Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Jumat, 21 Februari 2014

Jatuh Cinta pada Karya FLP

Tanggal 12 Januari 2005, untuk pertama kalinya saya membaca karya Asma Nadia. Sebuah titik balik yang membuat saya jatuh cinta pada novel karya penulis dalam negeri. Sebelumnya saya hanya tahu penulis luar negeri dari brosur yang dikirimkan oleh sebuah penerbit besar di Jakarta, selama itu pula saya sering membaca buku Harry Potter. Baru kali itu saya membaca karya Asma Nadia berjudul Derai Sunyi. Dan ternyata, karyanya tak kalah bagus dengan penulis-penulis luar negeri. 

Saya terkesima ketika membaca di bagian belakang buku berlabelkan Mizan dan Forum Lingkar Pena. Apa itu Forum Lingkar Pena? Saya tak tahu, sebagai seorang anak yang tumbuh dalam sebuah kota kecil, Tegal, saya awam dengan forum ini. Satu-satunya yang membuat saya membeli buku dari para penulis FLP saat itu adalah karena harganya yang cocok untuk anak SMA. Maklum, selama SMA saya membeli buku dengan menyisihkan uang jajan. Sejak itu, saya membaca buku karya penulis FLP yang lainnya, seperti Balada Cinta si Kembar - Nurul F Huda, BATAS : Revolusi 181 - Syamsya Hawa. Lalu akhirnya mencari beberapa judul lainnya. 

Tahun 2005 menurut saya masa-masa keemasan para penulis FLP. Karena ketika itu pula saya membaca buku mba Leyla Hana - Daffa love Inka. Saya pikir, forum semacam FLP hebat sekali mampu membuat para penulisnya produktif menulis. Ternyata saat kuliah di tahun 2005, di kampus pun saya dikenalkan dengan FLP. Sayangnya, saya hanya beberapa kali mengikuti pelatihannya tapi tak pernah sepenuhnya masuk menjadi anggota, pun sertifikatnya masih tertinggal sama Mbak Ugi. Pernah ikutan nulis lomba cerpennya juga yang level kampus, tapi belum tembus juga. Sekarang malah saya dengar, kakak tingkat saya yang satu fakultas kini menjadi pengurus FLP Tegal, Mba Ery. 

beberapa buku anak FLP
Dari Derai Sunyi, saya melihat para penulis FLP seperti mbak Asma Nadia menyisipkan pesan dakwah dengan lebih banyak membidik sisi sosial dari sebuah fenomena kehidupan. Derai sunyi membuat saya tahu bahwa ada tokoh pembantu rumah tangga yang memperjuangkan jilbab.  Bahkan dari novel ini pula saya penasaran dengan event sastra internasional bernama MASTERA. 

Selebihnya, saya lebih sering mengamati FLP dari luar. Btw, saya pernah mencari info beasiswa luar negeri dan ternyata, dua panduan yang saya butuhkan ditulis oleh para penulis dari FLP pula. Judulnya : Kuliah gratis ke luar negeri, Mau? Kalo mau baca resensinya, bisa cek di sini

Btw, besok FLP milad. Happy Milad buat FLP yang ke-17. ^^ Barakallah. Semoga FLP makin berkembang menjadi wadah para calon penulis dari seluruh Indonesia ya. Ditunggu gebrakannya agar lebih dikenal lagi di penjuru negeri. :)

diikutkan dalam giveaway sehari dalam rangka milad FLP blog Nunu el Fasa

9 komentar:

  1. udah lama ya Mbak kenal FLP
    duluuuuu masih suka baca teenlit2 gitu, jadi belum tahu karya-karyanya FLP
    Baru kenalan kira2 tahun 2011 :))

    BalasHapus
  2. Tengkyu mbak ila partisipasinya....

    BalasHapus
  3. selamat ultah juga buat FLP semoga terus menghasilkan karya besar

    BalasHapus
  4. waaah... ternyata Ila sudah tau banyak ttg FLP ya... :)
    sukses ya ngontesnya

    BalasHapus
  5. Huwaaaaa... Daffa loves Inka disebut jugaaa.... Ya dulu masa keemasan FLP ya, La, semoga bisa bangkit lagi :D Sukses utk GA-nya, La.

    BalasHapus
  6. kenal FLP itu pas aktif baca annida hehe

    BalasHapus
  7. Saya malah sempat aktif ikut kegiatan FLP yg di Bandung, Mbak. Sayang, smp sekarang blm byk berkarya :(. Wah, ada GA ini... Yahh, ketinggalan info deh :(

    BalasHapus
  8. Asma Nadia jg favoritku Ila..terima kasih sudah berkunjung ke blog lama ku ya

    BalasHapus
  9. Ila pasti udah kenal lama dengan FLP ya

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)

Komunitas