Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Minggu, 04 Desember 2011

Keydo Kinang ~ Dua Kuncup Rindu yang Menyatu

Bismillah...

Hari ini mendapat kabar kalau Bunda Tatty Elmir (penulis novel Keydo) sudah mulai membaik, setidaknya bunda bisa berjalan-jalan untuk mengirup udara di luar kamar rumah sakit setelah sempat dirawat karena sakit thypus sejak akhir bulan lalu = dapet kabarna dari Gia,adek FIM-ers di undip.

Alhamdulillah ya... semoga bunda segera sembuh. aamiin :)

Tak henti2nya rasa syukur karena bisa dipertemukan dengan bunda hebat ini. 

Satu yang sering membuat aku tertegun, bunda tak hanya menyuguhkan kisah romance ala keydo dan kinang, tapi banyak sekali filosofi tentang hidup dan cinta. Dan aku melihatnya sendiri saat beliau bersitatap dengan Pak Elmir. suami kesayangan bunda (ya iyalah. hehe... kan suami sendiri, suami satu2nya. wkwkwk.. :p) 

Saat itu Pak elmir menyanyikan lagu adinda di acara bedah buku Keydo. dengan memetik gitar langsung dan menyanyikannya di hadapan teman2 FIM-ers. Wuuiiihh, serasa auranya satu ruangan itu berubah jadi merah jambu. hihiii... Ada rasa malu2 yang istimewa, ada romantisme yang tak lekang oleh waktu. Jujur, aku iri, Bunda. Sangat-sangat iri... :D

Di usia yang mulai beranjak senja, bunda masih bisa menggenggam tangan pasangannya dan bertatapan layaknya pasangan yang baru menikah. Unik, karena menurutku pasangan yang sejati adalah pasangan seumur hidup. Pasangan yang bisa kita ajak ngobrol seumur hidup. dan berbagi segala hal. :P saat segalanya tak lagi berwarna merah jambu, disana ada rasa sayang yang mengekalkan hati dan mengekalkan diri. Serupa dua kuncup rindu yang menyatu, kinang dan keydo adalah penjelmaan dari tokoh bunda dan pak elmir ~menurutku gitu ya,hehehehe.... :D
Coba lihatlah di halaman 267. Disana dijelaskan bagaimana prinsip Kinang yang rela berjibaku demi mendapatkan hati Keydo. 

"Mutiara berkelas hanya akan diraih jika kita mengusahakannya dengan totalitas," begitu petikan dalam novel yang menggambarkan bahwa untuk mencapai sang pujaan hati memang dibutuhkan usaha yang tidak sedikit. 

Pemaparan di dalamnya akan memperkuat perjuangan para pria yang sedang memperjuangkan diri untuk calon wanitanya dan membuat pria yang telah jatuh-bangun untuk wanita yang telah ia dapat untuk bersyukur. 

"Beratnya perjuangan akan setara pula nantinya dengan besarnya komitmen" demikian paragraf motivatif itu ditutup. 

Bunda juga memberi bocoran mantra sakti di halaman 321. 

"Kinang tahu persis, wanita adalah makhluk yang mudah terpengaruh dengan ekspresi verbal, mudah terpesona dengan kata-kata, dan akan selalu terkenang dengan kalimat indah. Karena itu wanita mudah dirayu". 

Ya ya, now we see. :D

Aku senyum2 ga jelas saat pak elmir mengatakan ini 
"Jangan kau tinggalkan ketika kekasih menutup pintu. Sebab dia berdiri di sebalik sana, menunggumu mengetuk lagi." Kata pak elmir, kalo blm dtolak 21 x, tetep aja maju trooss. Perempuan kan ingin dperjuangkan. Hihi... ;D

Aku jadi teringat seorang teman yang aq jadi comblangnya, ahaha... aneh bener yah. dia tuh orangnya ngototan, seorang temanku awalnya ragu, tapi begitu dia mengutarakan dengan sungguh2 berbekal keyakinan, akhirnya penantian itu berujung, juli nanti dia nikah hehe... :D

Hai Mr. NoMention....aku tahu kamu membaca tulisan ini. kalau kamu memang ngefans dengan novel keydo, baiknya dibaca pelan2... :p Agar kamu tahu bahwa kisah kinang mendapatkan cinta keydo adalah sebuah perjalanan bernama pengorbanan. sangat menyentuh, dan membuat takjub. karena aku juga tau, menikahi seseorang artinya menikahi takdir kematiannya juga. dan bunda tatty elmir layak mendapatkan bintang 5 untuk novel karyanya Keydo karena mampu menggambarkan dengan sempurna di novel ini. 

Bacalah, dan kamu akan tahu kenapa aku bertanya lagi padamu lewat sahabatku yang juga mengenalmu. ;)

041211, 19:11

Penulis Skenario atau Penulis Buku


  • Penulis Skenario atau Penulis Buku

    Mbak Ari, bukankah menjadi penulis skenario itu lebih cepat kaya daripada menjadi penulis buku. Kenapa Mbak Ari seperti lebih memilih menulis buku daripada menulis skenario?

    Wah, ini jawabannya panjang lebar. Tidak bisa saya jawab: suka-suka saya dong :)

    Sebenarnya itu pilihan. Penulis skenario dalam hitungan kasar terlihat lebih menjanjikan. Untuk penulis profesional 1 episode skenario durasi 1 jam dibayar 5-20 juta. Tinggal mengalikan kalau 10 episode berapa, 100 episode sudah punya apa. Realitanya tidak hanya hitungan uang yang harus dipertimbangan. Menulis skenario sangat rentan stres, didikte produser dan stasiun, diobrak-abrik sana sini, diganti-ganti format karakternya, ditulis dalam deadline superketat. Saya perlu uang dan sebagai muslim harus kaya dan makmur. Tapi saya tidak akan mengorbankan kesehatan dan perasaan saya demi uang. Sampai sekarang saya tetap menulis skenario secara temporer agar kemampuan menulis skenario tidak hilang.

    Berbeda dengan menulis buku, semuanya totalitas diserahkan pada saya. Kalau sekarang penerbit sudah mulai turut campur dengan bersama-sama memprogram dari awal. Namun pada saat penulisan tetap saya total yang mengatur mau seperti apa jadinya. Waktu juga lebih leluasa sehingga saya bisa memformat setiap tulisan secara berkualitas. Pendapatan sepertinya sangat kecil. Misalnya buku harga 50 rb berarti penulis hanya mendapatkan 10% atau 5 rb dipotong PPH 15% sebesar 1,5 rb. Jadi royalti bersih penulis hanya 3,5 rb tiap 1 eks buku yang terjual. Perlu penjualan buku 1000 eks, untuk mendapatkan 3,5 juta saja. Tentu ini sangat kecil dan perlu waktu lama untuk mendapatkannya. Sekurang-kurangnya laporan royalti dan pembayaran 6 bulan setelah buku terbit. Berbeda kasus dengan sistem jual beli putus, tapi saya tidak pernah melakukannya karena gambling dan jarang ada penerbit yang membeli naskah di atas 50 juta. Jadi, sama saja bunuh diri kalau menjual naskah dengan harga murah.

    Namun kalau buku sudah beredar di pasaran, sebenarnya tugas penulis hanyalah mekanis tanpa perlu berpikir untuk membantu penjualan. Jadi, kalau mau dapat 35 juta dari buku tersebut, sebenarnya penulis tinggal membantu penjualan. Saya sebut ini pekerjaan tidak berpikir, have fun, senang-senang; bisa roadshow, talkshow, bedah buku, book signing, workhshop, dll. Apalagi kalau kemasan bukunya keren, pede banget untuk menawarkan sana-sini ke semua kalangan. Sampai kapan saja, selama buku masih dicari, kita masih bisa menjual terus, mencetak terus, dan tidak  perlu berpikir lagi. Istilahnya uang datang sendiri.

    Sementara kalau skenario tiap satu episode selesai, kita dibayar dan berakhir. Untuk episode berikutnya mikir lagi susah payah sampai scene terakhir. Bagi saya sungguh melelahkan. Tidak ada sistem royalti dalam pembayaran skenario sinetron. Dalam format skenario film dari novel, ada beberapa penulis yang meminta royalti, tapi ini kasuistik. Tidak umum terjadi.

    Akhirnya, bagaimanapun saya salut sepenuhnya dengan para penulis skenario yang berjibaku dengan deadline dan kreativitas tiap hari. Terlebih dengan sistem stripping seperti sekarang. Saya tidak cukup kuat untuk bekerja seperti mereka. 10 tahun hilir mudik di PH, tentu bukan sembarangan saya mengatakan beratnya menjadi penulis skenario. Terlebih perasaan saya sangat sensitif dan saya bukan jenis orang yang suka didikte atau diatur. Beruntung saya bertemu produser yang mengerti karakter saya. Take it easy, kapan saya mau menulis skenario, tinggal telepon. Kalau mau break, ya tinggal bilang. Mungkin ini keberuntungan yang tidak dimiliki penulis lain.

    Sekarang, mau jadi penulis skenario atau penulis buku, pilihannya ada di tangan anda masing-masing. Setiap pilihan ada konsekuensinya. Ketika saya memutuskan akan lebih banyak menulis buku, saya tahu konsekuensinya. Termasuk kesadaran dengan penghasilan yang tidak bisa diprediksi  kecil dan besarnya. Menurut saya pribadi, pasar buku Indonesia tetap menjanjikan dari tahun ke tahun. Di Indonesia masih tersedia ruang yang sangat besar untuk penulisan buku.

    Jadi, lebih baik menulislah mulai sekarang. Tidak usah terlalu meributkan kenapa seseorang memilih menjadi penulis skenario atau penulis buku. Bagi saya, kedua hal itu sama-sama menuntut kreativitas tinggi. Pilihlah yang paling sesuai dengan karakter pribadi anda. Tidak usah terlalu ribet dan banyak pikir soal uang. Kesempatan dan rezeki selalu datang dari segala arah bagi orang-orang yang bertekun dan total dalam mengerjakan sesuatu.

Sabtu, 03 Desember 2011

Entah

Dear Asti, 

 Rasanya cengeng sekali aku malam ini,
menangis untuk sebuah takdir 
yang sebenarnya sudah Allah siapkan, 


hanya mungkin aku yang belum siap, 
hanya mungkin aku yang belum sepenuhnya shalihah. 
hanya mungkin banyak sekali kekurangan diri 
yang  belum juga menggerakkan Allah 
untuk memberi apa yang aku inginkan. 


Aku tahu begitu banyak doa-doa lain 
yang tersemai indah
tapi untuk yang satu ini
sungguh...
aku sudah memintanya 
selama beberapa tahun ini

dengan doa
dengan usaha

ingin rasanya meyakini dengan sebenar-benarnya keyakinan diri
kata-kata seorang sahabatku dulu...

"Yakinlah, Allah SWT menyiapkan hadiah kejutan tak terduga yang akan membuatmu tercengang dan malu karena selama ini sudah berburuk sangka bahwa DIA tak sayang padamu dan tak mendengar doamu."


aku tahu itu, Asti sayang...
tapi bolehkan aku menangis malam ini?
aku hanya ingin menangis, itu saja. :)

entah, berapa koin kebaikan 
yang harus aku kumpulkan 
agar DIA mengabulkan inginku yang satu itu
badai di luar sana kencang...
aku hanya takut diriku tak mampu menahan laju badai, 
dan terjatuh sekali lagi
aku takut, aku ingin berlindung pada Allah dari keburukan apapun


kuharap Allah tahu
aku memintanya dengan sungguh-sungguh
dengan air mata dan doa. 

doakan, doakan, doakan...
agar diri ini tetap utuh teguh di jalanNya, Asti... :)


031211, 21:24
usai membaca komenmu malam ini 


Doaku untukmu

Semoga dimudahkan dalam menjalani UAS pekan2 ini ya, dek. Diberikan hasil terbaik yaa.
Aamiin  :)

Untuk Yusuf Ardi Nugroho





Jumat, 02 Desember 2011

Doaku malam ini

Ya Allah, jadikanlah kami ridha terhadap ketetapan-Mu.
Kuatkan hati kami
sehingga kami tidak ingin disegerakan terhadap sesuatu yang Kau tunda,
juga tidak ingin tertundanya sesuatu yang Kau segerakan.
Jangan Kau biarkan hati kami cenderung mencari apa pun
yang belum atau tidak Kau tetapkan sebagai milik kami.
Aamiin…

021211, 01:55

Kamis, 01 Desember 2011

Jodohmu Jodohku

Judulnya nyambung gak ya? ahaha... pengen nulis ttg ini soalnya baru aja baca tulisan seorang blogger yang aq kenal pas awal ngeblog di tahun 2006. eh tu akang tumben bener update tulisan setelah hiatus yang lumayan luamaaaaa.... :P


namanya Kang Donny Reza. kenal pas awal2 ngeblog dulu di blog fs, tahun 2006-an. 

Ini tulisan terbarunya yang tadi aq baca, aq kutip sebagian. Tulisan lengkapnya bisa dibaca di sini
 
sering kali kita mengeluhkan susahnya mendapatkan jodoh, lalu mencoba mencari pembenaran seolah-olah Tuhan menunda pertemuan kita dengan jodoh terbaik yang sudah Tuhan siapkan untuk kita. Sementara, barangkali yang sesungguhnya terjadi adalah Tuhan sudah ‘mengirim’ seseorang terbaik ke hadapan kita, lalu kita menolaknya karena tidak sesuai dengan kriteria yang ada di benak kita. Mungkin saja orang tersebut sudah sangat dekat, tapi ‘makhluk sempurna’ di dalam benak kitalah yang membutakan mata dan pikiran kita. Mungkin juga, jika Anda seorang wanita, orang tersebut sudah berniat melamar Anda, tapi Anda menolaknya karena, “kurang sreg di hati“. Begitu alasan Anda. Padahal, bisa jadi Anda sendiri tidak yakin dengan alasan tersebut karena sudah terlalu dibutakan oleh angan-angan Anda. Lucunya, setelah itu, Anda masih mengeluh betapa susahnya mencari jodoh. Jodoh yang sempurna, tentu saja.


Jujur, beberapa hari ini agak galau lagi . #eaaaa. ;p
nah, kmrn2 curhat sama seorang mbak. Ngobrolin soal jodoh. Kok bahasannya jadi mirip sama yang ditulis si akang  kmrn ya? Hihii...:D


Si mbak ngletuk gini "kalo jodoh, ya harus diusahakan ya. salah satunya dengan memperjuangkan." (lupa2 ingat kata2nya kek gimana, intinya sih gitu :))


Membayangkan saya sendiri yang ada di pihak yang dibicarakan kang donny. dan ingat kata2 si mbak itu. saya jadi membayangkan diri saya jadi si orang itu. Yang udah disodorin jodoh, tapi sok-sokan milih yang neko2, sampe nggak nyadar sebenernya jodohnya itu udah ada di depan mata. Ya Allah, iya ya? emang gitu ya? trus siapa dong orangnya? Kasi bocoran dikit dong, Allah. Biar ga galau mulu. heuu... T__T




#PostinganGeJe


#AbaikanSaja


:p




011211, 21:09

3 Bekal Mengasuh Anak


‎3 Bekal Mengasuh Anak  Oleh Mohammad Fauzil Adhim

Apakah do’a-do’a kita telah cukup untuk mengantar anak-anak menuju masa depan yang menenteramkan? Apakah nasehat-nasehat yang kita berikan telah cukup untuk membawa mereka pada kehidupan yang mulia? Ataukah kita justru merasa telah cukup memberi bekal kepada anak-anak kita dengan mengirim mereka ke sekolah-sekolah terbaik dan fasilitas yang lengkap? Kita telah merasa sempurna sebagai orangtua karena bekal ilmu telah melekat kuat dalam diri kita.

Hari-hari ini, ada yang perlu kita renungkan. Betapa banyak ahli yang ‘ibadah yang keturunannya jauh dari munajat kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Tak ada anak yang mendo’akannya sesudah kematian datang. Begitu pula, alangkah banyak orangtua yang nasehatnya diingat dan petuahnya dinanti-nanti ribuan manusia. Tetapi sedikit sekali yang berbekas dalam diri anak. Padahal tak ada niatannya untuk melalaikan anak sehingga lupa memberi nasehat. Ia bahkan memenuhi setiap pertemuannya dengan anak dengan nasehat-nasehat disebabkan sedikitnya waktu untuk bertemu. Tetapi justru karena itulah, tak ada lagi kerinduan dalam diri anak. Sebab pertemuan tak lagi indah. Nyaris tak ada bedanya bertemu orangtua dengan mendengar kaset ceramah.

Lalu apakah yang sanggup menaklukkan hati anak sehingga kata-kata kita selalu bertuah? Apakah kedalaman ilmu kita yang bisa membuat mereka hanyut mendengar nasehat-nasehat kita? Ataukah besarnya wibawa kita yang akan membuat mereka senantiasa terarah jalan hidupnya? Atau kehebatan kita dalam ilmu komunikasi yang menyebabkan mereka selalu menerima ucapan-ucapan kita? Sebab tidaklah kita berbicara kecuali secara terukur, baik pilihan kata maupun ketepatan waktu dalam berbicara.

Ah, rasanya kita masih banyak menemukan paradoks yang susah untuk dibantah. Ada orang-orang yang tampaknya kurang sekali kemampuannya dalam memilih kata, tetapi anak-anaknya mendengarkan nasehatnya dengan segenap rasa hormat. Ada orangtua yang tampak sekali betapa kurang ilmunya dalam pengasuhan, tetapi ia mampu mengantarkan anak-anaknya menuju masa depan yang terarah dan bahagia. Tak ada yang ia miliki selain pengharapan yang besar kepada Allah ‘Azza wa Jalla seraya harap-harap cemas dikarenakan kurangnya ilmu yang ia miliki dalam mengasuh anak. Sebaliknya, ada orangtua yang begitu yakinnya bisa mendidik anak secara sempurna. Tapi tak ada yang bisa ia banggakan dari anak-anak itu di masa dewasa kecuali kenangan masa kecilnya yang lucu menggemaskan.

Agaknya…, ada yang perlu kita tengok kembali dalam diri kita, sudahkah kita memiliki bekal untuk mengasuh anak-anak itu menuju masa dewasa? Tanpa menafikan bekal lain yang kita perlukan dalam mengasuh anak, terutama yang berkait dengan ilmu, kita perlu merenungi sejenak firman Allah Ta’ala dalam surat An-Nisa’ ayat 9:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisaa’, 4: 9).

Mujahid menjelaskan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan permintaan Sa’ad bin Abi Waqash tatkala sedang sakit keras. Pada saat Rasulullah saw. datang menjenguk, Sa’ad berkata, “Ya Rasulallah, aku tidak memiliki ahli waris kecuali seorang anak perempuan. Apakah aku boleh menginfakkan dua pertiga dari hartaku?”

Rasulullah saw. bersabda, “Tidak boleh.”

“Separo, ya Rasul?”

“Tidak,” jawab Rasul lagi.

“Jika sepertiga, ya Rasul?”

Rasul mengizinkan, “Ya, sepertiga juga sudah banyak.” Rasulullah saw. bersabda, “Lebih baik kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan daripada dalam keadaan miskin yang meminta-minta kepada orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berpijak pada ayat ini, ada tiga pelajaran penting yang perlu kita catat. Betapa pun inginnya kita membelanjakan sebagian besar harta kita untuk kepentingan dakwah ilaLlah, ada yang harus kita perhatikan atas anak-anak kita. Betapa pun besar keinginan kita untuk menghabiskan umur di jalan dakwah, ada yang harus kita periksa terkait kesiapan anak-anak dan keluarga kita. Sangat berbeda keluarga Umar bin Khaththab dan Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhuma dengan keluarga sebagian sahabat Nabi lainnya. Umar bin Khaththab menyedekahkan separo dari hartanya, sedangkan Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak meninggalkan untuk keluarganya kecuali Allah dan Rasul-Nya. Abu Bakar menginfakkan seluruh hartanya. Dan Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan sekaligus menyambut baik amal shalih keduanya.

Lalu…, bagaimanakah dengan keluarga kita?

Kembali kepada pada perbincangan awal kita. Ada tiga bekal yang perlu kita miliki dalam mengasuh anak-anak kita. Pertama, rasa takut terhadap masa depan mereka. Berbekal rasa takut, kita siapkan mereka agar tidak menjadi generasi yang lemah. Kita pantau perkembangan mereka kalau-kalau ada bagian dari hidup mereka saat ini yang menjadi penyebab datangnya kesulitan di masa mendatang. Berbekal rasa takut, kita berusaha dengan sungguh-sungguh agar mereka memiliki bekal yang cukup untuk mengarungi kehidupan dengan kepala tegak dan iman kokoh.

Sesungguhnya di antara penyebab kelalaian kita menjaga mereka adalah rasa aman. Kita tidak mengkhawatiri mereka sedikit pun, sehingga mudah sekali kita mengizinkan mereka untuk asyik-masyuk dengan TV atau hiburan lainnya. Kita lupa bahwa hiburan sesungguhnya dibutuhkan oleh mereka yang telah penat bekerja keras. Kita lupa bahwa hiburan hanyalah untuk menjaga agar tidak mengalami kejenuhan.

Hari ini, banyak orang berhibur bahkan ketika belum mengerjakan sesuatu yang produktif. Sama sekali!

Kedua, taqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Andaikata tak ada bekal pengetahuan yang kita miliki tentang bagaimana mengasuh anak-anak kita, maka sungguh cukuplah ketaqwaan itu mengendalikan diri kita. Berbekal taqwa, ucapan kita akan terkendali dan tindakan kita tidak melampaui batas. Seorang yang pemarah dan mudah meledak emosinya, akan mudah luluh kalau jika ia bertaqwa. Ia luluh bukan karena lemahnya hati, tetapi ia amat takut kepada Allah Ta’ala. Ia menundukkan dirinya terhadap perintah Allah dan rasul-Nya seraya menjaga dirinya agar tidak melanggar larangan-larangan-Nya.

Ingin sekali saya berbincang tentang perkara taqwa, tetapi saya tidak sanggup memberanikan diri karena saya melihat masih amat jauh diri saya dari derajat taqwa. Karena itu, saya mencukupkan pembicaraan tentang taqwa sampai di sini. Semoga Allah Ta’ala menolong kita dan memasukkan kita beserta seluruh keturunan kita ke dalam golongan orang-orang yang bertaqwa.

Allahumma amin.

Ketiga, berbicara dengan perkataan yang benar (qaulan sadidan). Boleh jadi banyak kebiasaan yang masih mengenaskan dalam diri kita. Tetapi berbekal taqwa, berbicara dengan perkataan yang benar (qaulan sadidan) akan mendorong kita untuk terus berbenah. Sebaliknya, tanpa dilandasi taqwa, berbicara dengan perkataan yang benar dapat menjadikan diri kita terbiasa mendengar perkara yang buruk dan pada akhirnya membuat kita lebih permisif terhadapnya. Kita lebih terbiasa terhadap hal-hal yang kurang patut.

Karenanya, dua hal ini harus kita perjuangkan agar melekat dalam diri kita. Dua perkara ini, taqwa dan berbicara dengan perkataan yang benar (qaulan sadidan) kita upayakan agar semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sekiranya keduanya ada dalam diri kita, maka Allah akan baguskan diri kita dan amal-amal kita.

Allah Ta’ala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab, 33: 70-71).

Nah.

Masih banyak yang ingin saya tulis, tetapi tak ada lagi ruang untuk berbincang di kesempatan ini. Semoga Allah ‘Azza wa Jalla pertemukan kita dalam kesempatan yang lebih lapang.

::Semoga yang sederhana bisa sekaligus menjadi penjelas tentang batas maksimal sedekah yang diperkenankan, kecuali bagi mereka yang imannya dan iman keluarganya sudah setingkat imannya Abu Bakar Ash-Shiddiq ra dan keluarganya.
sumber : http://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=263710513678084&id=183316298384173

Komunitas