Pages

Kamis, 14 April 2022

Kolaborasi PentaHelix Untuk Menghapuskan Stigma dan Diskriminasi Kusta

 

Kolaborasi PentaHelix Untuk Menghapuskan Stigma dan Diskriminasi Kusta 


Siaran Ruang Publik KBR memperingati tatngal 7 April 2022 sebagai Hari Kesehatan Sedunia dengan mengusung tema acara yaitu “Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Kusta”. 


Pernyataan ini sekaligus menjadi momentum yang baik untuk mengingatkan semua pihak tentang pentingnya meletakkan kesehatan sebagai prioritas dari semua aspek kehidupan.

 

Saat ini, penyakit kusta masih menjadi isu yang luput dari perhatian masyarakat. Kita seringkali terlupa bahwa penyakit kusta masih ada di sekitar kita. Saat ini, Indonesia tetap menempati urutan ketiga sebagai penyumbang kasus kusta baru dengan 17.000 kasus per tahun. Banyak juga ya? 




 

Banyak masalah yang dihadapi pasien kusta, baik masalah fisik, psikologis, mental, hubungan sosial yang renggang dengan keluarga hingga masyarakat di sekitarnya. Permasalahan kesehatan adalah tanggung jawab bersama. Upaya mengedukasi masyarakat serta memutus mata rantai penularan kusta perlu dilakukan secara komprehensif di masyarakat.

 

Saat ini, kita perlu melakukan kolaborasi pentahelix yang melibatkan lintas sektor baik akademisi, pemerintah, pelaku bisnis, hingga komunitas dan media. Lalu seperti apa kolaborasi pentahelix untuk mengatasi kusta yang perlu dilakukan?

 

Nah, Siaran Ruang Publik KBR akan membahas hal ini. Kamu bisa menyimak di 100 radio jaringan kabar di seluruh Indonesia dari Aceh hingga Papua dan di Jakarta lewat 104,2 MS Tri FM. Di event ini, kita akan berbincang-bincang bersama Dokter Flora Ramona Sigit Prakoeswa dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia atau PERDOSKI, dan Wisnu Saputra, Ketua Bidang Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia PWI Kab. Bandung

 

Memaknai Pentingnya Hari Kesehatan Sedunia

 

Hari Kesehatan Sedunia adalah sesuatu yang penting untuk kita. Bukan selebrasi saja, tetapi untuk diperingati dan maknai secara mendalam bahwa kesehatan itu sebetulnya menyeluruh. Jadi tidak hanya kesehatan fisik yang kasat mata saja, tapi juga kesehatan mental (mental health) dan kesehatan sosial.

 

Misalnya : seseorang yang terkena sakit kusta itu pasti detik pertama kita sudah tau dia kelihatan cacatnya. Tampak mata dan wajahnya yang berbeda, alisnya rontok, mukanya benjol-benjol, tangan kakinya ada luka-luka yang tidak disadari, dan bertambah banyak. Cacatnya itu termasuk cacat fisik yang sekali lihat itu akan memperlihatkan stempel kusta. Pasien penyakit kusta akan terstigma dan dipandang negatif. Padahal, sebetulnya penyakit kusta adalah penyakit infeksi yang paling tidak menular.


Berita tentang penyakit kusta

Nah, kusta paling tidak menular lho. Kenapa hal itu bisa terjadi?

 

Penyakit kusta butuh waktu lama untuk menularkan pada orang lain, dengan melalui kontak intens erat. Hal ini hanya bisa terjadi jika kita berdekatan pasien tersebut. Kontak intens dan lama dengan seseorang yang belum diobati. Namun, jika pasien kusta sudah diobati, maka penyakit itu tidak menular.

 

Banyak pasien penyakit kusta yang mengalami kendala dalam masyarakat, misalnya : dikeluarkan dari pekerjaan, bahkan kadang juga dijauhi dari pasangan dan keluarganya. Hal ini akan berdampak dan mempengaruhi mental health dan menyebabkan depresi. Jika ia tidak bisa bangkit, maka ia akan malu datang ke dokter untuk berobat.

 

Hal ini juga akan berdampak pada kesehatan sosial. Kenapa?

 

Saat pasien kusta pendapatannya turun dan tak punya pekerjaan, maka gizi makanan juga akan menurun. Hal ini akan membuat kondisi kesehatannya bertambah menurun terus, karena dia terdiskriminasi dan terkena kesehatan mental.

 

Jika seorang penderita penyakit kusta malas ke dokter, maka ia akan bertambah cacat dan nggak sembuh-sembuh. Dia juga bisa menulari orang di sekitarnya. Itulah sebabnya jika kita ingin memperingati Hari Kesehatan Sedunia, ada empat aspek yang perlu diperhatikan yaitu: kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan sosial dan kesehatan spiritual.

 

Cara Sosialisasi Penyakit Kusta Di Masyarakat

 

Ada cara utuk sosialisasi tentang penyakit kusta agar tidak mengucilkan penderitanya yaitu dengan melibatkan pemuka agama dan Lurah. Selain itu, jika ada tim peneliti yang ingin ikut, perlu juga untuk ngobrol dan berkomunikasi, baik melalui diskusi maupun silaturahmi dengan lurah, RT, RW dan Ketua Dasawisma itu.

 

Para peneliti, tim tenaga kesehatan dan tim dokter perlu mengangkat isu kesehatan penderita penyakit kusta pada masyarakat. Seorang penderita penyakit kusta akan menjadi penyandang disabilitas karena penyakit kusta ini menjadikan penderitanya cacat.

 

Seorang jurnalis perlu menjadi perantara untuk mengedukasi masyarakat dan menyampaikan sosialisasi yang pesannya lebih komprehensif. Hal ini  akan memberi dampak positif dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

 

Peran jurnalis sebagai pemberi edukasi ke masyarakat dengan bahan tulisan, video atau audiovisual juga itu harus menggunakan rasa. Jadi, tidak gegabah dan tidak sembarangan agar tak terjadi salah paham saat ingin mengedukasi namun justru malah jadi bumerang. Akhirnya masyarakat tidak lagi aware pada penyandang disabilitas akibat penyakit kusta.

 

Strategi pemberantasan stigma dan diskriminasi itu dengan cara konseling informasi dan edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemahamannya terhadap stigma penyakit kusta.

 

Nah, hal ini tentu dapat dilakukan melalui berbagai media yang dianggap cocok dan banyak digunakan kayak disini oleh target sasaran yang akan menerima edukasi, misal melalui tulisan, video youtube, iklan layanan masyarakat, podcast, maupun siaran radio dan televisi. Di Indonesia, ada daerah yang masuk kategori endemis penyakit kusta, yaitu kantong endemis di Indonesia Timur dan di Jawa Timur.

 

Program Suryamas Jelita (Jadi sehat untuk berkarya Mandiri bersama kelompok jelang eliminasi kusta) melakukan pendekatan struktur yaitu sosialisasi Rebo Kusta upaya pembentukan personal pembentukan kelompok perawatan diri dan upaya memberdayakan kelompok, dan evaluasi yang paling penting.

 

Pemerintah dan tenaga kesehatan perlu melakukan rencana untuk memberantas penyakit kusta, namun perlu juga untuk mengerjakan aksinya. Selain itu, harus ada juga controlling dan evaluasi di akhir. Jadi jika ingin berhasil sosialisasi dan penata laksanaannya secara holistik memang harus melibatkan pemerintah, tokoh media sosial, tokoh masyarakat supaya berhasil. Makanya untuk itu, kita butuh kolaborasi pentahelix.

 

Apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi stigma penyakit kusta?

 

Semua komponen dari Penta-Helix yaitu masyarakat atau komunitas berperan aktif dalam eliminasi kusta dan pencegahan stigmatisasi serta diskriminasi jadi yang bisa dilakukan agar tahu bahwa kusta itu adalah penyakit menular yang paling gak penular.  Dengan cara tidak melakukan stigma atau cap jelek lewat ucapan negatif atau tindakan membeda-bedakan terhadap pasien kusta. 

Kita perlu berkolaborasi antara pelaku bisnis, media massa, komunitas, dan negara. Demi Indonesia bebas kusta dan bersatu bagi pasien kusta yang ada di Indonesia


Jadi kenapa Kusta dibilang penyakit infeksi atau penyakit menular yang paling tidak menular?

 

Karena penyakit kusta sendiri itu bisa menular jika terjadi kontak erat yang lama sampai 40 tahun bahkan bisa dikatakan mulai dari 40 hari-40 tahun. Tetapi rata-rata kurang lebih 10 tahun dengan pasien kusta yang belum diobati.

Orang lain baru bisa tertular penyakit kusta sekitar kurang lebih 5-10 tahun. Bila kita kontak berat sentuhan unit atau misalnya pasien kustanya bersin. Lalu, kita terkena percikkan bersin secara intensif selama kurang lebih 5-10 tahun.

Saat ini kita berada di zaman pandemi di mana saat kita pergi pakai masker. Jadi kemungkinan besar terkena percikan ludah atau droplet itu sangat kecil, karena butuh kontak berat dengan skin to skin dengan seseorang penderita kusta. Butuh waktu 5-10 tahun  kontak yang lama dan erat bertahun-tahun lamanya.

Kita jangan melakukan stigmatisasi dan diskriminasi karena cacat yang diderita penderita peyakit kusta juga bukan keinginannya. Jika pasien kusta berobat, maka ia nanti akan sembuh. Jadi jangan khawatir ketularan karena pasien sudah tidak menular setelah berobat dengan tuntas.

Jika ada pasien kusta telah berobat hingga sembuh, setelah mendapatkan kesembuhan bisa beraktivitas seperti biasa. Misalnya jika akan ibadah ke gereja, sholat di masjid, maupun berdoa ke wihara, jangan sampai stigma negatif tetap melekat pada pasien kusta, karena hal ini akan membuat mentalnya jatuh kembali sehingga bisa membuatnya putus asa dan kehilangan semangat hidup.

Dari inner circle kita seperti keluarga dan teman dekat sebaiknya membantu agar beban penderita kusta berkurang dengan menolongnya dan memberi support system agar cepat sembuh dan mau berobat.

Biasanya, pasien penyakit kusta akan terlihat dari bentuk badannya yang sedikit berubah, bahkan terkadang menjadi disabilitas karena penyakit tersebut. 

Peyakit kusta memang masih menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat. Bahkan ada pengemis yang menderita penyakit kusta dan orang yang melihat langsung memberi uang dengan cara melemparkannya, tanpa memandang dengan santun orang tersebut. Padahal, kita bisa memberikan uang dengan baik-baik. Tanpa perlu melemparnya di jalan.

Untuk tahu ciri penyakit kusta, kita bisa langsung menanyakan pada dokter atau tenaga profesional. Kita tinggal pergi ke Puskesmas untuk menanyakannya. 

Terkadang, ada informasi keliru tentang kusta yang mengatakan bahwa kusta cepat menular padahal ini adalah penyakit menular yang paling tidak menular dan penderita kusta itu bisa disembuhkan secara total.

Permasalahan kusta ini butuh kolaborasi kita semua baik dari wartawan media dari dokter dan apapun latar belakang profesimu,  kita bisa jadi bagian untuk memutus mata rantai penularan kusta di masyarakat.

 

Mengenal Jenis Penyakit Kusta

 

Apakah penyakit kusta bisa disembuhkan? Bisa. Jika terus berobat selama rentang waktu yang diperlukan.

 

Penyakit kusta itu ada dua jenis yaitu

1.      Pausibasiler dengan imunitas pasien masih bagus

2.      Multibasiler dimana penyakitnya sudah banyak menjalar,  jadi butuh waktu enam bulan. Multibasiler 2 tahun jadi butuh waktu 6-9 bulan. Biasanya pausibasiler yang respon imunnya masih baik, kemudian yang multibasiler itu butuh waktu sekitar 2-3 tahun.

 

Cara Mendapatkan Obat Kusta di Puskesmas

 

Obat kusta bisa diperoleh gratis melalui puskesmas. Asal pasien telaten berobat dan rutin hingga sembuh, maka angka kesembuhan ini meningkat. 


Jika pasien sudah dinyatakan sudah selesai masa pengobatannya itu, nanti tetap dipantau sih tetap dipantau oleh petugas-petugas kesehatan yang berwenang.

 

Jika ibunya itu sakit kusta, apakah nanti anaknya juga bisa sakit kusta?

 

Nah, hampir tidak ada penelitian yang menyatakan bahwa kusta bisa menular pada saat kehamilan. Entah melalui plasenta dan lain sebagainya.

 

Seseorang itu terkena kusta tergantung tiga hal :

  1. karakteristik kuman atau aspek mikrobiologis,
  2. aspek imunologis atau daya tahan tubuh dari yang sakit
  3. aspek lingkungan yang kurang bersih

 

Saat ini, kita masih sangat sulit untuk memutuskan mata rantai penyebaran penyakit kusta itu. Penderita kusta perlu menaikkan daya tahan tubuh agar bagus. Jadi, konsumsi makanan bergizi tinggi dalam jumlah yang memadai juga perlu.

Selain itu, makanan dengan kualitas yang baik, dan tidak ada pantang makanan, misalnya makanan yang amis atau berprotein tinggi. Bagi penderita kusta, tak perlu menghindari makanan berprotein tinggi, karena protein justru dibutuhkan agar daya tahan tubuh bagus dan tak gampang kena kusta.

Kita perlu meningkatkan personal hygienenya yang bagus dan bisa menjaga kebersihan diri agar tidak mudah kena kusta. Misal: mandi dua kali sehari, rutin keramas rambut, bajunya dicuci, dijemur, mengatur ventilasi udara, cahaya matahari, dan lantai rumah juga jangan lantai tanah ya.

Selain itu, selama kita memiliki daya tahan tubuh yang baik, faktor lingkungan yang baik, pakaian bersih, dan konsumsi makanan sehat, serta menjaga kebersihan pribadi  dan menjaga kebersihan lingkungan, Insyaallah tak ada masalah.

Makanan yang baik itu adalah yang tidak pantang. Jika sudah kena sakit kusta, penderita seringkali terkena mentalnya lebih dulu, sehingga enggan berobat ke puskesmas dan rumah sakit. Pasien perlu memperbaiki kualitas dan kuantitas makanan, selain itu juga memperhatikan gizi seimbang.  

 

Kolaborasi Jurnalis dan Tim Medis untuk Memberikan Informasi Valid Tentang Penyakit Kusta

 

Sejak dulu, kita tahu penyakit kusta ada di Indonesia tapi sampai sekarang masih belum tuntas juga. Kusta terjadi karena berbagai penyebab dan akibatnya juga. 


Jadi jangan hanya berputar di aspek medis/ kesehatan saja, karena sejatinya aspek aspek antropologis dan sosial yang terdapat dalam status kesehatan komunitas itu ternyata tetap berpengaruh. 


Yaa... jadi memang harus dilakukan kolaboras secara holistik ya. Kita perlu menerapkan kebijakan pemerintah terhadap lingkungan sekitarnya.

 

Bagaimana cara yang tepat untuk mensosialisasikan soal kusta ini di tempat-tempat yang masih minim informasi?

Gimana caranya supaya kita sebagai masyarakat awam bisa mengedukasi lingkungan sekitar tentang kusta tanpa kesan memaksa?

Berapa lama terapi untuk kesembuhan penderita kusta?

 

Saat ini, informasi tentang isu penyakit kusta kadang hanya didapat dari mulut ke mulut, dari kisah orang lain tanpa mengecek kebenaran informasi. 


Bacalah informasi dari jurnal-jurnal ilmiah di bidang kedokteran atau di media massa mainstream yang memang sudah terverifikasi dewan pers agar info yang disuguhkan benar dan akurat.


Saat sosialisasi ke masyarakat, kita juga perlu memberikan informasi yang tepat agar tidak terjadi misinformasi yang fatal. Bandingkan informasi  yang didapat dan pikirkan ulang. Seorang jurnalis harus menerapkan praktik jurnalistik presisi yang berbasis data untuk menjadi referensi bacaan masyarakat. Tidak asal mengambil informasi dari berta yang tidak kredibel.


Saat kita membaca informasi penyakit kusta di website portal-portal berita, kita harus bisa memilah mana portal berita yang sudah terverifikasi dewan pers karena beritanya lebih akurat.


Berita-berita di artikel yang termasuk dalam journalisme kekinian dikhawatirkan menggunakan sumber data yang tidak jelas. Hal ini akan berdampak pada kesalahpahaman saat memberikan bahan edukasi kesehatan ke masyarakat.


Kolaborasi Tenaga Kesehatan, Dokter dan Pemerintah Untuk Menangani Penyakit Kusta

 

Penyakit kusta merupakan kompetensi dari dokter umum 4A artinya dokter umum itu berhak untuk menerapi pasien kusta secara holistik mulai dari pencegahan, sampai penatalaksanaannya secara tuntas. Oleh sebab itu dokter umum perlu berkolaborasi dengan dokter spesialis penyakit kulit agar dapat mengobati penyakit kusta ini.


Stigmatisasi dan diskriminasi bisa menyebabkan kondisi penderita penyakit kusta itu memburuk. Jadi gimana kita bisa memutus mata rantai penularan kusta, kalau kita masih belum support penderita agar sembuh?


Ya karena stigmatisasi dan diskriminasi sangat menyulitkan penderita untuk sembuh. Kita perlu bantuan keluarga, teman dekat dan tenaga kesehatan agar dapat mengatasi penyakit kusta itu.


Coba lihat di Eropa deh. Eropa itu sudah lama sekali tidak ada penyakit kusta. Penyakit itu tereliminasi karena pengobatannya dilakukan secara holistik. 


Di Eropa, pemerintah berkolaborasi dengan aparat dan ahli lingkungan untuk berusaha meningkatkan taraf hidup masyarakat. 


Para ahli gizi mengedukasi tentang nutrisi, sedangkan para ahli lingkungan menjelaskan masyarakat harus memiliki kesadaran kebersihan dan lingkungan yang baik. Selain itu, masyarakat juga melakukan vaksinasi imunisasi BCG, dll.


Jangan lama-lama sedih jika sakit kusta, karena perlu ada support sistem dari keluarga Insyaallah. Untuk penyakit kusta dengan tipe posisi basiler pengobatannya selama 6-9 bulan, dan tipe multibasiler selama 24-36 bulan. Jadi kena mental sebentar nggak papa, tapi harus segera bangkit lagi. 


Masalah kusta adalah tanggung jawab kita bersama dan kita perlu berkolaborasi untuk mengatasinya.


Nah, semoga artikel ini bermanfaat ya. Salam sehat! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)