Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Selasa, 08 November 2011

Mari Menulis Agrihome

Sumber ; Fb Ayo Menulis Buku

Mari Menulis Agrihome

Agrihome adalah budidaya tanaman pertanian yang bisa dilakukan di area pekarangan terbatas (rumah). Kami dari Redaksi Penerbit Buku Nuansa Cendekia Bandung
...
merencanakan program penerbitan buku berkaitan dengan budidaya tanaman yang cocok dibudidayakan di pekarangan. Tujuan penerbitan ini bukan sekedar menerbitkan sebab pokok-pokok bahasan yang kami tawarkan memang sudah banyak diterbitkan. Tetapi kami melihat banyak buku bertebaran itu bersifat praktis, tetapi hanya praktis pada judulnya. Banyak pembaca yang berniat menggali ilmu dari buku-buku agribisnis itu kurang merasa puas saat diimplementasikan. Oleh karena itu kami bermaksud melakukan perubahan mendasar pada beberapa hal berikut:
1. Model penulisan harus mengombinasikan antara riset bacaan yang valid dari literatur disertai riset lapangan. Sample-sample dari pendapat praktisi bisa didapat melalui wawancara. Karena metode penulisan ini sifatnya kombinasi, maka tidak menjadi masalah manakala naskah Anda sebagian berisi liputan atau feature.


2. Gaya bahasa harus dengan pola tutur (cerita mengalir) agar setiap pembaca bisa menyerapnya secara praktis. Agar setiap golongan pendidikan mampu menyerap ilmu dari buku Anda, maka sangat ditekankan agar saat menulis, Anda mestinya berpikir lawan bicara Anda harus memahami secara detail setiap kata, istilah, terlebih istilah asing sampai menghasilkan paragraf yang bisa dipahami secara mudah. Hindari penggunaan istilah-istilah akademik/textbook yang sulit. Sekiranya istilah tersebut sulit, setiap penulis harus memberikan penjelasan secara khusus sampai pembaca lulusan Sekolah Dasar punbisa memahami.

3. Skema penulisan tidak perlu lagi mengacu pada gaya akademik yangserba simple tetapi membosankan sebagaimana kita baca dari kebanyakan bukuyang sudah terbit selama ini. Jenis penulisan Feature Ilmiah lebih menarikuntuk masyarakat ketimbang jenis penulisan ilmiah.

Pada desain yang kami tawarkan, (yakni dengan skema tiga jenis tanaman di bawah ini), kami ingin membuat pembaca mendapatkan satu buku dengan tiga ilmu pengetahuan sekaligus. Agar satu tema (tanaman) yang diulas nyambung dengan jenis tanaman lain, maka kami petakan jenis tanaman satu rumpun. Misalnya, Pepaya, Pisang dan Labu Siyam.

Apa saja yang harus dibahas dalam setiap tanaman itu? Pada prinsipnya akan mengacu dari poin-poin berikut:

1. Penjelasan tentang tanaman: asal muasal, rumpun tanaman, kecocokan tanah, iklim, umur dan musim. Bisa juga Anda jelaskan lebih luas.

2. Cara Menanam: Proses ini dimulai dari mencari bibit pilihan,penempatan di pekarangan, pemupukan, pengobatan, penyakit dan penanggulangandari umur awal tanam sampai perawatan masa panen. Inti pada bagian iniadalah mewujudkan keberhasilan tanaman dari mulai menanam sampai berhasil.

3. Masa panen. Setelah panen mau diapakan? Dijual atau dimanfaatkan untukkeluarga? Karena acuan dasar penulisan buku ini adalah menghasilkan panenterbatas, maka untuk urusan penjualan tidak perlu dibahas secara mendetail.Cukup diberikan ilustasi secukupnya untuk kemudian masuk pada pembahasanpemanfaatan. Manfaat utama sebagai tanaman pekarangan ialah untuk konsumsirumah tangga. Bagaimana memasaknya? Ini harus dijawab secara detail.

4. Bagian empat adalah bagian terpenting di mana Anda harus menjelaskanmasing-masing manfaat gizi dari setiap tanaman atau buahnya. Misalnya padapapaya terdapat manfaat pada buahnya. Selain bisa dikonsumsi langsungsetelah masak di pohon, papaya juga bisa untuk sayuran dapur. Daun papayamemiliki banyak manfaat. Bahkan getahnya pun bermanfaat. Penjelasan detailsangat dibutuhkan karena di sinilah konstribusi besar setiap penulis kepadapembaca akan diuji.

5. Bagian kelima akan masuk pada pembahasan lain-lain yang sekiranya padabagian sebelumnya tidak dijelaskan. Sekiranya setiap bercocok tanam bisadiberikan tips-tips organic, maka itu akan menjadi nilai lebih yang luarbiasa.

Berapa panjang setiap tanaman harus dijelaskan? Panjang-pendek penulis bagi kami tidak penting. Panjang tetapi kalau tidak memiliki bobot nilai keilmuan dan praktis juga percuma. Karena itu sebaiknya Anda tidak berpikir panjang pendek, melainkan mengacu pada asas kebutuhan (Kebutuhan untuk menjelaskan secara detail dan praktis hingga pembaca merasakan benar manfaat dari buku yang Anda tulis). Kami membebaskan kreativitas Anda untuk benar-benar memberikan manfaat yang baik bagi pembaca yang telah berkenan membeli buku yang Anda tulis.

Berikut ini adalah contoh inspiratif yang menjadi harapan kami:
Cara Tanam, Perawatan dan Pengolahan Pasca Panen; Pisang, Pepaya dan Labu Siyam: Tiga tanaman bermanfaat untuk gizi keluarga.

Pisang, Pepaya, dan Labu Siyam adalah tiga tanaman yang akrab dengan kehidupan kita. Saking akrabnya, ketiganya bisa hidup berdampingan dengan kita tanpa membutuhkan syarat luasnya tanah. Pisang, papaya dan labu siyam memiliki manfaat komersil untuk penghasilan tambahan. Lebih dari itu ketiganya juga sangat praktis untuk dimanfaatkan sebagai makanan bergizi guna menunjang kesehatan keluarga. Bagaimana ketiganya harus ditanam secara baik? Bagaimana memanfaatkan hasil panen?

Tema-tema yang akan kami terbitkan:

1. Pepaya, Pisang dan Labu Siyam (Jipang). (Tema sudah ada yang mengambil)
2. Singkong, Talas, dan Ubi Jalar
3. Tomat, Cabe dan Terong
4. Seledri, Daun Bawang, Seledri
5. Sukun, Mangga dan Sirsak
6. Belimbing, Delima dan Jambu Air
7. Pare, Kacang Panjang dan Kecipir
8. Kangkung Akar, Bayam dan Caisim
9. Jahe, Kunyit dan Serai
10.Tema lain boleh diusulkan, termasuk perikanan, peternakan dan pengolahan pasca panen.

CATATAN: Setiap Naskah akan diseleksi melalui tim redaksi Nuansa Cendekia. Butuh waktu antara 2-3 bulan untuk masa seleksi naskah.
Ditekankan agar setiap penulis membaca buku-buku sejenis yang sudah terbit agar mengenal kekurangan dan kelebihan masing-masing buku sehingga bisa menciptakan nilai lebih pada buku yang sedang ditulis.
Konsultasi, nuansa.cendekia@gmail.com

Senin, 07 November 2011

[Januari50K] EYD #5. Kata Depan

EYD #5. Kata Depan

by Nyi Penengah Dewanti on Wednesday, October 26, 2011 at 2:03pm
Kata Depan (preposisi)

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada , keluar, kemari, daripada, dll.
Misalnya:

  • Bermalam sajalah di sini. 
  • Di mana dia sekarang?
  • Kain itu disimpan di dalam lemari.
  • Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.
  • Dia berjalan-jalan di luar gedung.
  • Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
  • Mari kita berangkat ke kantor.
  • Saya pergi ke sana kemari mencarinya.
  • Ia datang dari Surabaya kemarin.
  • Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
  • Cincin itu terbuat dari emas.

Catatan: Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.

Misalnya:
  • Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
  • Dia lebih tua daripada saya.
  • Dia masuk, lalu keluar lagi.
  • Bawa kemari gambar itu. 
  • Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.

Kerancuan yang acapkali terjadi adalah pada kata “di”.

Contoh kalimat dengan penerapan yang salah :

“Gue di ledekin terus, nih, dikantor.”

Kata “di” pada frasa “diledekin” adalah awalan karena diikuti kata kerja, sehingga penulisannya harus disambung. Sedangkan pada frasa “di kantor” adalah kata depan, sehingga penulisannya harus dipisah.

Cara penulisan yang benar adalah :

“Gue diledekin terus, nih, di kantor.”

Semoga membantu, diambil dari berbagai sumber internet, untuk tahapan belajar :D

[Januari50K] EYD #4.Tanda Petik (" ")&Tanda Petik Tunggal (' ')

EYD #4.Tanda Petik (" ")&Tanda Petik Tunggal (' ')

by Nyi Penengah Dewanti on Monday, October 24, 2011 at 5:19pm
 
Tanda Petik (" ")

1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:

  • Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia."
  • Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi."
  • "Saya belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"

2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:

  • Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
  • Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
  • Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
  • Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.

3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:

Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".

Catatan:

(1) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata dia, "Saya juga minta satu."
Dia bertanya, "Apakah saya boleh ikut?"

(2) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Bang Komar sering disebut "pahlawan", ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan "Si Hitam".

(3) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.


Tanda Petik Tunggal (' ')

1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
Misalnya:

  • Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"

  • "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
Misalnya:

  • terpandai - 'paling' pandai
  • retina - 'dinding mata sebelah dalam'
  • mengambil langkah seribu - 'lari pontang panting'
  • 'sombong, - angkuh'
3. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing
Misalnya:  

  • feed-back - 'balikan'

  • dress rehearsal - 'geladi bersih

  • tadulako - 'panglima'
sumber :

http://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan#J._Tanda_Petik_.28.22_.22.29

[Januari50K] EYD #3. Tanda Tanya (?) & Tanda Seru (!)

EYD #3. Tanda Tanya (?) & Tanda Seru (!)

by Nyi Penengah Dewanti on Saturday, October 22, 2011 at 4:44am
Tanda Tanya (?)

    1.     Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
        Misalnya:

  •         Kapan dia berangkat?
  •         Saudara tahu, bukan?

*) Kalau dalam kalimat dialog, contohnya:

"Oke? Siap?"
"Tenang, rileks dan jangan sekali-kali nunjukin kalau kita sedang jelous! Oke?"

(Cewek, hal 78 )

"Oooh. Gitu, yaaa?"

(Cewek, hal 79)

    2.     Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
        Misalnya:

  •         Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
  •         Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.


Tanda Seru (!)

    Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
    Misalnya:

  •         Alangkah indahnya taman laut ini!
  •         Bersihkan kamar itu sekarang juga!
  •         Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
  •         Merdeka!

*) Kalau dalam kalimat dialog, contohnya:

  • "Cepet bangun! Itu mereka!" desis Iwan.
  • "Nanti kami jagain!" tegas Evan.
  • "Ayo cepet! Cepet! seru Iwan tertahan

(Cewek, hal 106)

Komunitas