Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Jumat, 25 Agustus 2017

Tradisi Beras Jimpitan

Beberapa bulan terakhir ini keluarga saya pakai beras merk chanchan yang dibandrol dengan harga di kisaran 150 rb an per 25 kg. Bapak yang  biasanya beli di pasar atau toko kelontong langganan namanya toko Sahabat. Karena sudah langganan lama jadi nggak masalah kalau pas beli banyak kadang dikasih harga diskon. :D

Beras ini tergolong bagus, meski bukan seperti beras pandanwangi yang wangi banget saat dimasak. Pertimbangannya karena dulu sudah pernah ganti beras, tapi bukan beras organik ya. :D Hanya beras biasa, tapi nggak cocok. Ada yang warnanya cepat kuning, ada yang aromanya kurang sedap dan bulirannya kurang pulen. Jadi ganti deh.

Bicara beras organik dan non organik, saya jadi ingat kasus beras maknyus. Beras ini dicari di mana-mana jadi susah nemuinnya. Padahal biasanya gampang dicari. Saya iseng liat deretan beras-beras bermerk pas lihat di Jogja Mall Tegal dan Hypermart Tegal. Ya, ternyata emang udah langka. Apa beras maknyus masuk dalam kategori beras organik? Entahlah, sepertinya tidak. Beras organik jauh lebih mahal di pasaran.

Beras (doc : www.cnn.com)

Dulu waktu masih ngekos, saya membeli beras per 5 kg. Untuk dimasak bareng teman. Jadi hemat listrik dan beras juga. Tapi kalau nggak sempat masak, saya cari warung dengan lauk pauknya sekaligus. Alhamdulillah, harga makanannya masih terbilang murah dan varian menunya pun beragam. Satu porsi dihargai 3-5 rb.

Bicara beras, saya jadi ingat ada kejadian unik dulu. Ada tradisi beras jimpitan yang berasal dari kata jumputan. Istilah beras jimpitan yang artinya mengumpulkan beras sedikit demi sedikit yang diambil per rumah. Jadi, siapa yang kebagian ambil beras jimpitan, maka ia akan berkeliling rumah satu RT per minggu atau per bulan ya? *lupa* takaran beras yang diberikan adalah 1 gelas belimbing. Boleh jenis beras apa saja, baik yang beras jatah bulog maupun beras mahal. Jadi beras jimpitan yang diminta ditaruh di plastik kresek. 

Nah, habis itu kalau sudah diambil, berasnya dikumpulkan dan ditimbang. Hasil timbangannya itulah yang akan dijual dengan harga sesuai kesepakatan. Misal 1 kg harga beras hasil jimpitan 10 rb. Ntar uang hasil penjualan berasnya dikasihkan ke kas RT untuk menambah uang kas. Warga RT yang bertugas bisa dapat beras harga murah, dan RT dapat pemasukan. Ya, cara sederhana untuk berbagi pada orang lain yang satu lingkungan dengan kita.

Minusnya apa ya. Karena berasnya campuran dari berbagai macam jenis beras, kadang ada beras yang berkutu. Hiyyy! Ada juga beras yang banyak batu kecilnya dan ada gabahnya. lya, warna-warni bermasyarakat gitu deh. Hehe

Sekarang sepertinya tradisi mengambil beras jimpitan sudah diganti dengan iuran per keluarga. Sama-sama iuran sih, tapi dalam bentuk lain. Hehe. Jadi saya nggak pernah lihat lagi ada orang yang berkeliling mintain beras jimpitan tiap akhir pekan. Padahal dulu kegiatan ambil beras jimpitan dijadikan sarana untuk mengenal warga RT nya. Biar saling kenal, minimal ngerti nama atau wajahnya. Hehe

Nah, kalau di rumahmu apa masih ada tradisi ambil beras jimpitan? 
Share dong kesannya di kolom komentar. 
See you next post~

kode voucher sociolla.com : SBNLAYNA


2 komentar:

  1. Tempatku masih, dong. Seminggu sekali dan satu cup, gitu. :D

    BalasHapus
  2. kayak programnya pak dedy yg di purwakarta ,saperelkan ya

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)

Komunitas