Review Revolvere Project – Kau yang Mengutuhkan Aku
Masalah
selalu terjadi di setiap tempat, tak ada salahnya kalau kita membuka diri,
melihat bagaimana orang dari seberang sana keluar dari benang kusut hidupnya.
Cara paling mudah adalah melalui film. Inilah yang sengaja ditampilkan Fahd,
dkk lewat Revolvere Project.
Warna,
tradisi, budaya, dan angle yang sangat variatif membuat film mampu membawa
kekayaan ide itu ke terkonsep di layar. Tentang turun naik hubungan dengan
seorang wanita pastilah menjadi ide yang dahsyat jika dikemas dengan indah.
Balutan nuansa kekaguman membuat saya menuntaskan video revolvere Project ini dan mengulangnya kembali
berkali-kali untuk menyerap ide dahsyat yang berisi sebuah pesan kebaikan.
Video
Revolvere Project ini berformat : fiksi-musik-visual. Para penonton diajak berkisah
mengenai diri mereka sendiri, menciptakan AHA moment saat menikmati karya ini. Mengajak
para penonton untuk sejenak berkaca dan mengatakan “Iya, saya juga mengalami
hal ini.” Alur, setting, karakter, dan tokoh yang sederhana justru membuat
penonton tidak bosan untuk menatap sisi dalam karyanya. Ada Aha moment yang
akan menciptakan kejutan-kejutan di dalamnya. Yang mengajak pikiran dan
perasaan penonton pada pikiran dan
perasaan tertentu.
I’am
a really fascinated by words. Kata-kata indah dan berima membuat hati saya serasa
menemukan irama teratur. Meresonansi hati saya untuk berdetak lebih kencang.
Klise, tapi begitulah faktanya. Video ini punya “nyawa”.
Saya
tahu Fahd, dkk membuat lirik dan notasi, otomatis mereka juga memanjatkan doa
bahwa karya ini akan sampai ke pembaca. Ide-ide perubahan yang membuat penonton
diajak untuk bisa menelaah lagi tentang masalah dalam kehidupan. Sajak yang
dibuat Fahd selalu membuat sajak tersebut berpremis positif. Terutama di video
ini, Fahd menggabungkan antara konsep lagu, film, dan sajak. Karya ini adalah
persembahan jiwa Fahd, dkk pada anda,
penontonnya. Revolvere Project punya ekspektasi dan doa agar video ini selalu
bermakna saat ditonton.
Karya
terkonsep dan mengedukasi namun tidak disampaikan secara frontal seperti yang
dipaparkan di video ini, membuat saya langsung jatuh cinta pada karya Fahd,
dkk. Karya yang baik adalah karya yang mengedukasi dengan hal simple sehingga lebih mudah
ditangkap, dicerna, dan akhirnya menancap di benak orang. Karena menurut saya, hanya karya yang
bernilai edukasi, apapun itu, baik tulisan, lagu, maupun film pendek yang mampu
menyentuh dan diterima khalayak.
Video
ini bercerita tentang dua anak manusia yang saling jatuh cinta dan menahan diri
untuk tidak melakukan hal yang merendahkan cinta yang mereka jalin. Ada
pergulatan batin antara dua tokoh utama. Pergulatan batin yang membuat klimaks
cerita menjadi lebih indah, karena terjadi dialog dengan penekanan karakter
tokoh. Dialog yang terjadi antara karakter yang satud engan yang lain terjadi
secara alamiah. Sehingga tidak ada dorongan keinginan untuk member tahu sifat
salah satu karakter.
Untuk
meningkatkan kemampuan visualisasi, Fahd, dkk mampu menggantikan kata-kata
menjadi gambar. Menulis script video adalah seni kesedikitan kata dalam
menulis. Tidak seperti novel yang semuanya serba dijelaskan dengan kata-kata,
menulis script kata-katanya sangat sedikit dan tidak lengkap. Kesan lengkap
didapat dari bentuk visual yang dapat ditangkap mata dan tidak dengan melihat. Di
sinilah penulis script video ini harus memindahkan kata-kata ke dalam bentuk
visual. Tujuannya untuk menunjukkan, bukan membicarakan. Maka tujuan penulis adalah memilih bagian
mana atau gambar mana yang paling efektif untuk menceritakan seluruh scenario atau
cerita.
Setiap gambar akan menjadi kanvas dan gambar yang penulis pilih akan mengganti semua perasaan dari sebuah adegan, bahkan bisa mengganti mood-nya.
Ada
gambar yang menggambarkan emosi tokoh dalam videonya. Dialog menggambarkan
perasaan emosional, dialog juga menimbulkan konflik di antara karakter.
Seperti
yang ditulis di script :
“Ada dua jenis kerinduan,” katamu suatu hari, “Kerinduan pertama tersebab kita pernah merasakan sesuatu dan kita menginginkannya kembali. Kerinduan kedua tersebab kita tak pernah mengalaminya dan benar-benar ingin merasakannya, setia menunggu dalam penantian yang lugu.
“Aku memilih yang kedua,” kataku.
“Aku juga,” katamu. Tersenyum.
Di dialog ini terjadi pergulatan batin antara kedua tokohnya. Masing-masing menimbang keputusan untuk tetap bersama menahan perasaan yang menderu atau kalah oleh nafsu.
Ciuman pertama kita, selalu
urung kita rayakan. Bukan tidak bisa, tapi tidak saja. Meski sebenarnya ingin,
aku harus bertahan. Kamu bukan hakku, dan aku tak mau kehilangan debar itu:
rasa rindu yang tak habis-habis menghadirkan bayangmu di malam-malam
insomniaku.
Tak
ada ciuman, tak ada pelukan. Kedua tokoh merasakan kekaguman dalam diri mereka,
bahwa penantian itu pada akhirnya membawa cinta yang lugu kepada tafsir-tafsir
cinta yang tidak dinodai oleh nafsu. Sedikit memang yang bisa meneguhkan hati,
apalagi di jaman sekarang. Tapi, ah ya. Tuhan lah yang akan menjaganya dalam
doa-doa yang mengalun di setiap sujud. Seperti di dialog script ini:
"Yang penting bukan itu.
Apa artinya kita berdua, bermesraan, tapi tak pernah saling mendoakan?"
Saat
saya membaca teks ini, saya gemetar. Mungkin ini yang dinamakan aha moment oleh
Fahd. Moment di mana kita akan merasakan menjadi tokohnya. Mendapatkan pencerahan
dari dialog-dialognya yan sederhana tapi mengena di hati.
Kamu tersenyum. Mengangguk perlahan. “Aku mencintaimu,” katamu.
“Aku juga. Kau yang mengutuhkan aku.”
Kamu tersenyum. Mengangguk perlahan. “Aku mencintaimu,” katamu.
“Aku juga. Kau yang mengutuhkan aku.”
Sampai
di akhir video saya dibuat tersenyum dan mengamini lagu yang mengalun lembut.
Bertahanlah,
sebentar lagi
sampai kau ikat diriku...
Sebentar
lagi, tidak lama lagi. Bagi sebuah penantian yang lugu, segala hal beraroma
penantian berarti menabung rasa rindu menjadi curahan perasaan yang akan
dipanen suatu saat nanti. Sampai tiba waktu dia yang mengutuhkan aku akan
menggenapi hari-hari. :) Ah ya, over all. Saya suka karya Fahd, dkk. Semoga
karya berikutnya akan selalu menginspirasi. :D
Artikel ini dikutsertakan dalam Lomba Review Revolvere Project yang diadakan oleh Fahd Djibran
Transcript Kau Yang Mengutuhkan Aku
Transcript Kau Yang Mengutuhkan Aku
Tegal, 040712, 23:23