Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Minggu, 09 Oktober 2011

Kerja proyek itu sesuatu banget

Bismillah...

(semoga ada kebaikan dari setiap kata yang saya tulis.. hanya ingin menyampaikan kebenaran... :) )
Postingan ini terinspirasi dari tulisan mba tarry di blognya. Sebuah postingan berjudul  "Jadi Kuli itu Tidak Enak".

Mba tarry menulis begini :
Alhamdulillah setelah jatuh bangun di awal aku datang ke Hong Kong, akhirnya  aku dapat Boss baik dan gaji sesuai standart. Aku dapatkan hak-hakku tapi ada satu hal yang tidak aku dapatkan yaitu kebebasan. Aku bagaikan burung di dalam sangkar emas. Aku dapatkan kenyamanan tapi harus mentaati aturan-aturan yang ditetapkan tanpa bisa terbang bebas kemanapun yang aku inginkan. 

Saat mba tarry bercerita tentang kehidupan dirinya yang terpaksa bekerja dengan sistem gaji yang ditetapkan. Mba tarry harus menjalani 1 tahun pertama dengan gaji dipotong. sesuatu yang membuatnya harus bersabar agar bisa menabung untuk masa depan dan  nantinya memulai usaha baru saat tiba di tanah air kembali. Ini membuat saya jadi teringat pertama kali mendapatkan gaji di sebuah dinas pemerintah.(ga usah disebut nama  dinasnya ya, pasti sudah tau karena bisa lihat di profil fb). Bukan tentang jumlahnya. Tapi tekanan batin saat menjalani sebuah ritual mengentri data-data. It's oke, saya suka deadline, saya suka berhubungan dengan data-data. Saya memang menyukai ekspektasi untuk mendapatkan apapun award-award yang bisa saya nanti raih jika target terpenuhi. 
Iming-iming saat itu dari supervisor adalah makin cepat slesai makin baik. Jika mengerjakan data batch sebanyak-banyaknya, artinya semakin banyak uang yang akan saya dapatkan. 
Lalu kemudian, ada  perasaan bersalah hadir. 
Benarkah saya mengerjakan semua ini demi uang? 
Atau demi kevalidan data sensus? 

Nyatanya teman-teman di ruangan saya atau ruangan sebelah satu persatu mulai menanggalkan kejujuran dalam mengolah data, pun termasuk saya. Satu persatu  dari kami mulai merambah mengacak-acak data sensus itu dan tergoda untuk memperbaiki data tanpa melihat dokumen asli sensus yang sudah discan, hanya demi mempercepat waktu kerja. Setiap data yang tidak lengkap memang wajib masuk ke bagian validitas, bagian saya dan teman-teman di ruangan D. Dan tau hasil akhirnya? Banyak data divalidkan secara paksa. Dan supervisornya santai-santai saja....
Hal ini memang bukan hal baru di dinas. Lalu?

Bukan hanya soal data yang tidak valid, tapi juga soal kejelasan kerja. Bayangkan... di kontrak kerja tidak jelas tertulis kami ditempatkan di bagian mana. Temen-temen kecele karena saat itu di hotel, penandatanganan kontrak kerja dilakukan hanya butuh waktu 10 menit saat sesi pelatihan berakhir, sedangkan  kami fresh graduate tidak melihat dengan cermat apa saja point-point penting dalam perjanjian ini. Padahal ada  4 tahapan dalam pengolahan data, yaitu : scanning, correction, completion, dan validation. Ini ternyata sudah direncanakan oleh pihak dinas yang membuat peraturan sekenanya, agar sewaktu-waktu kami bisa dipindahkan di bagian lain (dengan gaji yang tentu saja berbeda- jauh lebih sedikit di banding di  bagian validasi). 

Pengen protes? Tentu saja ga bisa. Bahkan pernah dalam beberapa kali saya dan teman-teman di ruang D harus dipindahkan ke ruangan lain, dalam 1 bulan pindah-pindah tugas. Glek! benar-benar tak efisien! Kenapa tak efisien? jelas.... karena setiap kali pergantian tugas, kami harus belajar lagi tentang bagian kerja kami yang baru. seperti corection itu bagaimana, apa saja yang harus dikerjakan seorang corection, apa yang harus dilaporkan ke supervisor, dsb. Ini yang membuat kami lemas di awal pemindahan.  Butuh waktu 3hari untuk melatih jemari kami agar bisa bekerja secara normal. Boro-boro mau kerja, bahkan ada teman yang mau mundur karena dirasa sudah tidak sesuai dengan kontrak. Protesnya di kantor tidak diterima. Dan pertanyaan dia tentang surat kerja yang belum kami sentuh sejak tandatangan pertama kali juga tidak digubris. 

Saya bahkan sempat cerita ke teman saya dan teman menyarankan untuk berhenti saja. saya bilang, nanggung kali ya. sudah kerja bahkan belum terima gaji (karena katanya pengajuan pencairan dana proyek itu mundur dari jadwal) akhirnya membuat saya tertahan di sana sambil menguatkan hati, insyaAllah ada hikmah.. insyaAllah ini ga sia-sia....
Dan 6 bulan bukan waktu yang singkat untuk tau seluk beluk di dinas.. rasanya membuat saya makin menangis, andai saya menjadi bagian dari proyek ini dan proyek ini membuat banyak orang sengsara -karena hasil sensus yang tidak valid- brapa dosakah yang akan saya tanggung sampai akhir hayat? 

Bekerja dalam sebuah proyek memang sesuatu banget. Sensus berguna untuk menghitung jumlah penduduk yang ada di bawah garis kemiskinan, dan selama ini data dari dinas memang berbeda dengan data di World bank, sangat jauh berbeda. Jadi ini mempengaruhi kebijakan dalam memberi bantuan untuk raskin. Karena proyek tergantung siapa orang dibalik proyek tersebut, dan saya merasakan proyek kali itu sangat-sangat tidak bagus. 
Semoga Allah mengampuni setiap gerak laku saya saat mengentri data yang tidak valid itu. :'(


091011, 22:53 

Artikel ini diikutsertakan dalam acara GIVEAWAY "CINTA ANTARA 2 NEGARA" yang diadakan oleh Tarry KittyHolic


Sabtu, 08 Oktober 2011

Lelaki Isya



Lelaki Isya
By Ila Rizky Nidiana – Tegal, Jawa Tengah

saat tubuh terbujur kaku
kain kafan membungkusmu
tak seorang pun dapat menolongmu
kecuali amalanmu

sholat ayo kita sholat sebelum disholatkan
dalam waktu sempat ataupun sempit
sholat tak boleh ditinggalkan
tak bisa berdiri, duduk atau rebahan
tak bisa rebah di-isyaratkan
saat tubuh terbujur kaku
kain kafan membungkusmu
tak seorang pun dapat menolongmu
kecuali amalanmu
sholat ayo kita sholat sebelum disholatkan
dalam waktu sempat ataupun sempit
sholat tak boleh ditinggalkan
sholat ayo kita sholat sebelum disholatkan
dalam waktu sempat ataupun sempit
sholat tak boleh ditinggalkan
sholat ayo kita sholat sebelum disholatkan
dalam waktu sempat ataupun sempit
sholat tak boleh ditinggalkan
tak bisa berdiri, duduk atau rebahan
tak bisa rebah di-isyaratkan
saat tubuh terbujur kaku
kain kafan membungkusmu
Sahrul Gunawan-  Lagu berjudul  Sholat

Saat tubuh terbujur kaku. Kain kafan membungkusmu. Aku merinding mendengar lagu itu pertama kali terlantun di sebuah radio di awal ramadhan kali ini. Sebuah radio yang bernama radio DAI di kota tempatku mencari rezeki, semarang. Aku penasaran dengan suara penyanyinya. Siapa ya? Terdengat familiar, hanya saja aku tak tahu dia siapa. Hmm, beberapa kali kucari lagu itu di internet, tak kunjung kudapatkan lirik dan mp3 nya. Ah, mungkin itu lagu baru atau lama ya, entahlah, kupikir begitu. Atau aku yang belum beruntung? Hiks... Akhirnya dengan pasrah aku tutup halaman google chromeku. Meski tentu saja tetap berharap suatu saat lagu itu akan aku dengar lagi suatu saat nanti.

Dan subhanallah, hari ini aku melihat penyanyinya muncul di televisi. Langsung 10 menit kemudian aku searching judul lagu itu di google. Wish me luck, doaku dalam hati. Dan, taraa, dapat deh! Juga mp3 nya. Ternyata memang lagu baru, dilaunching di ramadhan ini, tapi tak terlalu booming. Mungkin karena kalah pemasaran, entahlah. Semoga lagu-lagu religi seperti ini, yang notabene jauh lebih indah maknanya dibandingkan lagu picisan lebih banyak didengar di media-media. Aamiin.

Jujur, lagu shalat itu mengingatkanku pada sebuah tausyiah seorang ustad di radio. Namanya Ustad Yusuf Mansyur, seorang ustad yang alhamdulillah bisa kutemui juga untuk pertama kalinya saat pengajian HUT Kabupaten Tegal. Beliau diundang oleh Bupati Tegal untuk mengisi kajian.  Tak beda halnya dengan mendengar tausyiah langsung ataupun via radio dan televisi, kedua sama-sama menyentuh hatiku. Tapi kali ini aku jauh lebih terharu. Trenyuh kata orang jawa bilang. Dalam tausyiah di acara radio tersebut, Ustad Yusuf Mansyur berkata begini Andai kesusahan adalah hujan, dan kesenangan adalah matahari, maka kita butuh keduanya untuk bisa melihat pelangi. Sebelum jauh-jauh memperbaiki diri, sebelum jauh-jauh mencari solusi untuk segala permasalahan hidup yang kita hadapi, nomor satu yang harus kita perbaiki adalah sholat kita.”

Ya Allah, aku seperti ditampar oleh Allah. Seperti itulah kondisiku saat itu. Beberapa kali mengalami kejadian kurang menyenangkan, yang bisa disebut musibah. Kesana kemari mencari solusi, tapi ternyata solusi yang paling mudah justru terlupa. Shalat. Bangunan utama yang harus didirikan oleh seorang muslim. Bangunan yang mengokohkan fondasi amalan lainnya. Di saat itulah aku menangis, mohon ampun pada Allah atas banyaknya khilaf diri  selama ini. Ya Rabb, maafkan aku.  Atas shalat-shalatku yang tidak khusyuk. Atas amalan dan akhlaq yang masih compang-camping. Aku mohon ampun padaMu. :’( Mulai saat itu aku memperbaiki shalatku, ibadah pertama yang akan dinilai Allah di akhirat nanti. Shalat lebih tepat waktu, berjamaah, dan memperbaiki akhlaq.

Hari ini Allah memberi kejutan lagi. Subhanallah. Malam tadi saat aku berjalan kaki berangkat menuju masjid terdekat di rumah untuk sholat isya, aku bertemu dengan seorang lelaki tua, perkiraan beliau berumur 50 tahunan. Baru aku sadari kehadiran beliau saat aku sudah hampir sampai di masjid, sekitar 100 meter dari masjid. Beliau berjalan cepat di belakangku. Sambil memanggul bambu yang digunakan untuk menghubungkan dua keranjang bambu miliknya. Dibantu pencahayaan remang-remang lampu sekitar, aku bisa melihat isi keranjang beliau. Aku pikir beliau penjual dadakan, ternyata bukan. Satu keranjang beliau berisi pacul dan satu keranjang lagi berisi sebungkus plastik mungkin berisi bahan makanan. Itukah hasil kerja beliau selama bekerja satu hari ini? Saat aku mempersilahkan beliau berjalan lebih dulu, beliau justru berkata, “Mau numpang sholat tarawih, mba di masjid sini. Kalau saya melanjutkan perjalanan lebih dulu, takutnya tidak sampai.”

Penasaran, kutanya beliau. “Asli mana, pak?”

“Asli pekalongan, mba. Tapi kerja di sini. Saya mau ke daerah sumur panggang.” , jawabnya sambil tersenyum padaku.

Aku mengingat nama daerah itu, sumur panggang jika ditempuh dari sini dengan jalan kaki, mungkin 1,am baru sampai. Ya Allah, setelah perjalanan jauh mencari nafkah, dan hanya mendapatkan rezeki sekadarnya, beliau masih mengusahakan untuk bisa shalat tepat waktu bahkan berjamaah. Mengusahakan untuk menghadapMu lebih cepat dibanding aku, penduduk desa ini. :(

Saat beliau lebih dulu sampai di pelataran masjid, beliau langsung meletakkan keranjang miliknya di dekat pagar masjid. Dan masuk tempat wudhu. Ya Allah, aku masuk pintu masjid langsung menangis. Bagaimana aku katakan cinta Engkau, jika cintaku belum bisa seperti lelaki tua itu. Lelaki Isya. Yang cintanya padaMu melebihi kecintaan kepada harta. Yang cintanya kepadaMu membuatnya ikhlas menjalani kehidupan yang tak bersahabat. Semoga Allah memudahkan urusanmu dan memberkahimu, pak. Aamiin.

Ya Rahman Ya Rahim, maafkan aku yang belum bisa mencintaiMu dengan ikhlas seperti lelaki Isya itu. Ampuni aku jika selama ini lebih banyak mengeluh tentang kehidupan. Semoga Engkau mau menuntunku kembali kepada jalan yang benar dengan iman dan islam yang paripurna seperti cintanya Rasulullah padaMu. Aamiin.

Keroposnya bangunan nasionalisme para pemimpin negeri ini karena imannya ditanggalkan pada menara masjid. Pun, krisis pengabdian rakyat karena Al-Qur'an tak hidup di dada mereka. Untuk Indonesia yang kita cinta: perbaiki shalat kita, menjadilah manusia Qur’ani dan baktikan diri pada negeri. Lakukan transformasi personal & sosial. Mari mengambil peran untuk peradaban Indonesia yang lebih baik & bermartabat. (Asti Latifa Sofi, pesan seorang sabahatku)

Tegal, 22 Agustus 2011, 00:06
~ Menuju satu titik keteraturan yang sempurna : ibadah.~
Diikutkan dalam Giveaway mba Ketty : Bingkisan dari Kami 


Bingkisan dari Kami ~ Mba Ketty Husnia 

Download lagu Sholat Sahrul Gunawan disini 

Jumat, 07 Oktober 2011

Hadiah-hadiah Buku

Bismillah...

Alhamdulillah yaah, ada banyak kejutan di akhir September kemarin. Termasuk dapet banyak hadiah buku gratiiss, hehe.. :D
Semoga bulan oktober ini juga. aamiin. ;p

(sebenernya ada 2 hadiah lagi dari LeutikaPrio dan Rezaheadline, tapi belum difoto, :D)

07 Okt 2011, 20:59
Nb : foto pake BB , jadi harap maklum gambarnya krg mantap.-.-"

Buku Master From Minder dari kak Pariman Siregar (kaget aq, penulisnya dateng sendiri ke tempatku, hehe)
hadiah Buku Victory Lane dari penulisnya - Kang Iwok Abqary (ada ttd ama ucapannya juga. senenggg deehh :D)




Penampakan Victory Lane & Master From Minder... ^^

Paket buku dari Hasfa Publisher Juara 1 Event Menulis Cara Mudah Bahagia


Hadiah dari AQM Rumah Buku, buku berjudul The Secret of Time Management

Buku Radiant Shadow - Hadiah dari Giveaway postingan ke 1500 Mba Fanny (lainnya hunting di TB, hehe)

kalo yang ini tiga buku antologiku, hihi..Judulnya Bilakah Tuhan Jatuh Cinta, Cara Mudah Bahagia, dan mayaseries.  ada yang mau pesen? :D

Kamis, 06 Oktober 2011

Seringkuh ~ Bunga Rampai Selingkuh



Alhamdulillah... 
Naskahku Essai-ku berjudul "Menyemai Cinta Usai Badai" masuk buku Seringkuh(1). :D
Ini antologi ke-6 ku, alhamdulillah...
Ada 2 buku dengan desain cover berbeda.
Oya, jika dilihat dari label di cover buku, bisa dipastikan buku ini dikhususkan untuk target pembaca berusia 18+ karena mengusung tema yang ya... lumayan berat. All about selingkuh. :P
Slamat untuk teman-teman yang masuk proyek antologi ini.Semoga berkah ya..^^
=======

SERINGKUH
Bunga Rampai Selingkuh
Penulis: Dian Nafi, Ila Rizky Nidiana, Dkk
Penerbit: Hasfa Publishing
ISBN 978-602-98187-2-7

180Hal.Rp 39rb
Silakan sms 081914032201 atau inbox fb Hasfa Publisher untuk pemesanan.
Tulis nama/alamat/kodepos/telpon/jumlah/judul buku yang dipesan

Daftar naskah yang masuk buku Seringkuh(1)

Masih Setia
Mata Indah Riana
Jangan Khatamkan Cerita Senja
Makan Malam
Ternyata Dia Berkhianat
Selingkuh Yang Nyata
Sayang
Dilema Hati
Wanita Dan Perselingkuhan
Antara Raida, Aditya Dan Karminah
Don’t Be A Fool, Tinggalkan Laki-Laki Itu!
Mba ( Married But Avaible )
Sebuah Kesalahan
Senja Di Beranda
Jelaga Hatimu
Cinta Bisa Memilih!
Awas, Dia Mengintai Kita!
Menyemai Cinta Usai Badai ~ Ila Rizky Nidiana
Sakitmu Membunuhku
Bukti Cinta Untuk Suamiku
Acuh Namun Butuh
Rindu Dan Cinta Membuat Aku Terbelenggu
Engkaulah Bidadari Itu, Sayang
Selingkuh, Noda Dalam Kesetiaan
Nasib Mawardhani
Noda Dibalik Kesetiaan
Sisi Lain Dari Kesetiaan
Mantan Mengajak Selingkuh ... Oh Tidak!
Sepotong Cinta Dua Sahabat
Jalinan Kasih Yang Terkoyak
Masih Kukuh Berselingkuh?
Ada Apa Denganmu?
Gara-Gara Play~Girl
Beberapa Tips Selingkuh Dengan Aman
Musuh Dalam Selimut
Menjauhi Selingkuh
Musquerade
Kerjaanmu Geguyon Dengan Wanita
Pernikahan 2.0
Love is Blind Honey.
***


SERINGKUH (2)
Bunga Rampai Selingkuh
Penulis: Dian Nafi Dkk
Penerbit: Hasfa Publishing
ISBN 978-602-98187-2-7
180Hal. Rp 39rb
Silakan sms 081914032201 atau inbox fb Hasfa Publisher untuk pemesanan.
Tulis nama/alamat/kodepos/telpon/jumlah/judul buku yang dipesan


Romansa Kelu.
Standing Ovation
Percikan Yang Harus Padam.
Laka Cinta
Bara Asmara Liar
Bertandang Ke Bilik Sebelah
Lima Belas Jam Di Stasiun Kalbu
Jejak Hati Yang Semu
Tanda Pengkhianatan Cinta
Merobek Kehangatan
Tak Ada Selingkuh, Keluarga Utuh
Selingkuhkah Gia?_
Selingkuhberbalas
Serpihan Yang Tertinggal
Intermezzo
Sebuah Tulisan Sederhana Sebelum Berselingkuh
How To Be Faith
Cintaku Bukan Cinta Biasa
Hati Yang Rapuh
Dilema Hati Tak Berujung
Satu Hati Tiga Cinta
Membunuh Janji
Selingkuh Dalam Rumah Tangga Dan Ranah Publik
Cunak
10 Tips Menghindari Terjadinya Perselingkuhan / Keretakan Rumah Tangga
Ini Mentorku, Mana Mentormu
Lika Liku Selingkuh
7 Tips Jitu + Ampuh Terhindar Dari Rasa Ingin Selingkuh !
Surat Yang Tak Pernah Sampai
Karma Itu Masih Berlaku
Obsesi Oedipus Complex Menghantam Bahteraku
Kenistaan
Luka Hati
Berbicara Selingkuh
Anakku, Kekasihku
***

Jumat, 30 September 2011

Menakar Kadar Nasionalisme Kita

Menakar Kadar Nasionalisme Kita

Di sebuah film
Seorang anak laki-laki berjalan menuju podium, berkumpul bersama anak-anak lain, dan sesaat kemudian, dipejamkannya mata sejenak, bersiap menyanyikan sebuah lagu. Di ujung meja hadirin sana, sang ibu duduk bersama hadirin lain, melambaikan tangan di udara, memberi sang anak semangat. 

Saat yang dinanti pun tiba. Anak laki-laki tsb, memimpin paduan suara menyanyikan sebuah lagu. Sebuah lagu yang membuat sang ibu, ayah, dan keluarga besarnya tersentak sekaligus haru. Bukan hanya mereka, namun juga seorang tetangga mereka di kompleks perumahan, seorang perempuan paruh baya berkebangsaan Inggris yang juga hadir. 

Ia segera memberi aplaus keras saat lagu itu baru beberapa bait dinyanyikan, sehingga seluruh hadirin pun ikut bertepuk tangan dan memberi tanda kehormatan dengan meletakkan telapak tangan kanan di dada kiri masing-masing sampai lagu itu selesai dinyanyikan. Ya, lagu itu adalah lagu kebangsaan India. 

Dan sang ibu adalah seorang kebangsaan India, yang sangat kental dengan tradisi kebudayaan India sejak kecil. Ia tak pernah melupakan bahwa ia berasal dari India, sebuah negara yang jauh berpuluh kilo meter dari tempatnya kini tinggal, Inggris. Karena itu setiap pagi, tak henti-hentinya ia mengajari putranya menyanyi lagu kebangsaan India. 

Saat ditanya sampai kapan ia akan terus menerus menjejali dengan lagu-lagu itu? Ia menjawab dengan pasti. Agar sang anak tak lupa, bahwa ia berasal dari India, ia takkan berhenti untuk menyanyikannya. “India yang terbaik!”, ucapnya sambil tersenyum lebar.

***

Itu hanya sekedar ilustasi dari cuplikan film India, Khabie Khusie Khabie Gham, yang saya tonton dulu saat SMP. Lalu, apa hubungannya dengan judul tulisan ini? Yap, Menakar kadar nasionalisme kita. Seberapa besarkah kadar nasionalisme kita terhadap negara ini?

Saya tergelitik dengan bahasan ini, saat teringat adegan di film tadi. Ya, sejauh mana kadar nasionalisme kita? 

Apakah seorang hanya dikatakan berjiwa nasionalis jika ia berkoar-koar di atas podium dan mendendangkan lagu demokrasi, dan bumbu politik tetek bengek lainnya? 

Ataukah kita hanya merasakan nasionalisme saat di masa sekolah dulu? Saat upacara bendera, saat Sang Saka Merah Putih berkibar gagah diliuk-liukkan oleh sang angin, saat paduan suara sekolah membawakan lagu kebangsaan negeri ini “Indonesia Raya” yang menggema di seluruh penjuru kota? 

Ataukah hanya saat menonton tim Indonesia berlaga memperebutkan Piala Thomas-Uber Cup, kita mati-matian berteriak-teriak sepanjang pertandingan sambil menyenandungkan kata “IN-DO-NE-SIA!“

Laskar Merah Putih beraksi

Atau saat membela tim yang kita banggakan di pertandingan Sepak Bola, yang kadang malah berbuah kericuhan. Ah, segitukah saja nasionalisme yang didengung-dengungkan itu?

Apakah semangat nasionalisme akan tetap ada dalam diri, atau ia pun hilang bersamaan usainya lagu itu dinyanyikan? Saya jadi miris jika demikian adanya, jika semangat lagu itu tak lagi menggema di dada kita masing-masing.

Ah, jika saya bandingkan dengan adegan di film tadi, saya mengamati hal lain. 

Seorang politikus yang berkoar-koar di atas podium untuk menarik minat massa saat masa kampanye, dan kemudian terpilih menjadi wakil rakyat, kini, engkau melihat dia digerebek polisi di sebuah hotel karena kasus korupsi bermilyar-milyar, ya… dia tertangkap memakan harta rakyat negeri ini.
Astaga! Lalu kemana gaung nasionalisme itu??  

Bila politisi itu memang punya jiwa nasionalis, sama seperti yang ia dengung-dengungkan di saat kampanye, seharusnya ia tak membuat malu negeri ini di mata negara lain dengan kasus korupsinya yang menyedihkan!
Taukah engkau apa yang dilihat Negara lain dari Negeri ini? Indonesia terkenal dengan kasus korupsinya! Yang lebih menyedihkan lagi, hukum bisa dibeli, sesuai dengan pesanan. Ah ya! Benar-benar menggelikan.
Seperti jika kita mengamati syair “Indonesia Pusaka” maka kita akan bisa meresapi makna Indonesia sebagai sebuah negeri  yang digdaya- pada jaman dahulu. 

Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Slalu di puja-puja bangsa

Jika saya boleh menuliskan, Nasionalime bagi saya adalah, harga diri bagi seorang warga negara, maka, saat itulah pula, ia mempunyai kewajiban untuk membuat negara ini bangga -minimal tidak membuat malu- menjadi sebuah negara yang layak untuk dikenal karena keagungan budi pekertinya yang luhur… tak membuat malu dengan kasus korupsi yang memakan harta rakyat.

Seharusnya, seorang warga negara bisa membuat bangsa ini mempunyai martabat yang luhur, seluhur sejarah masa lalunya di jaman kerajaan-kerajaan yang indah dengan prestasinya yang gilang gemilang. Sebagaimana saat Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Samudra Pasai tumbuh menjadi Kerajaan Maritim yang besar di masanya, dengan kekuatan armada laut yang kuat. Atau dengan pertumbuhan yang pesat, Jayakarta menjadi kota pesisir yang dikunjungi banyak armada negara lain, atau jalur sutra yang  mengagumkan kita, perekonomian yang tangguh, dimana seluruh denyut nadi kehidupan bisa dirasakan.
Contoh tadi memang hanya sekedar nostalgia bagi saya, dimana saya mengagumi kekuatan dan kejayaan kerajaan-kerajaan tadi. Tetapi, peristiwa masa lalu, adalah refleksi diri, sejauhmana kita bisa mengambil pelajaran yang pantas. Maka, mari berkaca pada kualitas kerajaan yang pernah menjadi legenda negeri ini di masa lalu, agar Negara kita menjadi jaya kembali. Saat itulah kita akan berteriak lantang ke penjuru dunia, “Indonesia yang terbaik!”
*** 
Daerah terpencil bernama Seko, di Sulawesi selatan

Nasionalisme menurut saya identik pula dengan ketahanan bangsa. Sejauh yang saya tahu, selama masa pembangunan  daerah di era  orde baru maupun lama hingga masa sekarang, banyak sekali daerah baik di luar jawa maupun di jawa yang belum terjangkau akses pembangunan. Semisal saja , jalan raya, sekolah, jembatan penghubung antar pulau satu dengan lainnya. Saya ambil contoh di sebuah daerah di Sulawesi  bernama Seko. Seko adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah penduduk 12.000-16000 jiwa. Seko adalah salah satu kecamatan yang sangat tertinggal di sulawesi selatan dikarenakan akses menuju ke sana sangat sulit. Seko dapat di jangkau dengan menggunakan pasawat dengan biaya Rp.200 .000 tapi saat ini pesawat tidak ada lagi yang beroperasi. Seko juga dapat di jangkau dengan menggunakan ojek dengan biaya Rp 1.200.000 pulang pergi. Cukup mahal kan untuk biaya sarana transportasi? 

Seko berjarak 97 km dari Masamba ibu kota kabupaten Luwu Utara, tapi aneh jarak yang tidak terlalu panjang ini sampai sekarang belum tersentuh infrastruktur pembangunana jalan. ruas jalan saat ini adalah peninggalan belanda, tapi pada saat pemberontakan Kahar Muzakar jalan ini di hancurkan agar penduduk Seko tidak dapat kemana-mana. Kini, setengah abad berlalu, jalan menuju Seko masih seperti dulu. Jalan yang tadinya masih mudah di tempuh oleh pengendara roda 2 ternyata amat sulit untuk di lewati. Para pengendara motor tersebut harus menghabiskan waktu selama 4 hari 3 malam untuk menempuh jarak yang hanya 45 km dari Kecamatan Rongkong/Limbong pada saat musim hujan, jarak tersebut hanya menghabiskan waktu 1 hari sebelum pengerjaan.

Dari kisah tentang Seko tadi, saya ingin menarik kesimpulan bahwa  pembangunan di daerah terpencil masih sangat dibutuhkan oleh warga sekitar. Sayangnya ini belum terjangkau luas.  Padahal sebagai salah satu ciri ketahanan bangsa adalah kondisi terpenuhinya segala aspek pembangunan bagi setiap warga negara yang tercermin dari tersedianya sarana pembangunan yang cukup  baik jumlah, maupun mutunya, terjangkau, dan merata di seluruh penjuru negeri. Ketahanan bangsa adalah cermin keutuhan negeri. Jika kita tidak mengupayakan ketahanan bangsa, lalu siapa lagi yang akan mengupayakannya? 

Sejarah membuktikan bahwa  negara yang sukses melakukan  kemandirian pembangunannya sedikit banyak ditentukan oleh keberhasilan dalam bidang ketahanan bangsa baik dalam proses akses  demokratisasi  baik sosial ekonomi maupun politik, pembangunan serta pengentasan kemiskinan. 

Kemandirian pembangunan sebagai bagian dari ketahanan bangsa hanya dapat terwujud bila kondisi saling ketergantungan tersebut dibangun atas modal sosial yang tinggi. Kemandirian ketahanan bangsa akan terwujud apabila paradigma pembangunan dikembangkan baik di pusat maupun daerah mampu memadukan antara tuntutan global dengan pemberdayaan masyarakat. 

Tidak ada kemandirian tanpa proses pemberdayaan. Pemberdayaan berarti memampukan masyarakat dan pemerintah daerah dalam aspek material, intelektual, moral, dan manajerial. Dan bagaimana membangun transformasi sosial yang mandiri untuk mewujudkan system ketahanan bangsa di era global dan otonomi daerah inilah yang perlu menjadi pekerjaan rumah kita bersama dalam membangun karakter nasionalisme agar bisa menyejawantah dalam diri setiap wajah anak negeri.

***
Laboratorium Peradaban, 16 September 2011, 21: 20
~Sejarah adalah catatan statistik tentang denyut hati, gerak tangan, langkah kaki, dan ketajaman akal.~

Sumber tentang Seko ada di :

Selasa, 27 September 2011

Story Pudding : Cinta Takkan Kemana-mana



Story Pudding : Cinta Takkan Kemana-mana

‘Jika memang kita ditakdirkan tuk bersama slamanya, cinta takkan kemana-mana.’
(Petra Sihombing)

‘Jika takdir cinta pasti kan bertemu , meski kau dan aku ada di ujung dunia.’
(Film Ketika Cinta Bertasbih)

Dua kalimat pembuka itu cukup untuk menggambarkan betapa dahsyatnya takdir yang Allah rangkai. Bahkan jika takdir itu belum bermuara kini, suatu saat jawaban itu pasti akan ada, akan indah pada waktunya.

Sebuah pernikahan seorang sahabat mengingatkanku pada hal ini, bahwa cinta bukan hanya tentang kenyamanan, mantapnya komunikasi, kecocokan jiwa, dsb.. tapi lebih kepada. Apakah memang dia adalah takdir kita. Seseorang yang telah Allah tulis namanya menjadi penyejuk jiwa dan pelengkap rindu.  Kalo di bahasa jawa istilahnya “Sigaraning nyowo” atau separuh jiwa kita…

Ini kisah tentang sahabatku, pernikahannya yang terbilang cepat, dan  sempat membuatku terkejut.  Satu waktu dia mengajakku bertemu di libur lebaran tahun 2008, karena meski kita sudah lama berinteraksi di dunia maya sejak tahun 2006, tapi baru kali itu aku bisa bertemu. Rumahnya di daerah mejasem, sekitar 15 menit dari rumahku jika menggunakan motor. Hanya saja, dia sibuuukkk sekali, hihii.. maklum, agenda silaturahimnya seabrek. Sampai ditetapkanlah hari itu. Aku ingetnya hari jumat aja. :D

Janjian ketemu jam 1 siang, aq nyampe rumah dia tepat waktu, ngobrol-ngobrol lama, sampai jam 2-an. Dan tiba-tiba hp dia berdering, sebuah telepon masuk ke hp nya. “bentar ya, ila, aq angkat dulu teleponnya. Nanti  ada  tamu, ila temenin aku mau ga?”

Aku jujur saja waktu itu kaget. Mengiyakan sih, tapi dalam hati kagetku belum juga ilang …“Tamu? Tamu siapa? Apa ga ngganggu nanti… pastinya si tamu juga nanti kan punya alasan sendiri kenapa sampai menyempatkan diri untuk ketemu di rumah ini.. pastinya pengen ketemu sama temenku itu…bukannya ngobrol sama aku.. heuheuu… ”

Lalu telepon dia tutup, dan mulailah dia membahas siapa tamu itu. “Dia kakak kelasku, ila…Kita kenal di organisasi  kepemudaan. Kebetulan aku di bem. Selisihnya sih 5 tahunan. Katanya mau ngajak taaruf. Hm, aku bingung mau cerita gimana. Yang jelas dia mau serius, udah nanya ke aku juga kapan bisa silaturahim untuk nanya ke ayahku…”

Tuing tuiingg… aku yang diceritain gitu jadi bengong sendiri. Aduhh, jadi aku mau nemenin temenku ini kenalan sama (bakal) calonnya gitu yah?? Woow… mantappp… kopdar pertama sekaligus menjadi saksi hidup perkenalan mereka. Hehe.. ;p

Selang brapa menit, hp temenku bunyi lagi. Katanya si mas itu, yang dia panggil ‘kakak’ itu sudah sampai di depan gerbang rumahnya. Dan temenku pamit untuk membukakan pintu, karena kebetulan orang rumah lagi sepi. Cuma temenku aja sama adeknya, makanya dia minta temenin aku buat ketemuan. :))

Dan dimulailah babak baru itu, hahahaaa… rasanya jadi  saksi hidup itu uniikk.. ;p

Jadi ikut deg-degan pas mereka ketemu pertama kali, wkwkwk… pas itu si kakak bawa temen juga,  rumah dia di daerah brebes. Jadi sekitar 1,5 jam dari rumah dia yang konon katanya jauh dari kota brebes.  Haha… saluutt sama dia, niat bener ke rumah temenku, padahal jauuhnya masyaAllah, ampe katanya tuh nyasar2 gitu nyari alamat rumahnya. Maklum, meski si kakak itu orang brebes, tapi  sejak sma disekolahin di pondok di jawa timur, jadi ga kenal daerah sekitar brebes apalagi sampe  main ke tegal... Yah, apa sih yang ga dilakuin demi si bidadarii.. haahaaa. Nyasar juga dijabanin. Jatuh cinta emang ajaiib yaahh… sesuatu banget gituu… wekekee…. ;D

Dari obrolan-obrolan itu aku tau si kakak itu yang naksir temenku, kerja di sebuah bank di luar jawa. Dia libur lebaran jadi sempet-sempetin silaturahim gitu. Trus, obrolan ngarah-ngarah ke hal hobi, kesibukan, kerja, dsb.. pertanyaan umum sebenernya, Cuma karena aq udah tau  tujuan kenalan buat apa, jadi pengen ketawa, tp kutahan. Wekekee… lucu gitu liat ekspresi si kakak maupun temenku. Shy-shy cat, malu2 meoongg… ;))

Ngobrol sampe jam 4, trus aq minta ijin mau pulang, tp kata temenku, ‘duh, ila.. jangan pulang dulu.. gimana kalo sholatnya di sini aja.’ Yaudah deh, aq yang udah kebelet sholat ashar akhirnya bikin si kakak minta ijin pulang lebih cepet. Haha.. maapp yaahh, tp sholat emang lebih urgent dibanding ngobrol sama bidadari. Hihii… akhirnya, aq pulang sekitaran jam setengah 5 lebih soalnya masih diajakin ngobrol sama temenku.

Sampe disitu aq masih anggap ah, itu kan cuma kenalan aja. Belum tentu juga jadi. Nah, suatu waktu(bulan maret kayaknya, sekitar 6 bulan sejak ketemu itu) aq nanyain progress hubungan mereka, apa si kakak itu udah ke rumah lagi buat ketemu ortu temenku atau belum. “Iya, ila.. udah. Dan ayah ga suka.”

Deg, dari situ temenku mulai curhat. Dia bimbang, dsb… di satu sisi dia pengen banget nikah cepet, di sisi lain ortu belum sreg sama yang maju ke hadapan ayahnya. Katanya ada dua orang yang udah nanya dan jawabannya sama. Ga diterima. -.-‘

Woow, tau ga? Selang brapa bulan kemudian, si temenku itu ngabarin. ‘Ila, aq jadi nikah, tapi tanggalnya nanti aq kabarin lagi ya.’ Aq bingung, ehhh, ehh… jadinya sama siapa yah? Yang orang mana?   Jawab temenku, “Ila tau orangnya kok…”

Tuiing, aq tambah bingung, yang mana yaa?? Masa sama si kakak itu?? Bukannya udah ditolak yahh?? Hahaa… :p

Ternyata berkat doanya si kakak yang terus menerus dan ga kenal kata nyerah , buktinya brani maju ke ortunya lagi, akhirnya jawaban  doa dia dikabulkan. Si bidadari jadi dilamar, dan maret 2009 mereka nikah. Huwaaa… denger itu rasanya nyesss, ademm banget. Gimana ya? Liat proses temen nikah itu emang bikin kita jadi ikutan deg-degan. Hehe…sekarang temenku itu udah punya anak 1 dan unyu bangeett.. imyuut gitu . namanya Rania.  Dan pasangan yang aq certain itu Asti dan Kak Didi.  ;D

Jadi bener ya, bahwa doa itu bisa mengubah takdir. Bahkan soal jodoh sekalipun. Hehe.. Yukk, marii yang belum punya jodoh, yang masih galau menggalau. Kencengin lagi doanya, kuatin lagi ikhtiarnya, dan pantaskan diri di hadapan camer maupun calon. Who know yaa… kali aja si dia yang kita incer itulah jodoh kita. Seperti sepenggal kisah dalam film Di bawah Lindungan Ka'bah ini. ;D

Zaenab : "Sampai kapanpun, aku akan memegang teguh do'aku, Menikah dengan orang yang dicintai dan mencintaiku."
Hamid : "Bukan kita yang menentukan keberhasilan do'a"
Zaenab : " Allah yang akan menjawabnya"

Tugas kita hanya berusaha dan اَللّه swt Maha Tahu apa yg kita butuhkan, bukan apa yg kita inginkan. Jika kita percaya jodoh takkan kemana-mana, yakinlah bahwa suatu saat do'a²  kita semua akan di-ijabah-Nya dengan cara-Nya yang indah & penuh hikmah... :)


Semarang, 27 September 2011,  22:07 

Kisah ini diikutsertakan pada "A Story Pudding For Wedding" yang diselenggarakan oleh Puteri Amirillis dan Nia Angga

NB : mba putri, aq bingung cara masang link dibanner itu gimana? Hikkks...  >,<   

A Story Pudding For Wedding



Komunitas