Kisah cinderella selalu menarik untuk didaur ulang menurut versi masing-masing. Saya pernah melihat ada versi film barat dengan tokoh remaja berjudul another cinderella story, dengan pemain Selenna Gomez. Hasilnya menarik bahkan meledak di pasaran! Dan kini pun, kisah cinderella masih tetap menarik untuk dibahas.
Kali ini mbak Leyla Hana, penulis novel Cinderella Syndrome mengajak saya untuk berimajinasi sebagai salah satu tokoh rekaan dalam novelnya.
Violet, 25 tahun, seorang penulis yang jarang keluar rumah, hingga menjadi amat manja dan tidak bisa bepergian ke mana-mana sendirian. Ia harus mengajak teman atau ibunya kalau tidak ingin tersesat. Terpikir untuk menikah supaya punya pengawal pribadi yang siap mengantarnya ke mana-mana.
Bagaimana kisah tokoh ini selanjutnya jika ia menemukan pangeran versinya? Apakah kehidupan akan membaik setelah mereka menikah?
Yukk, simak bareng-bareng. Tentunya ini versi saya, hehe :D
***
Violet, penulis cerdas yang dikaruniai tangan yang mampu mencipta tulisan yang indah. Ia menjadi terkenal seantero penjuru negeri karena tulisannya menarik dan meledak di pasaran, best seller. Sayangnya ia jarang keluar. Ia menggunakan nama pena untuk menutupi jati dirinya. Violet tipikal anak rumahan yang hanya akan keluar bila butuh sesuatu. Sama sekali tak pernah menginginkan untuk berpindah tempat tinggal atau pun berpisah dari ibunya bila ia menikah. Karena ia selalu ingin bersama dengan ibunya.
Tak ada yang lebih menarik selain kisah cintanya yang rumit, kompleks, dan mencengangkan para sahabatnya. Bagaimana dia bisa menemukan kekasih hatinya hanya lewat percakapan di dunia maya, interaksi yang terlalu intens. Padahal tak ada tatap muka sama sekali. Yang ada adalah jemari yang saling melukiskan kata-kata untuk saling berinteraksi dan menggambarkan sosok diri masing-masing.
Violet punya kebiasaan tersesat di saat ia pergi dari rumah menuju suatu tempat. Kebiasaannya yang sering lupa arah dan tidak mengindahkan nasihat teman untuk berhati-hati saat bepergian. Violet yang lebih sering diantar teman atau ibunya, menjadi ketergantungan secara psikologis. Ia hanya bisa pergi jika ada yang menemani. Ia tak akan pernah mau untuk pergi jika tidak ada mereka yang mengantarkan. Gawatnya, ia akan bertemu dengan kekasih hatinya yang berada jauh di luar pulau. Bagaimana ia bisa pergi sejauh itu bila ia tidak pernah bepergian jauh? Apalagi tempat yang ia akan tuju bukanlah tempat yang familiar. Jauh dari jangkauan ibunya, jauh dari jangkauan teman-teman terbaiknya. Ia jadi berfikir bahwa ia akan mengandalkan petunjuk arah yang diberikan oleh kekasihnya. Sayangnya, saat di perjalanan, ia lupa menghafal alamat yang dituju, catatan kecil berisi alamat dalam notes di tasnya pun tertinggal di rumah saat ia sedang packing barang-barang.
Hasilnya ia bingung setengah mati di emperan stasiun karena malam sudah menjelang, travel hanya ada nanti pagi. Menelfon ibunya ia disuruh istirahat saja di hotel kecil. Sedangkan kekasihnya sudah menunggu di tempat janjian. Saat itulah ia menginginkan dan berdoa pada Tuhan agar benar-benar terhindar dari musibah yang seumur hidup selalu menghantuinya. Ketergantungan pada orang lain.
Violet pun nekat tak akan menunggu jemputan tapi langsung pergi sendiri menggunakan bus. Ia menelfon kekasihnya, dan tibalah mereka untuk bertemu pagi-pagi buta. Kejadian selama ia mencari bus itu membuat violet berubah.
Violet pun nekat tak akan menunggu jemputan tapi langsung pergi sendiri menggunakan bus. Ia menelfon kekasihnya, dan tibalah mereka untuk bertemu pagi-pagi buta. Kejadian selama ia mencari bus itu membuat violet berubah.
Iya, violet baru merasa kalau usianya sudah bukan saatnya lagi untuk tetap berpegangan pada orang lain. Saat itulah ia bertekat untuk menikah dengan kekasihnya yang akhirnya ia temui. Ia berjanji pada dirinya bahwa pernikahan adalah waktu yang tepat untuk merubah kebiasaan dalam hidupnya. Ketergantungan itu akan semakin lama semakin terkikis, ia harus terbiasa bepergian sendiri karena sang kekasih yang akhirnya jadi suaminya itu harus berjuang di luar kota. Long distance love.
Long distance membuat violet jadi bisa berpijak di kaki sendiri. Mengandalkan suaminya? Mana mungkin. Mereka berbeda kota. Yang ada violet berjibaku sendirian untuk tetap bisa pergi tanpa pengawal mana pun, tidak dari ibunya, tidak dari sahabatnya. Violet belajar menyetir mobil, memasak masakan sendiri, juga menata rumah seperti desain yang dia inginkan. Violet belajar memasarkan bukunya sendiri ke tetangga dekat rumahnya. Ia mulai berubah menjadi pribadi yang supel dan tidak anti sosial lagi.
Violet sadar, pernikahan pada akhirnya mengubah dirinya menjadi lebih baik. Setengah dirinya telah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah, sebagian lagi masih berusaha berubah, mengubah kebiasaan-kebiasaannya yang "unik" termasuk soal tersesat atau lupa arah. Tapi Violet tahu perubahan itu suatu saat akan membuat ia jauh lebih baik kemudian hari, maka dari itu Violet akan tetap setahap demi setahap menjelma menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam bersikap.
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway Novel Cinderella Syndrome Leyla Hana