Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Kamis, 24 September 2009

Ada apa dengan pernikahan?

Benarkah menikah didasari oleh kecocokan?
 
Kalau dua-duanya doyan musik, berarti ada gejala bisa langgeng..
Kalau sama-sama suka sop buntut berarti masa depan cerah..(That simple?..)
 
Berbeda dengan sepasang sandal yang hanya punya aspek kiri dan kanan,
menikah adalah persatuan dua manusia, pria dan wanita. 
Dari anatomi saja sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya.
 
Kecocokan, minat dan latar belakang keluarga bukan jaminan segalanya
akan lancar.. Lalu apa?
MENIKAH adalah proses pendewasaan. Dan untuk memasukinya diperlukan pelaku
yang kuat dan berani.
Berani menghadapi masalah yang akan terjadi dan punya kekuatan 
untuk menemukan jalan keluarnya.
 
Kedengarannya sih indah, tapi kenyataannya?
Harus ada 'Komunikasi Dua Arah', 'Ada kerelaan mendengar kritik','Ada
keikhlasan meminta maaf', 'Ada ketulusan melupakan kesalahan,dan
Keberanian untuk mengemukakan pendapat'.
 
Sekali lagi MENIKAH bukanlah upacara yang diramaikan gending cinta,
bukan rancangan gaun pengantin ala cinderella, apalagi rangkaian mobil
undangan yang memacetkan jalan.
 
MENIKAH adalah berani memutuskan untuk berlabuh,
ketika ribuan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-manggil
 
MENIKAH adalah proses penggabungan dua orang berkepala batu dalam
satu ruangan dimana kemesraan, ciuman, dan pelukan yang berkepanjangan 
hanyalah bunga.

 
Masalahnya bukanlah menikah dengan anak siapa, yang hartanya berapa,
bukanlah rangkaian bunga mawar yang jumlahnya ratusan, bukanlah
perencanaan berbulan-bulan yang akhirnya membuat keluarga saling
tersinggung, apalagi kegemaran minum kopi yang sama...
 
MENIKAH adalah proses pengenalan diri sendiri maupun pasangan anda.
Tanpa mengenali diri sendiri, bagaimana anda bisa memahami orang lain...??
Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri, bagaimana anda bisa memperhatikan
pasangan hidup...??
 
MENIKAH sangat membutuhkan keberanian tingkat tinggi, toleransi
sedalam samudra,serta jiwa besar untuk 'Menerima' dan 'Memaafkan'.




*Penulis 'Unknown' sumber dari Internet.

Selasa, 01 September 2009

Membangun sekolah peradaban di rumah kita

Membangun sekolah peradaban di rumah kita



Seorang ibu
adalah atap waktu
di bawahnya anak-anak menuntut ilmu
Peduli padanya
berarti mempersiapkan suatu bangsa
yang keringatnya mengalir penuh aroma
-penyair Nail-



Saya selalu kagum dengan sebuah tulisan yang tak henti saya baca dengan seksama, dan usai membacanya, saya selalu mengakhirinya dengan decak kagum tak terkira.

Tulisan ini ada di dalam buku Segenggam Rindu untuk Istriku, Dwi Budiyanto. Tapi maaf sebelumnya, saya telah mengeditnya sesuai kebutuhan, agar tak terlalu panjang dalam penjabaran. Tulisan yang mengajari saya akan makna sebuah cita-cita peradaban, penuangan visi dan misi yang terintegrasi dengan baik dalam sebuah keluarga. ^_^

Abul Aswad Ad-Duali pernah berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, aku telah berbuat baik kepadamu sejak kalian kecil hingga dewasa, bahkan sejak kalian belum lahir.”
“Sejak kami belum lahir?”
“Iya,” jawab Abul Aswad.
“Bagaimana caranya, Ayahanda?”
“Hmm.. Ayah telah memilihkan untuk kalian seorang wanita terbaik di antara sekian banyak wanita. Ayah pilihkan untuk kalian seorang ibu yang pengasih dan pendidik yang baik untuk anak-anaknya.”

Ya, Dari sinilah cita-cita peradaban dimulai, yaitu sejak seorang laki-laki memilih pasangan hidupnya. Menentukan siapa istrinya, sekaligus menetapkan calon pendidik bagi putra-putranya. Sejak saat itu seorang lelaki, semestinya, telah membuat desain untuk membangun sebuah sekolah peradaban dalam rumahnya.

Itulah sebabnya, Abul Hasan Al Mawardi beranggapan bahwa memilih istri merupakan hak anak atas ayahnya. Beliau mengutip perkataan Umar bin Khattab ketika mengatakan, ”Hak seorang anak yang pertama-tama adalah mendapatkan seorang ibu yang sesuai dengan pilihannya, memilih wanita yang akan melahirkannya. Yaitu, seorang wanita yang memiliki kecantikan, mulia, beragama, menjaga kesuciannya, pandai mengatur urusan rumah tangga, berakhlak mulia, mempunyai mentalitas yang baik dan sempurna, serta mematuhi suaminya dalam segala keadaan.”

Saya merasa inilah tanggungjawab pertama seorang suami, yaitu memilih secara tepat istrinya. Namun, kerja ini tidak berhenti sampai disini, karena ada kerja berikutnya yang tak kalah penting, yaitu kerja pemeliharaan, pertumbuhan , serta penyiapan.

Memelihara, menumbuhkan dan menyiapkan harus menjadi prioritas. Lelaki tak hanya sekedar memilih istri yang memiliki pesona potensi luar biasa. Pesona potensi itu harus dapat dipelihara dan ditumbuhkan agar tidak redup di tengah jalan, terlebih setelah menikah. Suami perlu meningkatkan kapasitas dan kemampuan istri, agar ia memiliki bekal untuk menyukseskan perannya sebagai seorang pendidik.

Sampai disini, kerja-kerja kepahlawanan takkan pernah berhenti meskipun Islam telah menjelma menjadi icon peradaban dunia. Sebuah misi untuk menjadikan dunia benderang dengan cahaya ilahiah.

Betapa niat di awal memilih adalah yang utama, maka menetapkan pilihan yang terbaik untuk menjadi partner sejati dalam menapaki jalan dakwah ini penting dilakukan.

Maka, saya pun setuju dengan pendapat sahabat saya, Asti, tentang arti sebuah pernikahan baginya. “Menikah bukan hanya menyatukan dua jiwa, tapi lebih kepada pembentukan motor peradaban. Bagaimana akan mengelola ummat jika pemikiran dan visi di keluarga tidak terintegrasi dengan baik?”

Jika saya menilik kata “tidak terintegrasi dengan baik”, maka apa yang seharusnya dilakukan? Ya, sebuah komunikasi yang efektif untuk menjembatani antara keinginan dua orang (suami istri) yang berbeda cara pandang dalam menentukan kemana arah peradaban yang akan mereka bangun di dalam rumah mereka.

Kemana harus melangkah, tujuannya harus jelas, dan matang dalam berkonsep serta efektif dalam pelaksanaan. Kesungguhan dalam menjalankan juklak dan juknis ini mutlak diperlukan, karena pada dasarnya sebuah konsep akan tetap menjadi konsep jika tidak dilaksanakan dengan cermat dan tepat.

Konsep tarbiyah yang akan dijalankan merupakan proses mendidik manusia dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia ke arah yang lebih sempurna. Bukan saja dilihat sebagai proses mendidik saja, tetapi meliputi proses mengurus dan mengatur supaya kehidupan berjalan dengan lancar. Termasuk dalam konsep ini tarbiyah meliputi bentuk fisik, spiritual, material dan intelektual. Proses ini akan mendidik anak untuk dapat menghayati nilai-nilai yang sesuai untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Nah, sampai disini dulu catatan kecil saya kali ini. Beberapa konsep harus dijelaskan secara detail dan butuh referensi mendalam untuk menjadikan maket-maket peradaban itu terwujud. Saya membutuhkan saran darimu, kawan.. Dan tentu akan dengan senang hati menerimanya. ^_^ Trimakasih telah menyempatkan diri membaca catatan kecil ini. ^^

Sekaran, Kamar Cahaya. 24 April ’09, 00:11, ketika menjadi sholeha bukanlah pilihan, melainkan suatu kebutuhan inti. ^_^

Jumat, 28 Agustus 2009

Mencintai Ilalang

 
  
 

If the rain comes

If the rain comes, if the rain comes.
When the sun shines they slip into the shade
(When the sun shines down.)
And drink their lemonade.
(When the sun shines down.)
When the sun shines, when the sun shines.
Rain, I don’t mind.
Shine, the weather’s fine.
I can show you that when it starts to rain,
(When the sun shines down.)
Everything’s the same.
(When the sun shines down.)
I can show you, I can show you.
Rain, I don’t mind..

…:::Rain (Lennon/McCartney):::…
 
Saya suka berbicara tentang hujan, tentang hijaunya pohon, tentang indahnya tanaman, dan teman-teman yang dibawanya.. Saya selalu suka.. Jika bertemu, jangan lupa ajak saya ngobrol tentangnya ya. ^^

Tegal, 27 Agustus '09

Indahnya Doa Setelah Tarawih (Translate)

Ya Allah...
jadikanlah kami orang yang imannya sempurna
Bisa mengerjakan yang wajib
Bisa menjaga sholat dan bisa menunaikan zakat
Bisa menuntut/ mencari kebaikan di sisi-Mu,
mengharap ampunan-Mu,
memegang teguh petunjuk-Mu,
berpaling dari penyelewengan,
zuhud (sederhana) terhadap dunia,
mencintai amal untuk bekal akhirat,
ridho terhadap kepastian (Allah),
syukur terhadap nikmat yang telah diberikan,
dan sabar terhadap segala cobaan.

Dan mudah2an di hari kiamat nanti,
kami dalam satu barisan dibawah panji junjungan Nabi Muhammad SAW
melewati telaga yang sejuk,
bisa masuk surga,
duduk diatas tahta kehormatan,
didampingi bidadari,
mengenakan pakaian kebesaran dari sutra warna warni,
menikmati makanan surga,
minum susu dan madu murni
Dalam gelas2 dan kendi2 yang tak pernah kering,
bersama mereka yang tlah Engkau beri nikmat kepadanya
dari golongan para Nabi para Shiddiqin, para syahid, para shoolihin,
mereka semua itulah teman yang sebaik-baiknya

Demikianlah kemurahan dari Allah dan mudah2an Dzat yang Maha Mengetahui memberi kecukupan. Dan segala puji bagi Allah Tuhan Semesta alam.

Lelaki dengan Jutaan Cintanya (yang parah)


 Sumber: Azzura Dayana


Ini benar-benar hal nyata tentang lelaki yang parah karena mengoleksi jutaan cinta yang salah. Teman-teman, maukah membantu sahabatku dengan idemu?
***
Seorang temanku, dengan tangis bercucuran bercerita tentang suaminya. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi menyelesaikan masalahnya. Ia juga tidak tahu lagi orang bijak mana yang bisa membantunya jika mereka mendengar masalah pelik ini.

Suaminya, seorang lelaki yang cukup terpandang di lingkungannya. Ia lulusan sekolah agama yang terkemuka dan sering mengisi berbagai kajian. Istrinya (temanku ini) memang tidak begitu cantik, dan ia merasa tidak beruntung karena memiliki suami yang secara fisik lebih menarik darinya dan sering menebar pesona kepada para perempuan. Miris bukan?

Suaminya kini sedang belajar lagi di luar negeri. Temanku tahu betul karakter dan pikiran suaminya yang tidak bisa ghaudul bashar dan sulit menjaga hatinya. Ia adalah seseorang yang tidak segan-segan menyapa perempuan, mengobrol, atau menelepon berlama-lama. Di dunia maya, suaminya menjalin hubungan ‘persahabatan’ dengan banyak perempuan, mengajak ngobrol hal-hal tidak penting dan bahkan tidak sopan dengan mereka dan menghabiskan sebagian besar waktu dalam hidupnya untuk berkenalan dan mengobrol dengan para perempuan. Suaminya berkali-kali jatuh cinta pada perempuan lain, ketahuan oleh sang istri, dan meminta maaf. Dalam waktu yang bersamaan atau berdekatan, sang suami bisa jatuh cinta kepada beberapa perempuan dan memberi perhatian pada mereka. Dan saat ini, karena merasa jauh dari sang istri yang (mungkin) tidak begitu dicintainya, saat ini ia sedang menjalin hubungan dengan seorang perempuan asing yang kaya dan menjanjikan masa depan yang lebih baik untuk laki-laki yang hanya mengandalkan beasiswa di negeri orang.

Temanku tahu, suaminya sudah banyak memakan korban. Temanku tak ingin bercerai karena kasihan pada putra tunggal mereka. Berbagai cara telah banyak dilakukannya, termasuk meminta keluarganya memarahinya. Namun suaminya seperti memiliki kepribadian ganda: kesehariannya sangat sopan, bijaksana dan terpelajar, sedangkan di dunia kabel, barulah semua manusia akan mendapati karakter aslinya yang celamitan (ini ucapan temanku itu untuk suaminya), pintar merayu dan tidak segan mengutarakan cinta, membicarakan sex dan syahwat. Temanku berkata, suaminya tidak pernah punya niat untuk berubah: ia tidak pernah mau menghapus daftar para perempuan dari kontak teleponnya, atau dari yahoo messengernya. Ia bahkan selalu menambah atau mencari nama-nama (baca: korban) baru.  Sepertinya, sehari saja tidak menyapa perempuan dan menyalurkan kegenitannya adalah siksaan baginya. Temanku berkali-kali meminta suaminya pulang saja, tetapi sang suami bersikeras atas nama pendidikannya.
***

Teman-teman, tahukah kalian cara membuat seseorang berubah, meski ia rajin mengaji dan sembahyang? Bukankah kita juga harus menjaga para wanita dari lelaki jalang seperti itu? Aku tidak bermaksud membuka aib temanku, toh kalian juga tidak tahu siapa nama temanku ini. Lagipula, ia sendiri yang memintaku menuliskan ini di blog yang terbuka untuk publik.

Ada yang bisa membantu mengingatkan lelaki berkedok itu untuk menyadari bahwa jika ia terus begitu, neraka pasti menunggunya dengan mesra, dan bahwa hidupnya adalah kerugian bagi orang lain dan kesia-siaan bagi dirinya sendiri?

Ya Tuhan, mengapa ada laki-laki seperti itu di dunia? Berkali-kali aku tercenung sedih, sulit membayangkan betapa berat beban yang dipikul temanku.

Ramadhanku, madrasahku :)

 NB: copas dari notes Alda.. ^^ TFS, Say... ^_^
Bismillah..

5 Sya’ban 1930 H, tanggal ini tertera di kalender Islamku, artinya 25 hari lagi ramadhan tiba.. masihkah Allah menyempatkan kita menikmatinya lagi dengan usia yang masih diberikan oleh-Nya?

Kawan, ternyata banyak hal terjadi di bulan Sya’ban.. yang mengindikasikan kita tidak boleh menyepelakan bulan Sya’ban sebagai bulan penyambut Ramadhan. Empat peristiwa besar terjadi di bulan sya’ban, antara lain : turunnya kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan, turunnya kewajiban berzakat, turunnya kewajiban berperang dan terjadinya perubahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah Al-Musyarafah pada bulan Sya’ban 2 H.

Maka sudah sepantasnya sejak bulan Sya’ban ini kita sengaja menempa diri dengan kebaikan-kebaikan yang akan kita rencanakan di bulan Ramadahan. Agar jika pada akhirnya Allah tidak menyempatkan kita merasakan ramadahan lagi, minimal kita berhasil memanfaatkan dan mendapatkan kemuliaan bulan Sya’ba sebagai bulan penyambut Ramadhan. :)

Tentunya bulan Sya’ban harus kita manfaatkan sebagai ladang mempersiapkan bulan Ramadhan. Ada yang tau alasannya? Yups, karena bulan Ramadhan adalah bulan seleksi umat Islam. Seleksi ibarat ujian. Sebagimana siswa/mahasiswa menyambut UTS, UAS, SNMPTN atau ujian lainnya, maka sebelum hari ujian itu datang, kita harus mempersiapkan diri sendiri agar lolos ujian tersebut.

Banyak orang-orang yang mengatasnamakan Islam dan terhitung sebagia umatnya, namun tidak mengusung cita-cita dan tujuannya. Banyak orang yang masuk Islam secara sukarela maupun memang karena sejak lahir sebagai muslim tanpa ada pilihan dari mereka sendiri. Tapi, bagaimana kita bisa membedakan orang-orang yang benar-benar Islam – dan hatinya tenang dalam keimanan- dengan orang yang berimana, hanya lewat mulut sedangkan hatinya penuh keguncangan dan keraguan?? Ya, bulan Ramdhan-lah media seleksinya.

Oleh kerena itu, sangat tidak logis jika seorang muslim yang memasuki seleksi besar dari Pencipta semesta melalui seleksi Ramdhan ini menghabiskan waktu panjangnya di depan televisi misalnya, atau menghabiskan waktu mengisi teka teki silang hingga tiba waktu berbuka.

Dan tidak pula logis jika seorang muslim menghabiskan waktu panjangnya saat Ramadhan untuk bermain kartu, dadu dan sebaginya sebagai alasan bahwa ia ingin terlupakan dari puasanya.

Ramadhan adalah ujian besar, sampai-sampai Allah melakukan ”penilaian” setiap detiknya kepada orang-orang yang berpuasa. Karena itu, masih banyak kebaikan besar yang bisa kita perbuat selain hal sesepele itu..

Kita berpuasa di bulan Ramadhan bukanlah agar kita merasakan penderitaan fakir miskin yang dalam kesehariannya susah makan. Lantas, jika kita sudah bisa merasakan penderitaan fakir miskin dengan simpati dan empati kita, akankah puasa Ramadhan menjadi hal yang tidak perlu kita lakukan? Benar, jawabannya adalah tidak. Karena pada dasarnya puasa di Bulan Ramdahan adalah perintah Allah, yang menstimulus kita untuk melaksanakannya secara totalitas tanpa memandang hikmah dibalik perintah itu. Sebab Allah mencintai hamba yang tunduk pada-Nya tanpa membantah dan menaati-Nya tanpa keraguan. Memang, terkadang Allah menampakkan hikmah di balik perintah-Nya. Namun tidak jarang Allah pun merahasiakannya. Sama seperti perintah haramnya memakan babi dan perintah wajibnya menutup aurat bagi wanita baligh.

Barangsiapa yang lolos seleksi bulan Ramadhan insyallah mereka adalah hamba-hamba Allah yang pantas diikutsertakan dalam barisan jihad. Mengapa? Karena jihad adalah suatu kesulitan besar. Dimana saat itulah mereka tidak menemukan makanan, minuman dan isteri. Orang yang terbiasa berpuasa akan lebih sanggup berjihad karena mereka terlatih untuk menindak tegas syahwat agar berada pada posisi yang benar.

Wahai orang-orang yang merasa berat dengan bulan ramadhan, bangkitlah!! Sesungguhnya kejahatan pertama yang dilakukan oleh orang-orang yang lalai dan berlebih-lebihan dalam kejelekan di bulan Ramadahan adalah merasa berat dengan kedatangan Ramadhan dan benci terhadap hari-harinya, malam-malamnya dan jam-jamnya. Karena menurut mereka, bulan Ramdahan menghalangi pemenuhan nafsu dan kenikmatan yang biasa meraka nikmati.

Wahai orang-orang yang terbiasa berpakaian tapi telanjang, sadarlah !!
Diantara pembangkang yang buruk pada bulan ini adalah para wanita pengumbar aurat dan memamerkan perhiasan mereka tanpa ada niatan utnuk bertaubat dari perbuatan dosa besar tersebut. Sungguh, janganlah menjadi utusan syaitan untuk merusak hati orang-orang yang berpuasa..

Rasanya sudah lama kita tidak meningkatkan lagi hafalan ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Rasanya sudah lama juga kita tidak meningkatkan frekuensi silturrahim kita dengan tetangga, anak yatim piatu, fakir miskin, dan saudara jauh. Rasanya sudah lama kita tidak merutinkan diri shalat jama’ah di rumah Allah. Rasanya sudah lama juga kita tidak merutinkan diri tilawah qur’an setiap usai shalat fardhlu. Rasanya sudah lama kita tidak meluapkan kasih sayang pada orang tua, mencoba berbakti dan terus berbakti pada mereka dengan akhlak yang baik, lisan yang menyenangkan dan tatapan mata yang menyejukkan. Rasanya sudah lama juga kita tidak merutinkan diri infaq, qiyamul lail dan dhuha saat kebanyakan orang menyepelekan. Rasanya sudah lama kita tidak memikirkan ikhtiar berhaji, ikhtiar menyempurnakan ½ agama dan ikhtiar menjemput rejeki dari Allah. Rasanya, rasanya, rasanya...


Kawan, ternyata banyak yang bisa kita persiapkan, banyak pula kebaikan yang bisa kita rencanakan.. Semangat menyambut Ramadhan !!

Semoga Allah memberkahi usia kita agar kita bisa bersilaturrahim dengan bulan penuh berkah, ampunan dan rahmat Allah :)

pilih mana nih? :D




baca tlsn ai ketawa sendiri. haha...

tak bonceng.. kemana-mana..
tak bonceng.. kemana-mana..
setress toh?
ngeri toh?
daripada diboncengin ai mending kamu naik angkot aja toh?
aman toh?
tenang toh?


jadi inget pengalaman naik kreta dulu, duh, mo pilih duduk ato bediri yak? secara, samping kanankiri penuh sesak, apalagi banyakan campur baur sama cowok. so? enakeun naik kreta ato bis aja? :( serba salah...

Thursday, July 2, 2009 at 7:50pm

 
kereta penuh sesak

Telaga yang kutemukan di sebening matamu

Ada bening yang terpancar
Ada ketenangan yang terlantun
Ada kesejukan yang mengalir
Lembut..
Namun menggerakkan
Sungguh, ketika kutatap wajahmu
Ada keindahan cahaya
yang takkan tergantikan
oleh percikan cahaya purnama sekalipun


Sejuk, namun menggerakkan. Itu kesan yang saya dapatkan dari orang-orang hebat di luar sana yang begitu menginspirasi saya. Ya, bagi saya, mereka tak hanya cantik atau pun tampan secara fisik, namun juga keindahan jiwa mereka terlihat dari tutur kata yang selalu santun dan tetap menimbulkan wibawa tersendiri. ^^


Tak henti-hentinya saya selalu mengagumi, betapa mereka benar-benar menerapkan keseimbangan antara dzikr, fikr, dan amal yang mengada pada setiap jejak langkah yang mereka pijak di setiap kesempatan.


Lalu, apa yang menarik, hingga tanpa kecantikan -yang menurut kita – it’s soo fisically, bo! Ya, itu cuma soal fisik. Nah, apa yang menarik hati saya hingga tanpa interaksi yang sering pun, saya merasakan kuatnya ikatan-ikatan dengan mereka dalam keseharian?


Tentu, jawabannya menurut saya adalah karena jiwa mereka yang tak henti-hentinya memancarkan cahaya ilahiyah. ^_^


Ya, kedekatan mereka dengan Tuhan, kedekatan itu mirip energi yang tak henti melahirkan kekuatan jiwa tanpa batas. Tak ada kekuatan selain-Nya. Tak ada kesempurnaan selain milik-Nya. Tak ada pula keangkuhan yang patut dipertunjukkan, bila berhadapan dengan-Nya.


Maka, saat energi ketundukan mengada dalam diri, dalam jiwa kita secara inti, kita telah menemukan bahwa kita adalah seorang hamba. Ya, tak lebih, tak kurang, hanya seorang hamba yang tak punya daya selain karena pemberian dari-Nya.


Energi ketundukan, energi tawakal dalam diri, membuat kita menjadi lebih tenang dalam menghadapi apapun, ya... Apapun di dunia ini. Ada kekuatan yang tak henti terpancar, menembus batas-batas rasionalitas. Dan membuat diri menjadi yakin, bukankah tugas kita di dunia ini ‘hanya’ berupaya mewujudkan takdir-takdir terbaik? Maka, selanjutnya, serahkan saja pada sang Pemilik Hidup.


Telaga itu kutemukan di sebening matamu, Bunda...
Telaga yang memancarkan kesejukan
Bagi jiwa-jiwa yang rapuh dan membutuhkan uluran tangan
Sungguh, pesona jiwa yang membangkitkan kekuatan


Pun kini, ijinkan aku untuk dapat selalu belajar darimu, duhai sang telaga bening... Agar aku bisa menghirup aroma surgawi dari kesantunan jiwamu.


Tulisan ini untuknya, sang telaga biruku, “She is my inspiration, and you are too... “ Aku rindu padamu, Bunda... Met Milad ya, Cinta... ^^


Allah, di pembuka malam kini... Kupinta surga untuknya, ya... untuk Bundaku tersayang, pencetak generasi Rabbani, insyaAllah... Kabulkanlah ya Rabb... ^_^


Sekaran, Kamar Cahaya. 10 Mei ’09, 19:48

~saat kurindukan kesejukan bermain dan bercerita bersamamu, Bunda.. ^^~

Jatuh cinta atau bangun cinta??Silahkan pilih! ^^

Harapan tanpa iman
Adalah kekecewaan yang menunggu waktu
Kebahagiaan tanpa barakah
Bagai bayang-bayang tanpa cahaya

Orang suci
Menjaga kesuciannya dengan pernikahan
Menjaga pernikahan dengan kesucian

Ada dua pilihan ketika bertemu cinta
Jatuh cinta dan bangun cinta
Padamu, aku memilih yang kedua
Agar cinta kita menjadi istana, tinggi menggapai surga

(Salim A Fillah)


kupinang engkau dengan hamdalah

Hot Chocolate Love

“Waktu ngelamar itu, Mama baru tahu kalau Papa itu romantis... Coba kamu lihat kertas yang Mama tempel di kaca itu...” ,perintah Mama sambil menunjuk ke arah kaca yang dimaksud.

Mana mungkin aku menolak kedatanganmu, sementara namamu telah datang sebelum aku menarik nafas pertamaku...

Hah, romantis??? Enggak ah, biasa aja tuh Ma...” sshutku setelah membaca kalimat itu.
“Baca lagi deh...!!!”kata Mama. Dan setelah kubaca berkali-kali, aku tetap menganggap kata-kata itu sebagai kata-kata yang sangat biasa.

Mana mungkin aku menolak kedatanganmu

“Itu adalah ungkapan kalau sebenernya Papa jatuh cinta sama Mama. Papa yang rohis itu, mana mungkin mau pakai kata-kata vulgar seperti ‘cinta’,’sayang’,’kekasihk
u’…”jelas Mama kepadaku.

Yah, masuk akal juga. Papa sengaja menulis kata-kata yang menurutnya vulgar itu ke dalam kata-kata yang jauh lebih sederhana, tapi jauh lebih dalam dan membekas.

Sementara namamu telah datang sebelum aku menarik nafas pertamaku..

“Dan kata-kata yang ini Dee… Bisa bikin Mama nangis terharu lho waktu pertama kali ngebacanya!”
“Emang artinya apaan Ma?”
“Itu artinya, Mama emang diciptakan Allah dari sebuah tulang rusuk Papa kamu Dee…”, jawab Mama sambil tersenyum penuh arti padaku.
“Kamu ngerti maksud Mama kan?Masa Pimred Microsoft nggak tau sih? Kalau nggak tau artinya, mending nggak usah jadi pimred aja deh…” sambung Mama.
Aku berpikir keras. Teramat keras.

Sementara namamu telah datang… Ah, ini gampang…Bisa diartikan juga: Sementara Dyera Alamanda telah datang…

Sebelum aku menarik nafas pertamaku… Menarik nafas pertama… Ah, kapankah manusia dikatakan menarik nafas pertamanya? Apakah sejak manusia itu bisa menghitung? Ataukah sejak manusia itu menyadari bahwa dia hidup dari tarikan nafasnya? Apakah itu yang disebut sebagai nafas pertama? Ah, tentu tidak adil kalau begitu perhitungannya. Tentu akan sanga subjektif jadinya…

Dan kalau itu yang disebut sebagai nafas pertama, bisa saja orang mati saat menarik nafas pertamanya, karena dia baru menyadari bahwa ia hidup dari tarikan saat malaikat maut telah mencekik lehernya dan menutup semua lubang yang memungkinkan udara bisa masuk ke dalam tubuhnya…

Lantas, kapankah manusia dikatakan menarik nafas pertamanya??? Kupikir, manusia itu menarik nafas pertamanya ketika ia baru terlahir di dunia… Atau bisa juga ketika Allah telah meniupkan ruh ke dalam jasad berumur empat bulan yang masih meringkuk di dalam perut bunda… Yah, nafas pertama adalah ketika Allah meniupkan kehidupan ke dalam rahim bunda…Yah, ketemu!!! Dan itulah nafas yang pertama kali dihembuskan manusia…

Sebelum aku menarik nafas pertamaku = Sebelum ditiupkannya ruh kepadaku.. Pasti itu artinya… Aku yakin!!! Yah, aku telah menemukan artinya…!!! Dan benar kata Mama. Dalam. Kata-kata Papa itu bermakna sangat dalam… Ah, Papa… Romantisme yang dibungkus dalam kata sederhana namun menimbulkan kesan begitu dalam dan tidak vulgar. Sama sekali tidak gombal…!!!

Mana mungkin aku menolak kedatanganmu, sementara namamu telah datang sebelum aku menarik nafas pertamaku…

Mana mungkin Ahmad menolak kedatangan Allysa, sementara nama Allysa telah dicatat dalam lauhul mahfudz sebelum ditiupkannya ruh pada jasad Ahmad…

Mana mungkin Affandy menolak kedatangan Dyera, sementara nama Dyera telah ditulis dalam kitab kehidupan Affandy sebelum ditiupkannya ruh ke dalam tubuh Affandy…

(Hot Chocolate Love, Annisa ‘Win’ Salsabila, Penerbit Puspaswara, Hlm 93-95)