Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Rabu, 09 November 2011

Menulis Fabel Yuk

Menulis Fabel yuk?

“Kayaknya, naskah fabel udah nggak diminati lagi ya?”
“Aku punya naskah fabel, tapi ditolak melulu ama penerbit. Apa sudah nggak jamannya bikin fabel?”

Sering berpikiran begitu? Jika ya, jawabannya adalah:
Fabel masih diminati kok. Rasanya semua penerbit mau mereview naskah fabel dari kita. Jika naskah kita ditolak, selain faktor X yang datang dari luar, mungkin juga ada yang “salah” dalam naskah kita?
Salah, bukan berarti jelek.
Salah,bukan berarti totally wrong.
Salah, mungkin artinya fabel kita perlu sedikit dipoles lagi supaya lebih kinclong J

Pertanyaannya:
Ah, fabel itu kan seperti dongeng-dongeng lainnya? Hanya saja, tokohnya diganti binatang.
Cerita realistis bisa dijadikan fabel juga kan? Tokohnya (lagi-lagi) diganti binatang. Jadi si binatang bisa naik sepeda, bisa gosok gigi, bahkan bisa menjahit dan memasak?
Betul.  Namanya dongeng, apapun bisa kita tuliskan dalam fabel ini. Tak ada yang menyalahkan kok.

Lalu, kenapa kok fabel saya ditolak melulu? Padahal fabel yang saya tulis sarat dengan ajaran kebaikan lho.

Saya bukan ahli menulis fabel. Lebih tepatnya lagi, saya juga masih belajar menulis.
Hanya saja, kebetulan saya memang banyak menggunakan tokoh binatang dalam cerita-cerita yang saya tulis. Dan masterpiecenya adalah “Dongeng Fantastis Dunia Binatang” yang berisi 23 fabel. Udah pada beli? Belum? Beli dong..

Saya ada resep rahasia dalam menulis cerita, tak hanya fabel. Apa sih resepnya? Berusahalah untuk memandang atau melihat satu masalah dari sisi yang lain. Masalah apapun itu!
Jadi, kalau teman-teman melihat benda berwarna hijau, jangan cepat percaya dan mengamini bahwa itu hijau doang. Bisa saja warna hijau itu berasal dari warna kuning dan biru yang bertemu? Atau sebenarnya ada warna lain di balik hijau itu? Kebetulan ada tukang cat lewat dan iseng menyapukan cat berwarna hijau?
Hihi, paham nggak sih maksud saya? Mbulet ya? Maklum, efek kuliah di Filsafat J kalo nggak mbulet nggak afdol.

Saya kasih contoh saja deh. Contohnya saya ambil dari cerita saya yang berjudul “Lomba Lari”. Cerita ini terinspirasi dari cerita lawas, tentang kelinci dan kura-kura yang lomba lari. Kura-kura lalu membohongi kelinci dengan mengajak temannya ikut berlari. Kelinci pun kalah, kura-kura menang.
Selama ini, yang kita tahu, kura-kura menang dan kita beranggapan bahwa kecerdikan itu bisa mengalahkan kesombongan kan?
Saya berpikir ulang. No, saya nggak suka kura-kura berbohong. Dan saya nggak mau bikin kelinci yang sombong. Kelinci memang pernah menghina kura-kura sebagai mahluk yang lambat, tapi kelinci sudah minta maaf.
Saya nggak mau kura-kura sukses berbohong. Saya lalu membuat kura-kura ketahuan bohongnya. Caranya? Ada di buku saya, hihi.
Endingnya bagaimana? Kelinci marah karena dibohongi kura-kura? Seharusnya begitu kan? Seharusnya dia kembali mengejek kura-kura sebagai mahluk lambat kan?
Tapi tidak, saya tidak mau membuat ending kelinci mempermalukan kura-kura.

Intinya, sebelum membuat suatu cerita, bacalah dulu banyak cerita untuk melatih kita menciptakan unusual plot and ending.
Jangan beralasan: Saya tinggal di desa, gak ada toko buku. Saya punya anak kecil, susah nyari waktu untuk baca. Saya ndak punya pembantu, hidup saya bak upik abu. Saya keadaan ekonominya masih kembang kempis, ga mampu beli buku.
Hmm..mampu onlen tiap hari, pasti mampu browsing juga kan? Jangan FBan melulu (*gampar diri sendiri)
Baca, browsing, pelajari, amati, cermati, dan eksekusi!
Rajin membaca akan tahu, oh cerita-cerita yang ada itu biasanya gini endingnya. Oh kalo ada melakukan kejahatan, biasanya ketahuan, terus dihukum bla..bla. Oh, kalo ada anak baik maka akan mendapatkan bla..bla.
Lalu, pikirkanlah sesuatu yang beda. Pencuri, tentunya tetap mendapat hukuman. Tapi bagaimana caranya? Bagaimana proses ketahuannya? Bagaimana sikapnya setelah ketahuan/dihukum? Mari kita berkreativitas dengan alam pikiran kita. Jangan mau bikin cerita yang “biasa-biasa” saja.

Eh, sepertinya saya melenceng keluar dari fabel ya? Hehe, tapi percayalah..resep rahasia di atas itu berlaku untuk cerita fabel juga kok.
Beberapa hal yang bisa saya bagi berdasarkan pengalaman saat saya menulis fabel adalah:
  1. Ada penerbit yang mau-mau saja menerima binatang yang bisa act as human being. Bisa gosok gigi, bisa menari, bisa pake baju princess dll. Untuk  jenis ini, kita bebas mau bikin binatang A bisa ngapain aja. Boleh-boleh saja gajah bisa terbang, atau punuk unta bisa buat lemari baju. Siapa takut?
  2. Ada penerbit yang maunya fabel itu tetap stick to karakter asli binatangnya. Misalnya, singa itu ya binatang buas berkaki empat. Jangan bikin cerita singa jadi anak manis pake rok dan pita, lalu doyan makan daun singkong.
  3. Tokoh-tokoh dalam fabel boleh pake nama, boleh juga tidak. Ada yang bilang, anak-anak bakal suka kalo dikasi nama, namun ada juga yang bilang pemberian nama hanya akan menyulitkan anak-anak mengingat siapa tokoh-tokohnya. Jadi, monggo deh mana yang mau dipilih.
  4. Tentukan arah fabel yang mau kalian tulis. Apakah mau berbagi informasi/pengetahuan? Misalnya tentang cicak yang memutus ekornya?  Atau bunglon yang berubah warna? Saran saya, lakukan riset sebelum menulis. Fabel informatif kayak gini, kalo ceritanya ngawur ya bikin ilfil.
  5. Untuk tahu penerbit X maunya fabel yang kayak gimana, atau penerbit Y seleranya gimana? Rajin nengokin buku-buku terbitan mereka deh. Biasanya, kebaca kok kalo penerbit X ini sukanya nerbitin buku yang informatif/berbau-bau pengetahuan. Atau penerbit Y sukanya nerbitin dongeng-dongeng.  Lalu, colek-colek deh para editornya.
  6. Ada yang mau nambahin? Tolooonggg….saya belum jadi ahli fabel! Sekian dan terima kasih. Semoga ini menjadi SESUATU ya? Alhamdullilah..beberapa orang bilang kalo cerita-cerita saya out of the box. Alhamdullilah...semoga jadi sesuatu *jadi rumah, mobil, emas batangan dll

[Januari50K] Awal Sebuah Cerita

AWAL SEBUAH CERITA

By TD Siswo 
Ide sudah menari-menari tetapi ketika akan mengawali cerita, mendadak pikiran seperti mati. Apa yang harus ditulis?

Mari kita belajar, bagaimana para suhu mengawali cerita...

a. Deskripsi tentang kota/kerajaan/negeri
Ada sebuah negeri indah dan mungil bernama negeri madu. Penghuni yang tinggal di negeri itu beraneka ragam. Ada hewan-hewan, peri, kurcaci, bahkan raksasa juga! (Kisah dari Negeri Madu – Haya Aliya Zaki).
Dahulu kala, negeri Totanua adalah negeri yang subur. Kehidupan rakyatnya sangat sejahtera. (Raja Buruk Muka – Sri Widiastuti)

b. Deskripsi tentang sifat/keadaan tokoh utama
Uli adalah seekor ulat pemalas. Ketika teman-temannya asyik makan daun-daun untuk bekal tidur panjang, Uli hanya bermalas-malasan. (Kupu-kupu yang Tak Bisa Terbang – Arumi Ekowati).
Pak Ruben, si penjahit istana, sudah sangat tua dan ingin pensiun. Namun Raja belum menemukan penjahit penggantinya. (Jubah Satu Mutiara – Rae Sita Patappa)

c. Deskripsi tentang kegiatan/aktifitas/perasaan tokoh utama
“Uwaaa....” Ulit menguap, membuka mulutnya lebar-lebar. Ia baru saja bangun tidur, padahal mentari sudah tinggi. (Peri Pagi – QS. Emmus).
Sepasang mata kucing tiba-tiba membentang di depan Lisa. Sangat besar! Membuat Lisa ketakutan. Ia berteriak nyaring, tapi tak seorangpun yang datang menolong. (Setelah Ipin Pergi – Benny Rhamdani).
---
Contoh diatas adalah yang banyak dipakai untuk mengawali sebuah cerita. Selain contoh diatas, tentu saja masih ada cara lain. silahkan gali sendiri dari cerita yang teman2 baca. Tetapi dengan bekal 3 contoh diatas, kurasa sudah cukup untuk memulai menulis. Jadi... Tak perlu banyak teori, segeralah beraksi (menulis).
*Tak lupa, mohon ijin kepada suhu dan teman-teman yang ceritanya saya kutip sebagai contoh.
Semoga bermanfaat.
Tedi.

Selasa, 08 November 2011

Analisa Hasil Tulisan

Bismillah... 

Alhamdulillah, kmrn dapet kabar baik. Novel Mestakung hadiah dari penerbit Mizan udah nyampe. hehe... 

Buku yang bagus, insyaAllah. Saya beruntung memilikinya tanpa harus beli. Hihi... :D 

Oya, hari kmrn saya jg dapat sepaket kejutan istimewa. Naskah saya tidak lolos. :p 
Dan hari ini juga, alhamdulillah yaaa ga lolos lagi, wekeke. :D

Setelah dianalisa, saya jadi tahu. Dimana kekurangan naskah saya. Pilihan jenis tulisan ternyata menentukan peran penting. 

Saya yang terbiasa dengan lingkungan enterpreneur, dan tak pernah menulis puisi, mendadak seperti ditantang. Bisakah nulis puisi? Sementara sisi melankolis saya belum muncul juga. Dominan koleris. Heww... entah pas itu nulis puisinya gimana. Yang pasti tulisan berbentuk puisi bukan tipe saya.:p

Hasil belajar puisi di event2 sebelumnya :
  • Pernah lolos seleksi di event UNSA AWARD 2011, terpilih  sampai seleksi II, menjadi 63 besar dari 200 peserta yang mengirim puisi tema Setia. Masih banyak kurangnya. -.-"
  • Pernah juga lolos di buku #11projects11days days #3 nulisbuku.com tema Salah. 
  • Pernah menulis kolaborasi di FPK Kompasiana Fiksiana, duet dengan 3 penyair, hasilnya lumayan amazing, dipuji vote "bermanfaat", dan "Inspiratif" tp masih berantakan soal cara nyambung bait satu dgn lainnya. awaww..baiklah..
  • Masuk di 100 puisi terpilih Event Dee Shinzy.  :D
  • Juga puisi saya ditolak nulisbuku.com di days #7 dan days #8. 
Heuheu.. tp beda dengan model tulisan esai, Flash Fiction, non fiksi, dan true story, saya lancar menuliskannya. Pernah beberapa kali menang juga. Apa segitu susahnya buat puisi ya? Haaha.. Masalahnya saya bukan tipe yang romantis galau bin bimbang. :)) 

Jadi keingetan kata-kata Pak Ippho, kenali sidik jari kemenanganmu. Karena tiap orang punya keunikan sendiri-sendiri. Klo saya lemah di puisi misal nilai saya 6, dan memaksakan untuk nulis puisi, itu hanya akan membuat saya berada di level dibawah istimewa, paling banter mungkin nambah 2 point doang. Jadi 8 nilainya. :D 

Beda kalo saya biasa nulis non fiksi nilainya 8, jam terbang latihan ditambah sampai saya bisa mahir, hasilnya bisa jadi nilai tulisan saya 10. 

Nah kan? Saya mulai tau mana jenis tulisan yang saya yakin saya bisa menuliskannya dengan baik :: romance yg ga terlalu lebay bin bertele-tele dan tlsn inspiratif/motivasi. haha.. Lain itu ga tau deh yaa. wekeke... 

Anw, apapun itu, pembelajaran menarik ttg puisi selalu membekas di hati dan otak saya. Smg selalu membuat langkah saya lebih mantap untuk tetap belajar menulis lebih baik lagi.  :D

Semarang, 081111, 13:30

Mari Menulis Agrihome

Sumber ; Fb Ayo Menulis Buku

Mari Menulis Agrihome

Agrihome adalah budidaya tanaman pertanian yang bisa dilakukan di area pekarangan terbatas (rumah). Kami dari Redaksi Penerbit Buku Nuansa Cendekia Bandung
...
merencanakan program penerbitan buku berkaitan dengan budidaya tanaman yang cocok dibudidayakan di pekarangan. Tujuan penerbitan ini bukan sekedar menerbitkan sebab pokok-pokok bahasan yang kami tawarkan memang sudah banyak diterbitkan. Tetapi kami melihat banyak buku bertebaran itu bersifat praktis, tetapi hanya praktis pada judulnya. Banyak pembaca yang berniat menggali ilmu dari buku-buku agribisnis itu kurang merasa puas saat diimplementasikan. Oleh karena itu kami bermaksud melakukan perubahan mendasar pada beberapa hal berikut:
1. Model penulisan harus mengombinasikan antara riset bacaan yang valid dari literatur disertai riset lapangan. Sample-sample dari pendapat praktisi bisa didapat melalui wawancara. Karena metode penulisan ini sifatnya kombinasi, maka tidak menjadi masalah manakala naskah Anda sebagian berisi liputan atau feature.


2. Gaya bahasa harus dengan pola tutur (cerita mengalir) agar setiap pembaca bisa menyerapnya secara praktis. Agar setiap golongan pendidikan mampu menyerap ilmu dari buku Anda, maka sangat ditekankan agar saat menulis, Anda mestinya berpikir lawan bicara Anda harus memahami secara detail setiap kata, istilah, terlebih istilah asing sampai menghasilkan paragraf yang bisa dipahami secara mudah. Hindari penggunaan istilah-istilah akademik/textbook yang sulit. Sekiranya istilah tersebut sulit, setiap penulis harus memberikan penjelasan secara khusus sampai pembaca lulusan Sekolah Dasar punbisa memahami.

3. Skema penulisan tidak perlu lagi mengacu pada gaya akademik yangserba simple tetapi membosankan sebagaimana kita baca dari kebanyakan bukuyang sudah terbit selama ini. Jenis penulisan Feature Ilmiah lebih menarikuntuk masyarakat ketimbang jenis penulisan ilmiah.

Pada desain yang kami tawarkan, (yakni dengan skema tiga jenis tanaman di bawah ini), kami ingin membuat pembaca mendapatkan satu buku dengan tiga ilmu pengetahuan sekaligus. Agar satu tema (tanaman) yang diulas nyambung dengan jenis tanaman lain, maka kami petakan jenis tanaman satu rumpun. Misalnya, Pepaya, Pisang dan Labu Siyam.

Apa saja yang harus dibahas dalam setiap tanaman itu? Pada prinsipnya akan mengacu dari poin-poin berikut:

1. Penjelasan tentang tanaman: asal muasal, rumpun tanaman, kecocokan tanah, iklim, umur dan musim. Bisa juga Anda jelaskan lebih luas.

2. Cara Menanam: Proses ini dimulai dari mencari bibit pilihan,penempatan di pekarangan, pemupukan, pengobatan, penyakit dan penanggulangandari umur awal tanam sampai perawatan masa panen. Inti pada bagian iniadalah mewujudkan keberhasilan tanaman dari mulai menanam sampai berhasil.

3. Masa panen. Setelah panen mau diapakan? Dijual atau dimanfaatkan untukkeluarga? Karena acuan dasar penulisan buku ini adalah menghasilkan panenterbatas, maka untuk urusan penjualan tidak perlu dibahas secara mendetail.Cukup diberikan ilustasi secukupnya untuk kemudian masuk pada pembahasanpemanfaatan. Manfaat utama sebagai tanaman pekarangan ialah untuk konsumsirumah tangga. Bagaimana memasaknya? Ini harus dijawab secara detail.

4. Bagian empat adalah bagian terpenting di mana Anda harus menjelaskanmasing-masing manfaat gizi dari setiap tanaman atau buahnya. Misalnya padapapaya terdapat manfaat pada buahnya. Selain bisa dikonsumsi langsungsetelah masak di pohon, papaya juga bisa untuk sayuran dapur. Daun papayamemiliki banyak manfaat. Bahkan getahnya pun bermanfaat. Penjelasan detailsangat dibutuhkan karena di sinilah konstribusi besar setiap penulis kepadapembaca akan diuji.

5. Bagian kelima akan masuk pada pembahasan lain-lain yang sekiranya padabagian sebelumnya tidak dijelaskan. Sekiranya setiap bercocok tanam bisadiberikan tips-tips organic, maka itu akan menjadi nilai lebih yang luarbiasa.

Berapa panjang setiap tanaman harus dijelaskan? Panjang-pendek penulis bagi kami tidak penting. Panjang tetapi kalau tidak memiliki bobot nilai keilmuan dan praktis juga percuma. Karena itu sebaiknya Anda tidak berpikir panjang pendek, melainkan mengacu pada asas kebutuhan (Kebutuhan untuk menjelaskan secara detail dan praktis hingga pembaca merasakan benar manfaat dari buku yang Anda tulis). Kami membebaskan kreativitas Anda untuk benar-benar memberikan manfaat yang baik bagi pembaca yang telah berkenan membeli buku yang Anda tulis.

Berikut ini adalah contoh inspiratif yang menjadi harapan kami:
Cara Tanam, Perawatan dan Pengolahan Pasca Panen; Pisang, Pepaya dan Labu Siyam: Tiga tanaman bermanfaat untuk gizi keluarga.

Pisang, Pepaya, dan Labu Siyam adalah tiga tanaman yang akrab dengan kehidupan kita. Saking akrabnya, ketiganya bisa hidup berdampingan dengan kita tanpa membutuhkan syarat luasnya tanah. Pisang, papaya dan labu siyam memiliki manfaat komersil untuk penghasilan tambahan. Lebih dari itu ketiganya juga sangat praktis untuk dimanfaatkan sebagai makanan bergizi guna menunjang kesehatan keluarga. Bagaimana ketiganya harus ditanam secara baik? Bagaimana memanfaatkan hasil panen?

Tema-tema yang akan kami terbitkan:

1. Pepaya, Pisang dan Labu Siyam (Jipang). (Tema sudah ada yang mengambil)
2. Singkong, Talas, dan Ubi Jalar
3. Tomat, Cabe dan Terong
4. Seledri, Daun Bawang, Seledri
5. Sukun, Mangga dan Sirsak
6. Belimbing, Delima dan Jambu Air
7. Pare, Kacang Panjang dan Kecipir
8. Kangkung Akar, Bayam dan Caisim
9. Jahe, Kunyit dan Serai
10.Tema lain boleh diusulkan, termasuk perikanan, peternakan dan pengolahan pasca panen.

CATATAN: Setiap Naskah akan diseleksi melalui tim redaksi Nuansa Cendekia. Butuh waktu antara 2-3 bulan untuk masa seleksi naskah.
Ditekankan agar setiap penulis membaca buku-buku sejenis yang sudah terbit agar mengenal kekurangan dan kelebihan masing-masing buku sehingga bisa menciptakan nilai lebih pada buku yang sedang ditulis.
Konsultasi, nuansa.cendekia@gmail.com

Senin, 07 November 2011

[Januari50K] EYD #5. Kata Depan

EYD #5. Kata Depan

by Nyi Penengah Dewanti on Wednesday, October 26, 2011 at 2:03pm
Kata Depan (preposisi)

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada , keluar, kemari, daripada, dll.
Misalnya:

  • Bermalam sajalah di sini. 
  • Di mana dia sekarang?
  • Kain itu disimpan di dalam lemari.
  • Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.
  • Dia berjalan-jalan di luar gedung.
  • Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
  • Mari kita berangkat ke kantor.
  • Saya pergi ke sana kemari mencarinya.
  • Ia datang dari Surabaya kemarin.
  • Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
  • Cincin itu terbuat dari emas.

Catatan: Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.

Misalnya:
  • Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
  • Dia lebih tua daripada saya.
  • Dia masuk, lalu keluar lagi.
  • Bawa kemari gambar itu. 
  • Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.

Kerancuan yang acapkali terjadi adalah pada kata “di”.

Contoh kalimat dengan penerapan yang salah :

“Gue di ledekin terus, nih, dikantor.”

Kata “di” pada frasa “diledekin” adalah awalan karena diikuti kata kerja, sehingga penulisannya harus disambung. Sedangkan pada frasa “di kantor” adalah kata depan, sehingga penulisannya harus dipisah.

Cara penulisan yang benar adalah :

“Gue diledekin terus, nih, di kantor.”

Semoga membantu, diambil dari berbagai sumber internet, untuk tahapan belajar :D

[Januari50K] EYD #4.Tanda Petik (" ")&Tanda Petik Tunggal (' ')

EYD #4.Tanda Petik (" ")&Tanda Petik Tunggal (' ')

by Nyi Penengah Dewanti on Monday, October 24, 2011 at 5:19pm
 
Tanda Petik (" ")

1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:

  • Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia."
  • Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi."
  • "Saya belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"

2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:

  • Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
  • Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
  • Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
  • Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.

3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:

Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".

Catatan:

(1) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata dia, "Saya juga minta satu."
Dia bertanya, "Apakah saya boleh ikut?"

(2) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Bang Komar sering disebut "pahlawan", ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan "Si Hitam".

(3) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.


Tanda Petik Tunggal (' ')

1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
Misalnya:

  • Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"

  • "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
Misalnya:

  • terpandai - 'paling' pandai
  • retina - 'dinding mata sebelah dalam'
  • mengambil langkah seribu - 'lari pontang panting'
  • 'sombong, - angkuh'
3. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing
Misalnya:  

  • feed-back - 'balikan'

  • dress rehearsal - 'geladi bersih

  • tadulako - 'panglima'
sumber :

http://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan#J._Tanda_Petik_.28.22_.22.29

[Januari50K] EYD #3. Tanda Tanya (?) & Tanda Seru (!)

EYD #3. Tanda Tanya (?) & Tanda Seru (!)

by Nyi Penengah Dewanti on Saturday, October 22, 2011 at 4:44am
Tanda Tanya (?)

    1.     Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
        Misalnya:

  •         Kapan dia berangkat?
  •         Saudara tahu, bukan?

*) Kalau dalam kalimat dialog, contohnya:

"Oke? Siap?"
"Tenang, rileks dan jangan sekali-kali nunjukin kalau kita sedang jelous! Oke?"

(Cewek, hal 78 )

"Oooh. Gitu, yaaa?"

(Cewek, hal 79)

    2.     Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
        Misalnya:

  •         Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
  •         Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.


Tanda Seru (!)

    Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
    Misalnya:

  •         Alangkah indahnya taman laut ini!
  •         Bersihkan kamar itu sekarang juga!
  •         Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
  •         Merdeka!

*) Kalau dalam kalimat dialog, contohnya:

  • "Cepet bangun! Itu mereka!" desis Iwan.
  • "Nanti kami jagain!" tegas Evan.
  • "Ayo cepet! Cepet! seru Iwan tertahan

(Cewek, hal 106)

Komunitas