Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Sabtu, 03 Desember 2011

Entah

Dear Asti, 

 Rasanya cengeng sekali aku malam ini,
menangis untuk sebuah takdir 
yang sebenarnya sudah Allah siapkan, 


hanya mungkin aku yang belum siap, 
hanya mungkin aku yang belum sepenuhnya shalihah. 
hanya mungkin banyak sekali kekurangan diri 
yang  belum juga menggerakkan Allah 
untuk memberi apa yang aku inginkan. 


Aku tahu begitu banyak doa-doa lain 
yang tersemai indah
tapi untuk yang satu ini
sungguh...
aku sudah memintanya 
selama beberapa tahun ini

dengan doa
dengan usaha

ingin rasanya meyakini dengan sebenar-benarnya keyakinan diri
kata-kata seorang sahabatku dulu...

"Yakinlah, Allah SWT menyiapkan hadiah kejutan tak terduga yang akan membuatmu tercengang dan malu karena selama ini sudah berburuk sangka bahwa DIA tak sayang padamu dan tak mendengar doamu."


aku tahu itu, Asti sayang...
tapi bolehkan aku menangis malam ini?
aku hanya ingin menangis, itu saja. :)

entah, berapa koin kebaikan 
yang harus aku kumpulkan 
agar DIA mengabulkan inginku yang satu itu
badai di luar sana kencang...
aku hanya takut diriku tak mampu menahan laju badai, 
dan terjatuh sekali lagi
aku takut, aku ingin berlindung pada Allah dari keburukan apapun


kuharap Allah tahu
aku memintanya dengan sungguh-sungguh
dengan air mata dan doa. 

doakan, doakan, doakan...
agar diri ini tetap utuh teguh di jalanNya, Asti... :)


031211, 21:24
usai membaca komenmu malam ini 


Doaku untukmu

Semoga dimudahkan dalam menjalani UAS pekan2 ini ya, dek. Diberikan hasil terbaik yaa.
Aamiin  :)

Untuk Yusuf Ardi Nugroho





Jumat, 02 Desember 2011

Doaku malam ini

Ya Allah, jadikanlah kami ridha terhadap ketetapan-Mu.
Kuatkan hati kami
sehingga kami tidak ingin disegerakan terhadap sesuatu yang Kau tunda,
juga tidak ingin tertundanya sesuatu yang Kau segerakan.
Jangan Kau biarkan hati kami cenderung mencari apa pun
yang belum atau tidak Kau tetapkan sebagai milik kami.
Aamiin…

021211, 01:55

Kamis, 01 Desember 2011

Jodohmu Jodohku

Judulnya nyambung gak ya? ahaha... pengen nulis ttg ini soalnya baru aja baca tulisan seorang blogger yang aq kenal pas awal ngeblog di tahun 2006. eh tu akang tumben bener update tulisan setelah hiatus yang lumayan luamaaaaa.... :P


namanya Kang Donny Reza. kenal pas awal2 ngeblog dulu di blog fs, tahun 2006-an. 

Ini tulisan terbarunya yang tadi aq baca, aq kutip sebagian. Tulisan lengkapnya bisa dibaca di sini
 
sering kali kita mengeluhkan susahnya mendapatkan jodoh, lalu mencoba mencari pembenaran seolah-olah Tuhan menunda pertemuan kita dengan jodoh terbaik yang sudah Tuhan siapkan untuk kita. Sementara, barangkali yang sesungguhnya terjadi adalah Tuhan sudah ‘mengirim’ seseorang terbaik ke hadapan kita, lalu kita menolaknya karena tidak sesuai dengan kriteria yang ada di benak kita. Mungkin saja orang tersebut sudah sangat dekat, tapi ‘makhluk sempurna’ di dalam benak kitalah yang membutakan mata dan pikiran kita. Mungkin juga, jika Anda seorang wanita, orang tersebut sudah berniat melamar Anda, tapi Anda menolaknya karena, “kurang sreg di hati“. Begitu alasan Anda. Padahal, bisa jadi Anda sendiri tidak yakin dengan alasan tersebut karena sudah terlalu dibutakan oleh angan-angan Anda. Lucunya, setelah itu, Anda masih mengeluh betapa susahnya mencari jodoh. Jodoh yang sempurna, tentu saja.


Jujur, beberapa hari ini agak galau lagi . #eaaaa. ;p
nah, kmrn2 curhat sama seorang mbak. Ngobrolin soal jodoh. Kok bahasannya jadi mirip sama yang ditulis si akang  kmrn ya? Hihii...:D


Si mbak ngletuk gini "kalo jodoh, ya harus diusahakan ya. salah satunya dengan memperjuangkan." (lupa2 ingat kata2nya kek gimana, intinya sih gitu :))


Membayangkan saya sendiri yang ada di pihak yang dibicarakan kang donny. dan ingat kata2 si mbak itu. saya jadi membayangkan diri saya jadi si orang itu. Yang udah disodorin jodoh, tapi sok-sokan milih yang neko2, sampe nggak nyadar sebenernya jodohnya itu udah ada di depan mata. Ya Allah, iya ya? emang gitu ya? trus siapa dong orangnya? Kasi bocoran dikit dong, Allah. Biar ga galau mulu. heuu... T__T




#PostinganGeJe


#AbaikanSaja


:p




011211, 21:09

3 Bekal Mengasuh Anak


‎3 Bekal Mengasuh Anak  Oleh Mohammad Fauzil Adhim

Apakah do’a-do’a kita telah cukup untuk mengantar anak-anak menuju masa depan yang menenteramkan? Apakah nasehat-nasehat yang kita berikan telah cukup untuk membawa mereka pada kehidupan yang mulia? Ataukah kita justru merasa telah cukup memberi bekal kepada anak-anak kita dengan mengirim mereka ke sekolah-sekolah terbaik dan fasilitas yang lengkap? Kita telah merasa sempurna sebagai orangtua karena bekal ilmu telah melekat kuat dalam diri kita.

Hari-hari ini, ada yang perlu kita renungkan. Betapa banyak ahli yang ‘ibadah yang keturunannya jauh dari munajat kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Tak ada anak yang mendo’akannya sesudah kematian datang. Begitu pula, alangkah banyak orangtua yang nasehatnya diingat dan petuahnya dinanti-nanti ribuan manusia. Tetapi sedikit sekali yang berbekas dalam diri anak. Padahal tak ada niatannya untuk melalaikan anak sehingga lupa memberi nasehat. Ia bahkan memenuhi setiap pertemuannya dengan anak dengan nasehat-nasehat disebabkan sedikitnya waktu untuk bertemu. Tetapi justru karena itulah, tak ada lagi kerinduan dalam diri anak. Sebab pertemuan tak lagi indah. Nyaris tak ada bedanya bertemu orangtua dengan mendengar kaset ceramah.

Lalu apakah yang sanggup menaklukkan hati anak sehingga kata-kata kita selalu bertuah? Apakah kedalaman ilmu kita yang bisa membuat mereka hanyut mendengar nasehat-nasehat kita? Ataukah besarnya wibawa kita yang akan membuat mereka senantiasa terarah jalan hidupnya? Atau kehebatan kita dalam ilmu komunikasi yang menyebabkan mereka selalu menerima ucapan-ucapan kita? Sebab tidaklah kita berbicara kecuali secara terukur, baik pilihan kata maupun ketepatan waktu dalam berbicara.

Ah, rasanya kita masih banyak menemukan paradoks yang susah untuk dibantah. Ada orang-orang yang tampaknya kurang sekali kemampuannya dalam memilih kata, tetapi anak-anaknya mendengarkan nasehatnya dengan segenap rasa hormat. Ada orangtua yang tampak sekali betapa kurang ilmunya dalam pengasuhan, tetapi ia mampu mengantarkan anak-anaknya menuju masa depan yang terarah dan bahagia. Tak ada yang ia miliki selain pengharapan yang besar kepada Allah ‘Azza wa Jalla seraya harap-harap cemas dikarenakan kurangnya ilmu yang ia miliki dalam mengasuh anak. Sebaliknya, ada orangtua yang begitu yakinnya bisa mendidik anak secara sempurna. Tapi tak ada yang bisa ia banggakan dari anak-anak itu di masa dewasa kecuali kenangan masa kecilnya yang lucu menggemaskan.

Agaknya…, ada yang perlu kita tengok kembali dalam diri kita, sudahkah kita memiliki bekal untuk mengasuh anak-anak itu menuju masa dewasa? Tanpa menafikan bekal lain yang kita perlukan dalam mengasuh anak, terutama yang berkait dengan ilmu, kita perlu merenungi sejenak firman Allah Ta’ala dalam surat An-Nisa’ ayat 9:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisaa’, 4: 9).

Mujahid menjelaskan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan permintaan Sa’ad bin Abi Waqash tatkala sedang sakit keras. Pada saat Rasulullah saw. datang menjenguk, Sa’ad berkata, “Ya Rasulallah, aku tidak memiliki ahli waris kecuali seorang anak perempuan. Apakah aku boleh menginfakkan dua pertiga dari hartaku?”

Rasulullah saw. bersabda, “Tidak boleh.”

“Separo, ya Rasul?”

“Tidak,” jawab Rasul lagi.

“Jika sepertiga, ya Rasul?”

Rasul mengizinkan, “Ya, sepertiga juga sudah banyak.” Rasulullah saw. bersabda, “Lebih baik kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan daripada dalam keadaan miskin yang meminta-minta kepada orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berpijak pada ayat ini, ada tiga pelajaran penting yang perlu kita catat. Betapa pun inginnya kita membelanjakan sebagian besar harta kita untuk kepentingan dakwah ilaLlah, ada yang harus kita perhatikan atas anak-anak kita. Betapa pun besar keinginan kita untuk menghabiskan umur di jalan dakwah, ada yang harus kita periksa terkait kesiapan anak-anak dan keluarga kita. Sangat berbeda keluarga Umar bin Khaththab dan Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhuma dengan keluarga sebagian sahabat Nabi lainnya. Umar bin Khaththab menyedekahkan separo dari hartanya, sedangkan Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak meninggalkan untuk keluarganya kecuali Allah dan Rasul-Nya. Abu Bakar menginfakkan seluruh hartanya. Dan Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan sekaligus menyambut baik amal shalih keduanya.

Lalu…, bagaimanakah dengan keluarga kita?

Kembali kepada pada perbincangan awal kita. Ada tiga bekal yang perlu kita miliki dalam mengasuh anak-anak kita. Pertama, rasa takut terhadap masa depan mereka. Berbekal rasa takut, kita siapkan mereka agar tidak menjadi generasi yang lemah. Kita pantau perkembangan mereka kalau-kalau ada bagian dari hidup mereka saat ini yang menjadi penyebab datangnya kesulitan di masa mendatang. Berbekal rasa takut, kita berusaha dengan sungguh-sungguh agar mereka memiliki bekal yang cukup untuk mengarungi kehidupan dengan kepala tegak dan iman kokoh.

Sesungguhnya di antara penyebab kelalaian kita menjaga mereka adalah rasa aman. Kita tidak mengkhawatiri mereka sedikit pun, sehingga mudah sekali kita mengizinkan mereka untuk asyik-masyuk dengan TV atau hiburan lainnya. Kita lupa bahwa hiburan sesungguhnya dibutuhkan oleh mereka yang telah penat bekerja keras. Kita lupa bahwa hiburan hanyalah untuk menjaga agar tidak mengalami kejenuhan.

Hari ini, banyak orang berhibur bahkan ketika belum mengerjakan sesuatu yang produktif. Sama sekali!

Kedua, taqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Andaikata tak ada bekal pengetahuan yang kita miliki tentang bagaimana mengasuh anak-anak kita, maka sungguh cukuplah ketaqwaan itu mengendalikan diri kita. Berbekal taqwa, ucapan kita akan terkendali dan tindakan kita tidak melampaui batas. Seorang yang pemarah dan mudah meledak emosinya, akan mudah luluh kalau jika ia bertaqwa. Ia luluh bukan karena lemahnya hati, tetapi ia amat takut kepada Allah Ta’ala. Ia menundukkan dirinya terhadap perintah Allah dan rasul-Nya seraya menjaga dirinya agar tidak melanggar larangan-larangan-Nya.

Ingin sekali saya berbincang tentang perkara taqwa, tetapi saya tidak sanggup memberanikan diri karena saya melihat masih amat jauh diri saya dari derajat taqwa. Karena itu, saya mencukupkan pembicaraan tentang taqwa sampai di sini. Semoga Allah Ta’ala menolong kita dan memasukkan kita beserta seluruh keturunan kita ke dalam golongan orang-orang yang bertaqwa.

Allahumma amin.

Ketiga, berbicara dengan perkataan yang benar (qaulan sadidan). Boleh jadi banyak kebiasaan yang masih mengenaskan dalam diri kita. Tetapi berbekal taqwa, berbicara dengan perkataan yang benar (qaulan sadidan) akan mendorong kita untuk terus berbenah. Sebaliknya, tanpa dilandasi taqwa, berbicara dengan perkataan yang benar dapat menjadikan diri kita terbiasa mendengar perkara yang buruk dan pada akhirnya membuat kita lebih permisif terhadapnya. Kita lebih terbiasa terhadap hal-hal yang kurang patut.

Karenanya, dua hal ini harus kita perjuangkan agar melekat dalam diri kita. Dua perkara ini, taqwa dan berbicara dengan perkataan yang benar (qaulan sadidan) kita upayakan agar semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sekiranya keduanya ada dalam diri kita, maka Allah akan baguskan diri kita dan amal-amal kita.

Allah Ta’ala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab, 33: 70-71).

Nah.

Masih banyak yang ingin saya tulis, tetapi tak ada lagi ruang untuk berbincang di kesempatan ini. Semoga Allah ‘Azza wa Jalla pertemukan kita dalam kesempatan yang lebih lapang.

::Semoga yang sederhana bisa sekaligus menjadi penjelas tentang batas maksimal sedekah yang diperkenankan, kecuali bagi mereka yang imannya dan iman keluarganya sudah setingkat imannya Abu Bakar Ash-Shiddiq ra dan keluarganya.
sumber : http://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=263710513678084&id=183316298384173

Rabu, 30 November 2011

Mereka yang tak pernah ditolak Penerbit!

Ayo Menulis Buku 
Ini mungkin "gila" tapi ini nyata dan ada yang pernah membuktikannya....
Cobalah sedekah artikel dengan cara paling sederhana
Dengan membuat buletin yang dicopy.. satu edisi saja....... lalu bagikan ke temen atau simpan di tempat keramaian.....
Tapi jangan berhenti menulis naskah bukunya....
Silahkan kirim naskah terbaik ke penerbit... ingat yang terbaik....
Dan temukan rahasia keajaiban sedekah.....

Tadi pas mau nulis naskah KCCI, ada notif update di grup penulis samara masuk fb ku. aq penasaran, trus buka. pas baca, kaget banget. tapi ini beneran ya. Liat deh kata-kata yang kucopas di atas.

Para penulis di  grup samara telah menerapkan  cara ini sejak lama dan mereka hebat! Naskah mereka ga pernah ditolak penerbit. Dari 30 orang, penulis perindu samara, 10 diantaranya dikontrak untuk menulis proyek pensanan/proyek pribadi oleh penerbit mayor padahal mereka baru nerbitin antologi dalam hitungan bulan, kalo ga salah 3 bulan aja.

Mungkin ini agak aneh, tapi buatku yang prnah ngrasain keajaiban sedekah, tau banget kalo cara ini paliiiinggg ampuh buat narik rejeki dan nolak bala. Dulu tahun 2010, aq pernah hampir kehilangan laptop, andai aja aq membatalkan niatku untuk sedekah  dengan gaji pertamaku. kebayang ya, uang yang cuma brapa ratus , bisa menahan harta kita yang nilainya juta2...

Juga memang selama ini, alhamdulillah... naskahku di penerbit dipermudah sama Allah. Cepet banget proses terbitnya, bahkan ga ada itungan bulan. pernah juga pasang iklan , trus kebanjiran prospek sampe kewalahan followup nya.

Trus kmrn, temenku baru aja cerita kalo dia dapet hadiah dari Allah, rewardnya langsung lunas digantikan. dia cerita sih, kmrn dia mbatin "kapan ya bisa dapet ganti sedekah secara cepat.. biar bisa ngrasain keajaiban sedekah.. biar makin percaya.." ga taunya, dalam hitungan hari, cuma 3 hari, uang dia balik 10 x lipat dari yang dia keluarkan buat sedekah. Amazing!

Dan kisah2 keajaiban sedekah yang lain. Ada banyak sbenernya... :D

Mereka yang tak pernah ditolak penerbit tau rahasianya. Bahwa naskah yang diterima, selain karena proses pengerjaan yang matang, juga karena  unsur sedekah/doa tadi. Yang membuat impian jauh lebih bersayap dan cepat diraih.

Mau coba? Silahkan.. Temukan keajaiban dalam hidupmu skrg juga! ;)

251011, 00:18

Iri dengan kang Iwok


"Kalo kamu mulai bosen dateng ke toko buku, mungkin itu karena di sana tak ada buku dengan namamu sebagai penulisnya."

#Jleb! 
Itu kata2 yang dulu pernah aku baca di wall grup cendolers. Penulis wall itu kayak  tau aja belakangan ini aku agak susah nulis cerita fiksi. awaww... sampe skrg masih mentok di halaman2 awal. haiishh... ga tau kenapa ini ya? bingung juga. >.<

Aku iri dengan dia. Penulis yang namanya bertebaran di mana-mana. Salah satunya Kang Iwok Abqary. Kenalan sama kang iwok pas ikutan kuisnya dia. hihi... soalnya aq jadi pemenang ke dua yang ngumpulin like terbanyak. wekekeke... :p 

Seneng aja sih pas dapet buku plus tandatangan langsung penulisnya. Ahaha... brasa apa ya? Disemangati! XD 

Soalnya di buku itu juga ada tulisannya. wihihii... seneng banget! ada namaku disebut di situ. kali aja ntar ketularan hokinya kang iwok. Bisa eksis di dunia menulis. :">

To : Ila Rizky Happy Reading &Tetap semangat menulis! ^_^

Kang iwok udah nelurin (eh, bahasanya apa ya enaknya? :D) nerbitin ding... antologi-nya 16, buku solo-nya 37 buku. wawww!  kalo ingat betapa sibuknya kang iwok di dunia nyarta, kayaknya bakal geleng2 kepala ya. dia sibuk klo siang kerja di kantor, plg ke rumah ngumpul sm keluarga, malemnya baru nulis itu pun 3 jam-an. tapi bs  jadi buku, dan itu kontinu alias berkelanjutan. jd tiap buku satunya lagi proses terbit atau udah terbit, nanti nulis lagi. Senengnyaaa... idenya kayak ngalir lancar gitu aja. :D 

Kalo resep rahasianya ini :
Yakin, kalo satu novel dah terbit, pasti ketagihan nulis lagi. Pengalaman saya sih gitu. hehehe ... cerpen jalan, novel pun pun jalan. kan asyik tuh? :D
Moga aja jadi pemicu buatku rajin nulis lagi hihi... hayoo ah, ila. kapan novelnya? ekeke... :))

301111, 02:00

Komunitas