sebelumnya, saya telah mengeditnya sesuai kebutuhan, agar tak terlalu panjang dalam penjabaran. Tulisan yang mengajari saya akan makna sebuah cita-cita peradaban, penuangan visi dan misi yang terintegrasi dengan baik dalam sebuah keluarga. ^_^

Abul Aswad Ad-Duali pernah berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, aku telah berbuat baik kepadamu sejak kalian kecil hingga dewasa, bahkan sejak kalian belum lahir.”
“Sejak kami belum lahir?”
“Iya,” jawab Abul Aswad.
“Bagaimana caranya, Ayahanda?”
“Hmm.. Ayah telah memilihkan untuk kalian seorang wanita terbaik di antara sekian banyak wanita. Ayah pilihkan untuk kalian seorang ibu yang pengasih dan pendidik yang baik untuk anak-anaknya.”

Ya, Dari sinilah cita-cita peradaban dimulai, yaitu sejak seorang laki-laki memilih pasangan hidupnya. Menentukan siapa istrinya, sekaligus menetapkan calon pendidik bagi putra-putranya. Sejak saat itu seorang lelaki, semestinya, telah membuat desain untuk membangun sebuah sekolah peradaban dalam rumahnya.

Itulah sebabnya, Abul Hasan Al Mawardi beranggapan bahwa memilih istri merupakan hak anak atas ayahnya. Beliau mengutip perkataan Umar bin Khattab ketika mengatakan, ”Hak seorang anak yang pertama-tama adalah mendapatkan seorang ibu yang sesuai dengan pilihannya, memilih wanita yang akan melahirkannya. Yaitu, seorang wanita yang memiliki kecantikan, mulia, beragama, menjaga kesuciannya, pandai mengatur urusan rumah tangga, berakhlak mulia, mempunyai mentalitas yang baik dan sempurna, serta mematuhi suaminya dalam segala keadaan.”

Saya merasa inilah tanggungjawab pertama seorang suami, yaitu memilih secara tepat istrinya. Namun, kerja ini tidak berhenti sampai disini, karena ada kerja berikutnya yang tak kalah penting, yaitu kerja pemeliharaan, pertumbuhan , serta penyiapan.

Memelihara, menumbuhkan dan menyiapkan harus menjadi prioritas. Lelaki tak hanya sekedar memilih istri yang memiliki pesona potensi luar biasa. Pesona potensi itu harus dapat dipelihara dan ditumbuhkan agar tidak redup di tengah jalan, terlebih setelah menikah. Suami perlu meningkatkan kapasitas dan kemampuan istri, agar ia memiliki bekal untuk menyukseskan perannya sebagai seorang pendidik.

Sampai disini, kerja-kerja kepahlawanan takkan pernah berhenti meskipun Islam telah menjelma menjadi icon peradaban dunia. Sebuah misi untuk menjadikan dunia benderang dengan cahaya ilahiah.

Betapa niat di awal memilih adalah yang utama, maka menetapkan pilihan yang terbaik untuk menjadi partner sejati dalam menapaki jalan dakwah ini penting dilakukan.

Maka, saya pun setuju dengan pendapat sahabat saya, Asti, tentang arti sebuah pernikahan baginya. “Menikah bukan hanya menyatukan dua jiwa, tapi lebih kepada pembentukan motor peradaban. Bagaimana akan mengelola ummat jika pemikiran dan visi di keluarga tidak terintegrasi dengan baik?”

Jika saya menilik kata “tidak terintegrasi dengan baik”, maka apa yang seharusnya dilakukan? Ya, sebuah komunikasi yang efektif untuk menjembatani antara keinginan dua orang (suami istri) yang berbeda cara pandang dalam menentukan kemana arah peradaban yang akan mereka bangun di dalam rumah mereka.

Kemana harus melangkah, tujuannya harus jelas, dan matang dalam berkonsep serta efektif dalam pelaksanaan. Kesungguhan dalam menjalankan juklak dan juknis ini mutlak diperlukan, karena pada dasarnya sebuah konsep akan tetap menjadi konsep jika tidak dilaksanakan dengan cermat dan tepat.

Konsep tarbiyah yang akan dijalankan merupakan proses mendidik manusia dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia ke arah yang lebih sempurna. Bukan saja dilihat sebagai proses mendidik saja, tetapi meliputi proses mengurus dan mengatur supaya kehidupan berjalan dengan lancar. Termasuk dalam konsep ini tarbiyah meliputi bentuk fisik, spiritual, material dan intelektual. Proses ini akan mendidik anak untuk dapat menghayati nilai-nilai yang sesuai untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Nah, sampai disini dulu catatan kecil saya kali ini. Beberapa konsep harus dijelaskan secara detail dan butuh referensi mendalam untuk menjadikan maket-maket peradaban itu terwujud. Saya membutuhkan saran darimu, kawan.. Dan tentu akan dengan senang hati menerimanya. ^_^ Trimakasih telah menyempatkan diri membaca catatan kecil ini. ^^

Sekaran, Kamar Cahaya. 24 April ’09, 00:11, ketika menjadi sholeha bukanlah pilihan, melainkan suatu kebutuhan inti. ^_^

Jumat, 28 Agustus 2009

Telaga yang kutemukan di sebening matamu

Ada bening yang terpancar
Ada ketenangan yang terlantun
Ada kesejukan yang mengalir
Lembut..
Namun menggerakkan
Sungguh, ketika kutatap wajahmu
Ada keindahan cahaya
yang takkan tergantikan
oleh percikan cahaya purnama sekalipun


Sejuk, namun menggerakkan. Itu kesan yang saya dapatkan dari orang-orang hebat di luar sana yang begitu menginspirasi saya. Ya, bagi saya, mereka tak hanya cantik atau pun tampan secara fisik, namun juga keindahan jiwa mereka terlihat dari tutur kata yang selalu santun dan tetap menimbulkan wibawa tersendiri. ^^


Tak henti-hentinya saya selalu mengagumi, betapa mereka benar-benar menerapkan keseimbangan antara dzikr, fikr, dan amal yang mengada pada setiap jejak langkah yang mereka pijak di setiap kesempatan.


Lalu, apa yang menarik, hingga tanpa kecantikan -yang menurut kita – it’s soo fisically, bo! Ya, itu cuma soal fisik. Nah, apa yang menarik hati saya hingga tanpa interaksi yang sering pun, saya merasakan kuatnya ikatan-ikatan dengan mereka dalam keseharian?


Tentu, jawabannya menurut saya adalah karena jiwa mereka yang tak henti-hentinya memancarkan cahaya ilahiyah. ^_^


Ya, kedekatan mereka dengan Tuhan, kedekatan itu mirip energi yang tak henti melahirkan kekuatan jiwa tanpa batas. Tak ada kekuatan selain-Nya. Tak ada kesempurnaan selain milik-Nya. Tak ada pula keangkuhan yang patut dipertunjukkan, bila berhadapan dengan-Nya.


Maka, saat energi ketundukan mengada dalam diri, dalam jiwa kita secara inti, kita telah menemukan bahwa kita adalah seorang hamba. Ya, tak lebih, tak kurang, hanya seorang hamba yang tak punya daya selain karena pemberian dari-Nya.


Energi ketundukan, energi tawakal dalam diri, membuat kita menjadi lebih tenang dalam menghadapi apapun, ya... Apapun di dunia ini. Ada kekuatan yang tak henti terpancar, menembus batas-batas rasionalitas. Dan membuat diri menjadi yakin, bukankah tugas kita di dunia ini ‘hanya’ berupaya mewujudkan takdir-takdir terbaik? Maka, selanjutnya, serahkan saja pada sang Pemilik Hidup.


Telaga itu kutemukan di sebening matamu, Bunda...
Telaga yang memancarkan kesejukan
Bagi jiwa-jiwa yang rapuh dan membutuhkan uluran tangan
Sungguh, pesona jiwa yang membangkitkan kekuatan


Pun kini, ijinkan aku untuk dapat selalu belajar darimu, duhai sang telaga bening... Agar aku bisa menghirup aroma surgawi dari kesantunan jiwamu.


Tulisan ini untuknya, sang telaga biruku, “She is my inspiration, and you are too... “ Aku rindu padamu, Bunda... Met Milad ya, Cinta... ^^


Allah, di pembuka malam kini... Kupinta surga untuknya, ya... untuk Bundaku tersayang, pencetak generasi Rabbani, insyaAllah... Kabulkanlah ya Rabb... ^_^


Sekaran, Kamar Cahaya. 10 Mei ’09, 19:48

~saat kurindukan kesejukan bermain dan bercerita bersamamu, Bunda.. ^^~