Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Jumat, 14 Oktober 2016

Mencicipi Cemilan di Restoran Hotel Dafam Pekalongan

Sabtu pagi pekan lalu, saya sedang dalam perjalanan menuju Pekalongan. Di kereta api Kaligung, banyak penumpang yang menghabiskan waktu untuk tidur karena perjalanan masih jauh. Tapi saya tidak. Alih-alih tertidur di kereta api, saya malah bolak-balik melihat ke jendela. Apa sudah mendekati kota Pekalongan? Stasiun mana selanjutnya?

Setelah kereta api kaligung yang berangkat pukul 5 pagi dari Tegal ke Pekalongan melewati Stasiun Pemalang, ada petugas pengecek tiket yang menuju kursi yang saya duduki. Saya baru ingat kalau hanya boarding pas yang dibutuhkan. Jadi ktp saya masukkan kembali ke saku jaket. Selepas pemeriksaan tiket itu, saya tak kembali menemukan bahan obrolan dengan teman sebangku. Maklum, hanya satu jam perjalanan, jadi saya lebih memilih membuka komik conan. Saat kereta akhirnya berhenti di stasiun, aroma petualangan dimulai. Di sini saya sendirian, kangen juga jalan-jalan bareng adek. Haha. Walau dia bawel, walau dia perhitungan soal budget. Tapi seru rasanya kalau pergi sama dia. Ada temen hunting foto. :p

Akhirnya saya pun menawar pada tukang becak untuk mengantar saya ke Hotel Dafam.
“Ke Dafam ya, pak? Berapa ongkosnya?” To the point begitu karena saya nggak punya tujuan lain selain ke Hotel Dafam. Lagipula hujan sudah turun sejak pagi, gerimis hinggap di tas dan jaket saya. Buru-buru saya menghubungi teman di grup PBN dan mba Ayu menyaut obrolan saya. Bilang bahwa saya hanya tinggal menuju ke Hotel Dafam dan naik ke lantai 7. Tapi saya baru sadar kalau perut saya keroncongan. Haha. Belum makan. Saya tanya, di mana tempatnya. Mba Ayu minta saya masuk ke restoran hotel aja. Dan di sanalah saya bertemu dengan mba Ika dan mba Ayu. Sungguh surprise dan pangling.

Btw, di sana saya bingung mau makan atau nggak. Mba Ayu becanda, “Apa punya Ila dibungkusin aja ya?” Saya ngebayanginnya nasi hotel dibungkus atau dipincuk. Wkwk. Seriusan, kebayangnya begitu. Eh ternyata bukan. Maksudnya mau bungkusin cemilan yang disediakan oleh hotel di restonya. Tapi karena saya udah ada di sana jadi mba Ika bilang, makan aja dulu. Tinggal nanti setelah makan naik ke lantai 7. Eh, jadi ini nggak kena charge makan ni, mba? :p

A photo posted by Ila Rizky (@ilarizky) on


Jadilah saya makan nasi goreng dengan lauk yang dipilih sendiri dan mencicipi cemilan pastry, puding dan roti khas Hotel Dafam Pekalongan. Rasanya? Jangan ditanya, enak banget. Buat orang yang kelaparan mah apa aja enak. xD Saya nggak biasa telat sarapan, inget dulu punya sakit maag tapi udah lama nggak kambuh. Dan kambuh baru beberapa hari sebelum saya ke Pekalongan. Rasanya begah dan mual tiap kali mau memasukkan makanan. Belum lagi anyang-anyangan. Ternyata pas dicek di dokter memang saya kena maag lagi. Ya nasib deh. Jadi mulai nyadar kalau saya emang nggak bisa jauh-jauh dari sarapan pukul 6 pagi. 

Overall, cemilan dan nasi gorengnya enak, jus jeruknya juga. Thanks buat mba Ika, mba Ayu, dan pihak Hotel Dafam Pekalongan yang menyediakan menu sarapan. Jadi pengin main ke Pekalongan lagi, hehe. :D

4 komentar:

  1. aku juga kalau naik kereta jarang tdur lebih suka liat pemandangan dibalik jendela :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mba Ria. Seru liat pemandangan sawah pagi hari lewat jendela, adem :D

      Hapus
  2. Perjalanan sby-pwt kadang aku gak tidur blas, gara2 bawa bayi, pas mau tidur Aisyah gak bobo, pas Aisyah bobo mendadak mata seger dan gak bisa tidur, hihi. Tapi memang kadang perjalanan bikin susah tidur

    BalasHapus
  3. mantaff mbaa, ituu makananyaa...hheh jadi gagal fokuss nihh

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)