Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Jumat, 03 Januari 2014

Waiting for you

Perjanjian yang kuat
Postingan kali ini tentang jodoh :D Udah bosen kali ya pembaca ngeliat aku nulis di blog ini tentang jodoh, cinta, pernikahan menurutku, blablabla, tapi aku belum sekali pun pernah bahas tentang proses pencariannya kayak gimana. Selama ini aku memendamnya sendiri, ga cerita ke orang lain kecuali ya paling temen sendiri itu pun cuma 1-2 orang aja yang paling dekat denganku aja. 


Jodoh buatku masih misteri, hingga detik ini aku bahkan tak pernah tahu bagaimana cara skenario Allah akan mempertemukanku dengan jodohku nanti. Pernah suka sama seseorang pas tingkat dua kuliah, dan laki-laki yang aku kenal dari dunia maya itu ngajak nikah. Karena aku belum pernah ketemu sama dia, aku ga yakin kalo dia jodohku. Karena ketemu aja belum pernah. Bersyukurlah karena aku ga jadi berjodoh dengan orang itu karena sifat keras kepalanya tak bisa mengimbangi sifatku yang juga sama sepertinya. Sama-sama keras kepala. Mungkin karena kami berasal dari jurusan yang sama, dengan cara pandang yang sama, jadi aku tak yakin saat itu bahwa dia jodohku. Istikharahku pun... ngambang. Dan berakhir dengan aku menolak dia. Akhirnya, selang beberapa bulan penawarannya aku tolak, dia menikah dengan kakak tingkatnya di kuliah. Sekarang, dia udah punya anak.

Trus, gimana? Patah hati? Mungkin perasaanku saat itu hanya suka, belum sampai cinta. Jaman itu rasanya aku masih ababil, memandang pernikahan hanya sebatas ingin merasa nyaman saja, tapi belum tahu hak dan kewajiban dalam pernikahan. Saat itu aku membaca buku Barakallahu Laka Bahagianya Merayakan Cinta-nya Salim A Fillah hanya sampai bab niat saja. Ternyata memang pendalamanku tentang pernikahan baru sebatas "NIAT".  Ya, aku pun menghela nafas, ternyata aku belum siap.

Berkali-kali berkenalan dengan orang lain, tapi belum satu pun yang membuatku tertarik untuk benar-benar cinta selamanya sama orang itu. Sampai suatu ketika pernah dijodohkan oleh temanku dengan seseorang, sahabat suaminya yang masih lajang juga. Kami tukeran cv, heuheu, baru sekali itu aku tukeran cv. Dijodohkannya pun sama orang yang beda 5 tahunan dari usiaku. Jauh usianya? Bangeet. Kriterianya beda dari kriteria idamanku sebenarnya, hanya, dia berbeda jarak 5 tahun jadi sudah mapan. Cara pandangnya beda, dia yang cenderung nrimoan kalo aku ngobrol sama dia, dan dia yang cenderung pendiam. Aku ternyata ga bisa beradaptasi dengan caranya berkomunikasi denganku, dia yang punya tipikal ngomong sak perlune wae yang kalo aku ngobrol sama dia cuma dibales "iya", "makasih, "apa?". Sementara aku berprinsip, jodoh itu enaknya kalo bisa jadi temen ngobrol apa aja, yang bisa diajak ngobrolin apapun kayak sama kakak sendiri atau sahabat sendiri. Dia yang terlalu nrimoan sampe pernah ditipu sama orang pun nrimoan, khasnya orang jawa :(. Dia baik, tapi aku merasa jeda usia kami terlampau jauh untuk bisa dijembatani dengan segala perbedaaan karakter kami. Sampai akhirnya ya kenalan cuma satu bulan ga berlanjut kemana-mana. :D Bersyukur dia sudah nikah sekarang. :))

Selang beberapa bulan kemudian aku kenalan dengan sahabatnya sahabatku di kampus, orangnya pendiam juga tapi tipikal pekerja keras. Posisinya sama denganku waktu itu sama-sama sering lembur dan terlalu aktif dengan kegiatan di kantor. Interaksi sebatas chat, sms dan telfon. Ketemuan sering tapi entah kenapa orang tuaku juga ga setuju dia main ke rumah, dan adeknya malah lebih sreg kalo dia nikah sama orang lain. Entah kenapa aku lebih sering kenalan dengan orang pendiam, padahal aku juga pendiam. Ga saling melengkapi deh, jadinya kalo aku diem ga ada pembicaraan apa-apa. Penerimaan keluarganya tak sebaik yang aku duga sampai akhirnya aku berhenti komunikasi setelah dekat selama tiga bulan.  Kecewa? Iya. 

Pernah dekat juga dengan kakak kelas di SMA, dekat pas sama-sama satu kota pas kuliah, sama-sama suka nulis. Darinya aku belajar tentang puisi dan cerpen. Tapi ternyata bukan jodoh. Tipikal penyayang, introvert, pekerja keras, dermawan, hanya mudah jatuh cinta sama orang lain juga. Heuheu. Pernah suatu kali kami berdebat soal poligami dan sepertinya dia berniat untuk hal itu. Aku lebih memilih untuk tidak lagi ada dalam hidupnya. Selesai. Tahun lalu, dia udah nikah juga. :))

Beberapa kali setelah itu aku berkenalan dengan orang lain tapi belum sesuai kriteria lagi. Ada yang sesuai dengan kriteria tapi dia mundur teratur karena merasa belum mapan, belum dibolehkan orang tua, dll. Orang sekitarku mungkin mudah menyarankan pada si lajang untuk sabar menunggu seseorang yang tepat, tapi kadang si lajang pun lupa bahwa butuh memantaskan diri untuk bisa mendapatkan kriteria yang diidamkan. Berharap aku berjodoh dengan orang baik jika lingkungannya tak baik apa yang akan terjadi? Berharap mendapatkan jodoh yang hanif jika aku sendirinya belum seperti itu apa yang akan terjadi? Aku berusaha yakin bahwa pilihan Allah suatu saat akan indah pada waktunya, dan itu yang terbaik. Karena pada saatnya, cinta akan punya cara sendiri untuk menemukan jalan.

Aku berusaha untuk menaikkan kualitas diri, mendalami pemahaman tentang pernikahan dan parenting. Lucu memang bagi si lajang untuk belajar tentang hal itu. Rasanya seperti masuk ke dunia asing. Ada warna-warni dunia yang tak pernah aku kenali sebelumnya. Tapi aku berharap dengan belajar itu aku bisa mendapatkan pemahaman-pemahaman baru bahwa kesiapan mental akan jauh lebih kudapatkan setelah membekali diri sebaik mungkin. Bahwa memang suatu saat nanti akan ada seseorang yang tepat yang akan mendampingi, menggenapi keping jiwaku. 

Dari pengalaman belakangan ini, aku juga belajar untuk menerima lebih ikhlas dan lebih sabar. Bahwa, orang yang akan jadi pasanganku nanti pun mungkin memiliki  cinta masa lalunya. Bahwa dia tetaplah manusia yang punya kekurangan. Pemahaman ini akhirnya aku dapatkan dalam dua tahun terakhir. Pemahaman bahwa suatu saat wujud cinta akan ada ketika aku berani memilih seseorang dan mengambil keputusan, "The past is yours, The future is us!". Ya, masa lalunya, itu masa lalu. Masa laluku, itu masa laluku. Tetapi masa depan, itulah kami suatu saat nanti. Love you like there's no tomorrow. Ya bahwa tak ada orang yang sempurna di dunia ini, termasuk aku pun. 
Cintamu adalah hadiah Lailatul Qodar yang pertama dari Allah untukku. Hadiah yang akan selalu aku jaga seumur hidupku. Aku ingin saat kita menua, kita saling menjaga dan jemari kita saling menggenggam. Kau menemaniku menikmati senja dan hujan yang selalu kita rindukan. Dan kita saling berucap, aku dan kamu adalah sepasang doa yang saling mengamini. Allah mempertemukan kita untuk membangun sebuah cita-cita yang lebih besar. Semoga jalanku dan jalanmu bisa selalu berpadu dalam satu. :)
Hmm, ngomong-ngomong soal kriteria... Kriteria calon suamiku : laki-laki, muslim, bersedia monogami selama aku masih hidup, nyaman diajak diskusi dan ngobrol, pekerja keras, visioner, tanggungjawab dan sayang pada keluarga. Udah itu aja sih, hehe. :P Ada yang cocokkah? xD Aku masih nunggu orang yang tepat untuk membawaku pada mistaqan ghaliza itu. Semoga tahun ini ketemu ya. Aamiin. Mohon doanya ya, Bunda Leyla. x) *sungkem dulu*

15 komentar:

  1. Kriterianya berattttt, mbakk. H-haa...

    *semoga doa kita semua dikabulkan oleh Dia yang Maha Kaya

    BalasHapus
  2. ada uangkapan begini,
    kita akan bertemu orang yang salah sebelum bertemu orang yang benar.
    mari bersama menanti mbak, smeoga segera bertemu dengan sang pangeran senja :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, vey. semoga akhirnya bertemu dengan orang yang tepat. semangat :D

      Hapus
  3. Aamiin, semoga semua do'amu terkabul ya mb Ila aamiin

    Setuju tentang pasangan yang enak diajak komunikasi. Pernah baca satu artikel, dimana ada seseorang yang bertanya kpd seorang ulama :
    "Kyai, apa rahasianya bisa awet bahagia berumah tangga ?"

    Jawab kyai itu :
    "Sering2 ajak istrimu ngobrol"

    Nah, memang kebayang, rumah tangga kan utk waktu yg panjang, ada saatnya nanti saat anak2 dewasa dan berkeluarga kita hidup tinggal berdua, hanya dengan suami/istri lah kita akan kembali saling "berbicara" ya.

    Cemangat mb Ila :)

    BalasHapus
  4. Tetap semangat Mbak Ila, semoga segera dipertemukan dengan jodohnya :)

    BalasHapus
  5. wah Ila cepet banget langsung posting aja ya. Good luck ya

    BalasHapus
  6. Best Never Come Easy...alon-alon waton kelakon Ila, semoga segera dipertemukan dengan si pemilik tulang rusuk yang menjadikanmu ada aamiin :)

    BalasHapus
  7. menunggu yang tepaat :))
    semoga disegerakan yah kakaa :D

    BalasHapus
  8. setelah melewati beberapa kegagalan..semoga disegerakan dateng jodohnya mba ilaa :)

    BalasHapus
  9. aamiin.. semoga segera dipertemukan ya Mbak jodohnya :)

    BalasHapus
  10. Semoga segera dipertemukan dengan jodoh terbaikmu ya mbak.. ^^

    BalasHapus
  11. Aku senyum2 sendiri bacanya mbak :D
    tapi se-iya semua sih sama isinya.hehe
    oh ya, ngobrol sama orang yg asyik bgt cerita dan kita jadi gak punya kesempatan buat cerita balik jg mati gaya loh :D *curcol

    BalasHapus
  12. Aamiin... aku ikut mengaminkan ya, Ila. Semoga mendapatkan jodoh yang diridoi Allah Swt. Makasih udah ikut GA-ku ya....

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)