Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Selasa, 27 September 2011

Bagiku, itu berarti: Segalanya!

Bagiku, itu berarti: Segalanya!

(copas dari blog ku dulu yang udah dihapus, :D  http://nazhara.multiply.com/) 

Di sebuah film kartun jepang, Eyeshield 21.

Seorang manager tim American Football sebuah sekolah SMU, menghadap kapten tim di sebuah ruangan sore itu, lalu percakapan pun terjadi.

Manager tim itu bertanya, “Apakah ada yang lebih penting dari sebuah kemenangan?”.

Manager tim itu merasa pesimis dengan kemenangan tim, mengingat betapa beratnya  pertandingan kali ini harus dijalani,sedangkan  tim inti masih mengalami kurang strategi di sana-sini.

Sang kapten dengan tenang dan tegas  menjawab dengan lantang. “Mengapa harus menang, katamu? Karena, jika kita kalah, permainan akan berakhir, begitu juga bagi pemain  itu sendiri.”

Dan sang manager pun langsung tertegun mendengar kalimat yang singkat  namun mengena itu.

Eyeshield 21

###

Di sebuah film Hollywood, Kingdom Of Heaven.

Peperangan besar usai berkecamuk antara kamu Salibis  dengan pasukan  muslim, di sebuah peperangan menaklukkan kembali kota yerussalem. Perang yang dalam sejarah disebut perang Salib, merupakan perang yang besar, telah usai dengan kekalahan di pihak kaum Salibis.

Saat itulah, perundingan damai harus dilakukan. Sebuah konsekuensi atas sebuah penaklukan, maka sang pemimpin kaum salibis harus menyerahkan kota  Yerussalem kepada yang berhak, yaitu pasukan Muslim yang saat itu dipimpin oleh Salahuddin Al Ayyubi.

Sang pemimpin  kaum salibis, seorang panglima perang menghadap Salahuddin Al Ayyubi, dan menyerahkan  Yerussalem yang mereka sebut sebagai kerajaan Surga kepada kaum muslim. Mereka  benar-benar  merasa kalah, dan mengakui bahwa kaum muslim lebih besar jumlahnya dan kuat daripada  yang mereka duga.

Lalu, sebuah  percakapan lain terjadi, saat sang panglima tadi bertanya, “Apa manfaat Yerussalem bagimu?”

Dengan tenang, Salahuddin berkata, “Tak ada.”

Lalu, ia membalikkan tubuhnya, meninggalkan sang panglima yang masih tertegun memandangi Salahuddin  dengan tak percaya.

Salahuddin yang sudah berjalan dua langkah, segera berbalik dan mengucapkan  sebuah kalimat pamungkas.

“Tapi, segalanya.”, sambil tersenyum.

### 

Jleb! Bagai disengat beribu-ribu  decak kagum, itulah yang saya rasakan. Duduk di depan televisi sambil mengulang kata-kata yang kudengar di dua film tadi.

Mungkin, bagi kita. Yang sering tanpa sadar sering melupakan arti sebuah pemaknaan. Ya, budaya  yang tanpa kita sadari sering kita abaikan.

Kata-kata muncul dari pikiran
Pikiran muncul dari realita, dan
Realita menjadi kehidupan

Perbedaan utama antara 
orang kaya dan orang miskin
Ada  pada kata-kata yang mereka gunakan
Jika kamu ingin mengubah
realita  eksternal seseorang,
Kamu perlu terlebih dulu mengubah
realitas internal orang itu.

Itu dilakukan pertama-tama melalui
usaha mengubah,
Memperbaiki
atau memperbaharui
Kata-kata yang ia gunakan.

Jika kamu ingin mengubah hidup orang,
pertama-tama ubahlah kata-kata mereka.
Dan untungnya, kata-kata itu gratis.

RichDad-Robert T Kiyosaki

Lihat, hayati, dan maknai kalimat di penggalan adegan film tsb, lalu rasakan energy dari kalimat itu. Maknai! Ya, maknai kalimat tsb, lalu jadikan itu sebagai energy  baru yang menyelusup ke dalam jiwa. Smangat!

Kamar  Cahaya, 23 Februari 2009
~be Survivor, be Winner!~

Book Your Blog

Book Your Blog

Kamu ngaku blogger?
sering update di blog?
punya tulisan yang menginspirasi
punya impian untuk menerbitkan buku?

inilah saatnya...
Khusus buat yang punya blog "kamu banget"

ayo ikutin event BOOK YOUR BLOG

kalo menang tulisan kalian bakal diterbitin jadi buku... kapan lagiiii


Caranya mudah banget!

  1. Tulis tentang event ini beserta logo event di blogmu dengan bahasamu sendiri, diberi tag #bookyourblog
  2. Kirimkan alamat blog kamu ke eventleutika@hotmail.com
  3. Tulis sinopsis blog kamu dalam 250 kata Ms Word. Sertakan nama, nama pena, TTL, alamat, no handphone, alamat e-mail, akun FB, akun twitter. Kemudian attach file ke dalam e-mail.
  4.  Tulis “Book Your Blog” di judul e-mail.
Blog seperti apa yang bisa menang?
  1. Inspiratif, berisi cerita-cerita yang dapat menjadi inspirasi bagi orang lain.
  2. Tidak mengandung SARA dan pornografi.
  3. Berkarakter, konsisten berisi materi-materi yang terkonsep dan orisinil.
Apa Hadiahnya?
Dipilih 3 blog terbaik untuk mendapatkan:
  1. Tulisan-tulisan di blog kamu akan diterbitkan GRATIS dalam bentuk buku oleh Leutika Prio
  2. Royalti 15% dari harga produksi
  3. Paket buku dari Leutika Publisher
Bagi yang belum terpilih tetap mendapatkan diskon paket penerbitan sebesar 20%.

Deadline : 30 September 2011
Web: http://leutikaprio.com/
Twitter: @leutikaprio
Fanpage Fb: http://www.facebook.com/leutikaprio

Book Your Blog (klik disini untuk info selengkapnya)

Senin, 26 September 2011

Membuat Outline, Perlukah?

Membuat Outline, Perlukah?

by Hasfa Publisher on Saturday, April 16, 2011 at 5:08pm
Membuat Outline, Perlukah?

“Ada orang bilang bahwa membuat outline itu perlu untuk mempersiapkan sebuah artikel. Ada pula yang mengatakan tidak perlu repot-repot membuatnya. Dia bahkan menganjurkanku untuk langsung saja menulis. Bagaimana ini?”


Persoalan perlu tidaknya sebuah outline dalam mengawali sebuah artikel masih tetap menjadi bahan diskusi di kalangan penulis hingga saat ini. Terdapat dua pendapat yang berbeda, antara yang mengatakan perlu dan yang mengatakan tidak, dengan alasan masing-masing. Mari kita adakan kesepakatan sementara dulu bahwa outline itu perlu sehingga ada gunanya uraian berikut ini: bagaimana menyusun outline dan apa manfaatnya. Setelah itu, baru kita masuki diskusi perlu tidaknya outline pada bagian akhir artikel singkat ini.

Outline atau kerangka karangan adalah serangkaian ide/gagasan utama yang disusun secara runut sebagai bentuk rancangan awal sebuah tulisan/artikel. Karena merupakan bentuk awal atau kerangka dari sebuah tulisan, outline terdiri atas ide-ide utama yang akan dikembangkan. Ibarat sebuah pohon, ide-ide utama itu adalah batang, dahan, dan rantingnya. Dari situlah akan muncul daun-daun pengembangan sehingga lengkap menjadi sebuah ‘pohon’ artikel.

Lantas, bagaimana cara mudah membuat outline sebuah artikel? Kerangka karangan itu terwujud dari penggalian dan pengendapan ide dari berbagai sumber ditambah dengan kemampuan berpikir penulisnya. Berdasarkan pengalaman penulis, langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam menyusun sebuah outline adalah sebagai berikut:

1. Tentukan tema apa yang akan Anda tulis.
2. Undang kehadiran ide dengan membuka pikiran Anda terhadap semua ide yang datang. Jangan pernah membatasi diri dengan aliran ide dari kecerdasan semesta.
3. Segera tulis ide-ide tersebut ke atas kertas, sekenanya. Jangan dikritisi. Biarkan ide-ide itu hadir dan mengalir begitu saja. Tugas Anda hanya menuliskannya.
4. Setelah cukup banyak ide yang berhasil Anda petik, periksalah cacatan Anda tadi. Amati dan seleksilah ide-ide itu satu demi satu. Yang relevan dengan tema yang Anda kehendaki, pakailah. Sebaliknya, kalau tidak berkaitan atau amat sedikit kaitannya, coret saja.
5. Susunlah sederetan ide yang Anda pilih itu secara sistematis. Mungkin dari yang umum ke yang khusus atau disusun secara kronologis. Perhatikan betul sistematisasi ide yang Anda susun itu. Pastikan tidak ada gagasan yang melompat-lompat. Buatlah susunan ide itu mengalir, kompak, dan sealur dari ide pertama, kedua, ketiga, dan selanjutnya sampai gagasan yang terakhir.
6. Kembangkan setiap ide utama dengan kalimat-kalimat penjelas/pelengkap. Satu ide utama bisa dikembangkan menjadi satu paragraf. Kalau Anda mempunyai 10 ide utama, maka minimal Anda sudah mendapatkan 10 paragraf. Ini sudah cukup untuk sebuah artikel.

Mari kita pergunakan salah satu artikel saya yang berjudul Mendorong Anak Gemar Membaca yang pernah dimuat di sebuah koran. Judul ini sekaligus sebagai tema artikel. Secara sederhana, kerangka karangan artikel itu demikian:
  • Ada keluhan para orang tua bahwa anak mereka malas membaca sehingga perlu dicarikan solusinya.
  • Mendorong anak gemar membaca dengan cara:
- Menciptakan suasana belajar di rumah
- Memberikan hadiah/oleh-oleh berupa buku atau majalah
- Mengajak berkunjung ke toko buku dan perpustakaan
- Mengajak anak belajar merawat buku
- Sesekali meminta anak menceritakan isi buku
- Berlatih mengarang yang sederhana
- Menjadi teladan yang baik bagi anak
  • Menciptakan suasana dan fasilitas yang mendukung dan yang terpenting menjadi teladan, tidak bisa hanya dengan perintah.
Setelah kerangka karangan tersebut penulis kembangkan sampai tuntas, jadilah sebuah artikel dengan 9 paragraf. Cukup untuk sebuah tulisan pendek, 3 halaman, 1,5 spasi, ukuran kertas A4. Begitu sederhana, bukan?

Nah, setelah kita berbicara sekilas tentang teknik penyusunannya, sekarang mari kita kembali ke pertanyaan awal: perlu tidak sih outline itu? Bagi sebagian orang, outline tersebut perlu dibuat untuk membantu mereka pada saat menyusun sebuah tulisan yang lengkap. Bagi sebagian lain, outline itu sama sekali tidak perlu dibuat untuk sebuah artikel 2 - 4 halaman. Yang mana yang benar? Jawabannya: kedua-duanya benar. 

Outline umumnya sangat dibutuhkan terutama untuk karangan yang panjang. Alasannya, sulit bagi penulis untuk memetakan ide-ide utama secara sistematis sebelum menuangkannya ke dalam kerangka karangan secara tertulis atau kasat mata. Bagi para calon penulis atau penulis pemula, saya anjurkan untuk membuat outline terlebih dahulu sebelum menulis artikel. Hal ini penting agar artikel yang dibuat tidak melenceng ke mana-mana. Bagi penulis yang sudah berpengalaman, outline itu acapkali tidak dibuat secara tertulis tetapi ‘disusun’ secara ‘tidak tertulis’ di otak. Maksudnya? Ya, outline itu sudah ada di dalam pikiran sang penulis kendati dia tidak secara nyata menuangkan ke atas kertas. Dia langsung saja menulis lengkap artikel dari A sampai Z.

Saya terkadang membuat corat-coret di blocknote terlebih dahulu sebelum menulis artikel. Tetapi, acapkali juga tidak. Kalau tema tulisan sudah ada dalam pikiran, langsung saja saya ketik sampai selesai sehingga tercipta sebuah artikel yang utuh.

Nah, Anda bebas memilih cara mana yang cocok. Entah Anda membuat outline atau tidak, yang penting Anda dapat menghasilkan artikel yang sistematis, cukup pengembangannya, dan menarik.

(I Love Writing oleh I Ketut Suweca, edukasi.kompasiana.com)

Sumber ; disini