Pages

Rabu, 20 Maret 2019

How to be a Good and an Usefull Student

“ HOW TO BE A GOOD AND AN USEFULL STUDENT ”

Pemateri : Tirta Meyrizka Lubis
_____________________________________________

Definisi
👉 Baik ( Good )
Elok ; patut ; teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dan sebagainya)

-------------------------
Pernah mendengar kalimat yang menyebutkan,

“Hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini”?

Tentu pernah. Nah, lalu bagaimana agar hari kita senantiasa lebih baik hari ke
hari? Otomatis kita memperbaiki diri kita terlebih dahulu.

“Lho, berarti kita buruk dong kok diperbaiki?”



Manusia memang makluk yang sempurna, namun ingat tidak ada manusia yang
sempurna. Manusia itu tempatnya salah tempatnya buruk. Kalau kita sadar kita
adalah tempatnya salah, apa yang harus kita lakukan? Berdiam diri ? Meratapi
kesalahan dan keburukan kita? Tidak!

“Kita harus berubah, kita harus terus memperbaiki diri. Setiap waktu, setiap
hari terus upgrade diri, segala yang buruk, dibenahi. Supaya kita menjadi manusia yang seutuhnya. Manusia yang menjalankan tugas dengan baik
sebagai pemimpin di muka bumi ini.”


  1. Berguna ( Usefull )


Berfaedah; bermanfaat; mendatangkan kebaikan (keuntungan).
-------------------------
Setiap makluk memiliki tujuan mengapa ia diciptakan. Pun manusia. Tuhan memiliki kehendak, mengapa kita diciptakan.

Kita membawa misi sahabat. Apa misi itu?

Kita adalah makluk terbaik yang diciptakan untuk mengajak pada kebaikan dan mencegah pada keburukan. Salah satunya adalah menjadi manusia yang 
berguna.”

BAGAIMANA CARA UNTUK MEWUJUDKANNYA ? 


1. Niat yang baik dan kuat 


Sahabat harus mengatur, “ Mengapa sahabat ingin menjadi manusia yang baik
dan berguna ? ”

Kalau saya sendiri ingin mengaplikasikan misi kebaikan dari Tuhan.
Perjalanan manusia itu panjang. Mulai dari alam rahim sampai nanti syurga dan
neraka. Kita diberi waktu hidup di dunia. Dan itu hanya sebentar. Namun,
sebentar ini yang akan menentukan bagaimana kita nantinya di alam selanjutnya.

Dunia ini adalah tempatnya menanam. Jangan berharap panen, biar itu menjadi urusan Tuhan. Niatkan segalanya untuk kebaikan. Untuk mencari cinta Tuhan. Kalau Tuhan sudah cinta pd kita, insya Allah semuanya akan mudah. Tautkan hati sahabat pada kasihNya. Hidup akan damai dan tidak was-was karena urusan dunia yang fana ini.”

Kuatkan pula niat tersebut, karena yakinlah niat itu akan melemah seiring
berjalannya waktu. Dengan cara terus membersihkan niat, jangan sampai
sedikit pun hati kita ada kotoran.

Contoh :

Semisal berbuat baik karena ingin dipuji, ingin terkenal, ingin mendapatkan kasih sayang makluk. Sungguh! Semua itu tidak ada gunanya.

Jangan berharap pada makhluk sahabat, apalagi manusia. Ingat kalimat seorang
sahabat Nabi ini, “Saya pernah merasakan seluruh penderitaan, dan penderitaan
yang paling menyakitkan adalah berharap pada manusia”.

Kalau hidup kita isinya untuk mendapat penilaian dari manusia, berat! Sungguh berat! Karena manusia itu makluk lemah yang penilaiannya hanya sebatas indranya. Cukup dinilai Tuhan, biar Tuhan yang bekerja menggerakkan hati manusia.

2. Memiliki Strategi 


Jika niat sudah baik dan kuat, berikutnya adalah atur strategi.

Bagaimana caranya saya menjadi baik dan berguna ?


  • Bergaullah dengan lingkungan yang baik 

Tidak bisa kita pungkiri, lingkungan menjadi ujung tombak kita yang
sekarang.

Jika kamu berkawan dengan penjual minyak wangi, kamu pun ketularan bau wanginya. Jika berkawan dengan pandai besi, kamupun tertular baik kurang sedapnya.”

Untuk strategi pertama ini, carilah terus sahabat-sahabat baik yang selalu ingatkan kamu dalam kebaikan. Mengajakmu untuk terus bermanfaat.

Tidak sulit untuk ini, sahabat bisa mencari di lingkungan Unit Kegiatan Mahasiswa bagi yang sudah menjadi mahasiswa. Bisa bergabung di komunitas yang sesuai bakat dan minat. Ikut seminar, ikut kajian, ikut acara apapun yang berpotensi sahabat bertemu dengan orang baik.

Setelah bertemu, pesan saya, “Genggam erat!”. Maksud genggam erat di sini bukan selalu menggenggam tangannya. Namun, terus jaga pertemanan, persahabatan, dan kekeluargaan dengan beliau-beliau.Sayangi mereka, kasihi mereka, dan cintai mereka.

Karena “Engkau akan disatukan nanti di akhirat bersama orang-orang yang engkau cintai.”

Saya juga memohon kepada sahabat, jika kelak sahabat tidak menemui saya di surga Allah, tolong sampaikan pada Allah jika saya pernah mengajak sahabat dalam berbuat kebaikan. Pun sebaliknya.


  • Cari terus peluang berbuat baik dan berguna



Untuk memenuhi strategi ini, sahabat perlu memiliki komitmen kuat untuk terus berusaha, di manapun dan kapanpun berada, sahabat harus membawa manfaat. Jika belum mampu, minimal jangan membawa kesedihan.

Menebar kebermanfaatan sudah saya jadikan gaya hidup dan kebutuhan
primer. Setiap malam selalu ada evaluasi, “Hari ini saya sudah berbuat baik
belum ya?, seberapa banyak dan berarti? Apakah nanti bisa menjadi sebab musabab saya masuk syurga? Allah ridha tidak ya ?”

Jadi, ambisi kita itu bukan ambisi keduniaan, terlalu rendah kata pendahulu pendahulu kita jika dunia yang kita kejar.

“ Dunia ini tempatnya kita terus bergerak, berlelah-lelah, sampai kita tidak sadar jika kita lelah. Kejar akhirat maka duniapun engkau dapat.”

Contoh :

- Bisa membangun sekolah gratis di beberapa daerah di Indonesia.


Apa yang dibutuhkan? Uang. Pasti. Bagaimana mendapatkan uang itu? Bekerja! Bagaimana bisa bekerja? Belajar!.

Jadi, kita tujuan belajar kita itu untuk jangka panjang yaitu di sini untuk membangun sekolah gratis.

Jangan belajar tujuannya jangka pendek itu mendapat nilai baik, dan sudah berhenti disitu. Cari terus peluang berbuat baik dan berguna. Tidak kenal waktu tidak kenal tempat.

- Hal simpel adalah sahabat menerapkan 3S (Senyum, Sapa, dan Salam)


Setiap saya berjumpa dengan orang siapapun itu, saya berkeyakinan, “Saya pasti mampu mendapat pembelajaran darinya”.

Misal, anak kecil. Mereka jatuh saat bermain, menangis sebentar, lalu bangkit dan bermain kembali. Apa pembelajaran yang saya dapat?

Kegagalan itu pasti, jatuh itu pasti, tapi bangkit adalah pilihan. Mau terus menikmati kegagalan atau segera bangkit untuk mengevaluasi? Iya. Itu pilihan kita.
Jadi, jangan utamakan “sombongmu” ketika dimanapun. Hilangkan. Tidak akan masuk syurga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan.

Bagaimana wujud kesombongan paling kecil itu?

Menganggap diri kita lebih baik dari orang lain. Ya seperti itu, tidak mau belajar dan mengambil hikmah dari orang yang “kelihatannya” di bawah kita.

Hei ingat. Yang membedakan diri kita dengan orang lain adalah kadar taqwa dan kedekatan kita pada Rabb bukan jabatan kita, bukan tahta kita, bukan kekayaan kita, bukan darimana asal kampus kita, bukan siapa orang tuamu. Mari merendahkan diri kita, terus cari pembelajaran dari siapapun, dimanapun, dan kapanpun.

Cari terus peluang berbuat baik. Jadikan kebaikan dan kebermanfaatan itu kebutuhan hidup, bukan tuntutan hidup. Jalani semua dengan semaksimal mungkin.

Jangan berbuat baik ala kadarnya, tapi MAKSIMALKAN. Bantu sampai kita benar-benar tidak bisa membantu. Terus tawarkan, jajakan keberadaanmu itu membawa manfaat. Tak perlu balasan bahkan ucapan terima kasih sekalipun. Beri terus beri terus beri terus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)