Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Kamis, 13 Desember 2012

Menikahimu atau menikahi keluargamu?

Bismillah...

Tanggal 8 desember kemarin, waktu salah seorang sepupuku nikah, ada pertanyaan aneh yang tiba-tiba terlintas di kepala. Mungkin karena aku kurang akrab dengan sepupuku yang ini, jadi pas dia nikahan ya aku cuma dateng bantu-bantu aja. 

Sempet keinget ada obrolan gini; "Itu anak kamu yang kemarin sakit ya, mas?" 
Si pengantin laki-laki nanya ke si kakaknya sepupu yang nikah. Trus dijawab blablabla. 

Aku melihatnya sih, si pengantin laki-lakinya bahkan ga akrab dan belum kenal dekat dengan keluarga kakak iparnya. Kenalannya aja cukup singkat, lebaran kemarin sempat ke rumah calonnya untuk nanya tanggal nikah, dan langsung nikah desember ini. Bahkan si ibunya masnya itu belum pernah dateng ke rumah sepupuku. 

Jadi terbersit pertanyaan, "Apa memang harus ya kenalan dulu dengan calon keluarga baru termasuk sama pakdhe, om, budhe, dll? Atau langsung nikah aja gpp asal udah deket sama orang tua calon?" 

Aku nanya kayak gini karena duluuu banget, 2 tahun lalu waktu deket sama seseorang, aku dikenalkan dulu sama adeknya, ga taunya adeknya lebih condong sama mantannya si mas-ku itu. Ga jadilah akhirnya. Satu tahun kemudian juga sama, kenalan lagi dengan orang lain, hasilnya sama. Si adeknya mas itu lebih condong sama temen deket si mas di kantor, dan akhirnya milih dia sebagai calon ipar. Kadang tertegun aja dengan kejadian begitu. Ga jadi berjodoh cuma karena sodaranya calon ga suka. Glek. Nyesek pake banget. Apa memang harus kenal dekat dulu baru bisa jadi besan? Rasanya enggak. Kalo gitu nikahnya bisa lama kali ya. Ah, entahlah. Bahkan menyatukan dua hati aja belum tentu bisa sreg, apalagi harus menyatukan dua keluarga dengan 2 latar belakang yang berbeda? Apalagi kalo beda budaya. Ini ga mudah. 

Jadi, sebenernya lebih penting mana? Menikahimu atau menikahi keluargamu? 
Toh nyatanya sodaraku bisa tanpa harus dekat dulu dengan calon kakak iparnya. Jadi? Itu sih pilihan aja. 


Minggu, 09 Desember 2012

Hijab and Beauty Class Hijab Friends Tegal

Bismillah...

Tadi pagi jam 8 pagi sampai jam 2 siang ada acara Hijab and Beauty Class Hijab Friends Tegal di  Riez Palace Hotel Tegal, tempatnya di jalan gajah mada, yang mau ke arah pasific mall. 

Asli deh, aku paling susah kalo harus pas make up mata karena berurusan sama kantung mata. Karena emang sering begadang, apalagi biasanya orang yang pake kacamata ada kerut-kerutan terlihat di bawah mata. Jadilah tadi siang susah banget buat ngurusi mata. wkwk. Yo wis, akhirnya sebisanya aja. Ini fotonya pasca pulang, udah ga pake eyeshadow karena buru-buru dibersihin dan pake modelnya yang standar aja. Haha. Model yang lain ribet sih. :P 

Yang aku suka, shawl jilbabnya, headband dan bros warnanya bisa matching. Thank you, mba amel dan panitia atas kerja kerasnya buat acara ini. :D 

Btw, pas pertama dateng, karena aku kira kursinya udah penuh, aku maju ke meja depan. Ga taunya meja tamu undangan. Heuheu. Sempet ngobrol bentar sama tamu undangan itu; mba evi dan ibunya, yang ternyata sodaranya yang punya hotel sebelum akhirnya pindah ke meja lain karena di meja undangan ga ada peralatan make up. Hehe. Duh, sempet duduk bareng, semoga kaya, cantik dan sholehahnya bisa nular ke aku yaa, Bu. Hihi. Aamiin :D 







Sabtu, 08 Desember 2012

Skenario yang terbaik


‎Skenario yang terbaik

Engkau tahu, duhai tetes air hujan, kering sudah air mata, tidur tak nyenyak, makan tak enak, tersenyum penuh sandiwara, tapi biarlah Tuhan menyaksikan semuanya. 

Engkau tahu, duhai gemerisik angin,kalau boleh, ingin kutitipkan banyak hal padamu, sampaikan padanya sepotong kata, tapi itu tak bisa kulakukan, biarlah Tuhan melihat semuanya. 

Engkau tahu, duhai tokek di kejauhan,setiap kali kau berseru 'tokekk', aku ingin sekali menghitung, satu untuk iya, satu untuk tidak, lantas berharap kau berbunyi sekali lagi agar jawabannya 'iya', dan berharap kau berhenti jika memang sudah 'iya', tapi itu tak bisa kulakukan, biarlah Tuhan mendengar semuanya. 

Engkau tahu, duhai retakan dinding,sungguh aku tak tahu lagi berapa dalam retaknya hati ini, besok lusa, mudah saja memperbaiki retakanmu dinding, tinggal ambil semen dan pasir, tapi hatiku, entah bagaimana merekatkannya kembali, tapi biarlah Tuhan menyaksikan semuanya. 

Wahai orang-orang yang merindu, maka malam ini, akan kusampaikan sebuah kabar gembira dari sebuah nasehat bijak. Kalian tahu, buku-buku cinta yang indah, film-film roman yang mengharukan, puisi-puisi perasaan yang mengharu biru, itu semua ditulis oleh penulisnya. Maka, biarlah, biarlah kisah perasaan kalian yang spesial, ditulis langsung oleh Tuhan. Percayakan pada yang terbaik. 

--Tere Liye